Membaca adalah suatu kegiatan yang sering kita jumpai atau kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan setiap hari kita melakukan kegiatan tersebut, seperti contohnya bertransaksi, membalas chat di WA atau yang lainnya. Membaca juga termasuk jendela dunia, dengan membaca kita mampu menjelajah sampai diujung dunia.Â
Apalagi ketersediaan teknologi yang mampu menjangkau wilayah yang sangat jauh, berbagai informasi sangat mudah kita akses dengan membaca dari teknologi yang canggih diera ini.
   Lantas mengapa tingkat membaca di negara kita ini masih rendah? Berdasarkan hasil survey Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019, Indonesia menduduki posisi ke-62 dari 70 negara dalam tingkat literasi.Â
Hal ini membuat Indonesia termasuk ke dalam 10 negara dengan tingkat literasi paling rendah. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, yaitu hanya 0,001%. Artinya, hanya ada satu dari 1.000 orang di Indonesia yang rajin membaca.
   Faktor yang lain karena pengaruh televisi dan gadget. Setiap jiwa diera modern ini pasti memiliki gadget dan setiap rumah pasti memiliki televisi yang menyala. Kebiasaan menonton televisi dan scroll gadget tanpa aturan tersebut dapat mempengaruhi dalam kemapuan literasi. Bisa juga tempat yang tak memadai bising dan berisik tetangga juga mampu mempengaruhi dalam kegiatan membaca.
   Maka dari itu untuk meningkatkan literasi membaca di Indonesia diperlukan upaya komprehensif, seperti menerapkan kegiatan literasi yang efektif dan menarik, menyediakan sarana prasarana yang memadai yang dapat menunjang peningkatan literasi, dan melakukan kolaborasi dengan orang tua agar terkontrol untuk pembiasan membaca.
Sekian dan terimakasih. Semoga bermanfaat. Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H