Mohon tunggu...
Anita ElizabethSianipar
Anita ElizabethSianipar Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

love

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Gender Equality", Berlakukah untuk Pria Pelakon Pekerjaan yang Terkesan Feminim?

6 Maret 2020   18:10 Diperbarui: 6 Maret 2020   18:26 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Gender Equality", Berlakukah untuk Pria Pelakon Pekerjaan yang Terkesan "Feminim"?

"Gender equality" atau kesetaraan gender menjadi sebuah isu yang hingga saat ini masih menjadi perbincangan dan masih diperdebatkan oleh seluruh masyarakat di berbagai belahan di dunia. 

Hal ini menjadi semakin signifikan ketika ada negara-negara dimana wanita sudah diberi kebebasan dan diapresiasi untuk berkarir dan berkarya sesuai dengan kemampuan mereka tanpa embel-embel "gender" sebagai penghalang bagi kesuksesan mereka.

Hal tersebut juga semakin nyata ketika pada realitanya banyak wanita yang sukses dalam melakukan berbagai pekerjaan yang dianggap "maskulin" seperti polwan (polisi wanita), security, teknisi, dan bahkan banyak wanita yang telah menjadi kepala negara maupun kepala pemerintahan. 

Di sisi lain, nasib kaum wanita di belahan negara lainnya yang masih dibatasi haknya untuk berkarir seperti para pria masih dapat ditemukan. Kodrat wanita dianggap hanya sebagai sosok yang hanya bisa mengurus anak, menyiapkan makanan, menjaga rumah, serta melayani suami.

Terlepas dari perbandingan yang masih menjadi polemik dalam peradaban masyarakat ini, istilah "gender equality" seolah-olah menjadi pelindung bagi para kaum hawa agar mereka dapat bebas bereskpresi dan berkarya serta dihargai sama seperti kaum adam. 

Lantas, bagaimana dengan kaum pria yang dicibir dan dipandang sebelah mata karena melakoni beberapa pekerjaan yang terkesan "feminim" atau biasa dilakukan olah para kaum wanita? Hal ini terlintas di pikiran saya yang adalah seorang wanita. 

Ketika saya merasa dilindungi di bawah naungan "gender equality", lantas apa yang membenarkan para pria yang melakoni pekerjaan-pekerjaan seperti penata rambut, make up artist, desainer, atau mungkin menjadi bapak rumah tangga sekalipun?

Sebagai bagian dari masyarakat yang hidup kental dengan budaya timur, pekerjaan-pekerjaan sebagai penata rambut, make up artist, fashion designer, bahkan menjaga rumah, memasak, dan bersih-bersih identik dengan pekerjaan kaum wanita. Namun realita yang kita jumpai saat ini terlihat sungguh berbeda.

Pertama, sudah menjadi hal yang umum bagi seorang wanita untuk bersolek dengan merawat diri dengan pergi ke salon atau pusat kecantikan. Menariknya, banyak sekali penata rambut yang bekerja di salon adalah seorang pria. Bahkan berdasarkan pengalaman saya, hasil tatanan rambut yang dikerjakan oleh para pria ini terlihat lebih rapi dan memuaskan.

Kemudian tidak hanya penata rambut, hal yang sama pun terjadi pada para penata rias atau make up artist. Bagaimana mungkin make up yang notabenenya digunakan oleh kaum hawa namun dapat dikerjakan oleh kaum adam dengan hasil yang luar biasa indah dan menakjubkan? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun