Naaahhh,bagi para penggemar film India atau yang males nonton film India,
Mungkin yang males nonton film India itu, langsung berpikiran klo film India itu identik sebagaifilm cinta-cintaan? Yang dikit-dikit nyanyi terus joget-joget? Diantara hujan, pohon-pohon , ataupun tiang-tiang…
Tapi,, buang semua pikiran itu saat kamu disarankan untuk nonton film ini
“TAARE ZAMEEN PAR”
Penasaran??? Tonton yuk
Film ini bertemakan anak dengan kebutuhan khusus. Dalam kisah ini, setiap anak adalah pahlawan . Anak memiliki kemampuan yang special dengan caranya sendiri.
Taare Zamen Par, dalam film ini diceritakan seorang anak bernama Ishaan Nandkishore Awasthi yang suka berimajinasi dan pemberani. Dan juga anak yang mengalami disleksia. Baginya membaca dan menulis itu sesuatu yang menakutkan, huruf-huruf, angka-angka yang dilihatnya tampak menari-nari, dan membuatnya pusing. Dibalik kekurangannya ini ia memiliki kelebihan dalam berekspresi dengan warna, ia berbakat dalam menggambar. Ishaan mengungkapkan perasaannya lewat lukisan-lukisan yang ia buat.
Lihat,, karya anak umur 9 tahun ini
Ishaan sering mendapat tekanan, entah itu dari teman-temannya, orang tuanya, guru-gurunya. Karena mereka tidak memahami kondisi Ishaan yang sebenarnya mengalami disleksia. Sebab itu, Ishaan selalu mendapat nilau buruk di sekolah, dan ia juga pernah membolos dari sekolah. Akibat perbuatannya ini, Ihsaan dikirim ke sekolah berasrama. Mendengar keputusan itu, Ihsaan menjadi depresi.
Di sekolah barunya, Ishaan juga mendapatkan tekanan dan itu membuatnya menjadi lebih tertekan, ia merasa tidak dipedulikan, merasa sendiri, dan kepercayaan dirinya mulai hilang.
Hingga datanglah seorang guru kesenian baru bernama Ram Shankar Nikumbh. Beliau adalah seorang guru yang mengajar di sekolah bagi anak yang berkebutuhan khusus. Melihat Ishaan, Ram merasa tertarik. Ram merasa Ishaan membutuhkan bantuan. Hingga akhirnya Ram memutuskan untuk pergi ke rumah Ishaan, untuk mendapatkan informasi yang ia butuhkan.
Di sana Ram melihat buku-buku Ishaan dan sangat terkejut melihat tulisannya, yang memiliki pola kesalahan yang sama, seperti tertukarnya huruf “b” dengan “d”, terbalikknya tulisan huruf “S” dan “R”, menulis huruf “h” dan “t” seperti menulis dibalik cermin.
Ram berpendapat, bahwa Ishaan mengalami kesulitan dalam mengenali huruf, sehingga Ishaan tidak dapat membaca dan menulis, jadi ia juga tidak mengerti apa artinya. Ram mengatakan kepada kedua orang tua Ishaan, bahwa orang yang mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis disebut disleksia.
Menurut Ram, disleksia ini ditandai dengan:
1.Kesulitan dalam mengikuti beberapa instruksi, seperti “Buka halaman 38, Bab 3, paragraph ke 4, baris ke 3!” Dia akan kebingungan
2.Tidak dapat menggunakan motorik halusnyadengan baik, seperti kesulitan dalam mengancingkan bajunya, dan mengikat tali sepatunya.
3.Tidak dapat menghubungkan ukuran, jarak dan kecepatan, seperti tidak dapt menangkap bola.
4.Tidak dapat melakukan hal-hal yang seharusnya dapat dikerjakan anak seusianya.
Disleksia bisa terjadi kepada siapa saja, kadang-kadang disebabkan oleh faktor genetik, bisa juga karena terdapat masalah pada jaringan otak anak tersebut. Meskipun demikian setiap anak yang mengalami disleksiamempunyai pikiranyang tajam dan imajinasi yang kuat, dan mereka adalah anak berbakat bahkan lebih berbakat dibandingkan orang-orang normal lainnya.
Film ini tidak hanya tentang seorang anak penderita disleksia, tetapi juga tentang bagaimana orang tua terbawa oleh perkembangan dunia yang semakin maju dan kemudian gagal untuk memahami mimpi anak mereka dan lupa akan bakat bawaan mereka yang seharusnya dikembangkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H