KUDUS (30/07/21) – Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) bagi segenap mahasiswa akhir yang menempuh pendidikan Strata 1 menjadi sebuah kegiatan yang wajib untuk dilalui. Hal tersebut sebagai bentuk implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi terutama pada point Pengabdian Masyarakat. Mahasiswa diharapkan mampu memberikan sumbangsih pemikiran, pengetahuan maupun pengajaran yang didapatkan selama di bangku kuliah untuk di implementasikan kepada masyarakat. Begitupula bagi Mahasiswa KKN Tim II Universitas Diponegoro. Namun, pelaksanaan KKN kali ini cukup berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Pandemi covid-19 yang menyerang Indonesia sejak awal tahun 2020 menyebabkan sejumlah perubahan secara drastis terutama perubahan regulasi terkait pelaksanaan KKN dari offline menjadi online. Tak hanya itu, yang semula pelaksanaanya berkelompok antara 5-8 orang menjadi individual, dan ditempatkan sesuai dengan domisili peserta KKN. Oleh karena itu, Pelaksanaan KKN Tim II Universitas Diponegoro Periode 2021 ini berjudul KKN UNDIP PULANG KAMPUNG yang mengusung tema seperti pada pelaksanaan KKN periode 2020 yakni “Pemberdayaan Masyarakat di Tengah Pandemi COVID-19 Berbasis Pada Tujuan Pembangunan Berkelanjuan (SDGs)”.
Peserta KKN menjalani kegiatan KKN selama kurang lebih 43 Hari terhitung mulai tanggal 30 Juni - 11 Agustus 2021. Secara keseluruhan, ada sebanyak 4.378 mahasiswa yang mengikuti KKN Pulang Kampung pada periode kali ini. Mahasiswa peserta KKN diharuskan untuk membuat dua program kerja monodisiplin yang dapat diimplementasikan di wilayah masing-masing. Program Kerja Program Monodisiplin ialah program individu yang harus dilaksanakan dengan sasaran masyarakat, sesuai dengan bidang keilmuan tiap-tiap mahasiswa. Anita Ariyani (20) sebagai salah satu peserta KKN dari Program Studi Ilmu Administrasi Binis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di kampung halaman bertepatan di Desa Temulus, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Pada kesempatan kali ini Anita (20) membuat dua program monodisiplin yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat di masa Pandemi covid-19. Apa saja programnya? Yuk simak berikut ini.
Program kerja monodisiplin pertama yang digalakkan oleh mahasiswa tersebut ialah program bertema Covid-19 mengenai pelaksanaan sosialisasi Edukasi terkait perkembangan Varian Baru Virus Covid-19 kepada warga RT 02 RW 03 Desa Temulus dengan menggunakan media Poster dan Brosur sebagai media pendukung informasi. Program tersebut dilaksanakan pada minggu ketiga dan keempat yang mana memuat kegiatan berupa pemberian edukasi terkait varian baru virus covid-19 apa saja yang sudah memasuki Indonesia utamanya Kabupaten Kudus, dengan harapan agar warga setempat kedepannya lebih memiliki gambaran pengetahuan dan sikap mawas diri terhadap varian virus yang beredar. Guna mendukung pemahaman masyarakat terkait perkembangan virus ini, Anita (20) juga membuat E-book yang berjudul “Mengenal lebih dekat Virus Covid-19” yang dibagikan secara online kepada warga setempat. Mengingat pada bulan Juni lalu terjadi lonjakan tinggi kasus positif covid-19 di Kabupaten Kudus pasca libur lebaran. Bahkan belakangan ini diketahui varian baru virus corona dari India dengan jenis Delta atau B1617 juga telah menyerang masyarakat Kabupaten Kudus. Tak hanya itu, untuk mendukung program tersebut, ia juga membagikan covid kit berupa masker, hand sanitizer dan brosur kepada warga setempat dan melakukan pemasangan poster di sekitar lingkungan RT 02 sebagai bentuk mengajak warga untuk senantiasa mematuhi protokol Kesehatan dimanapun dan kapanpun.
Setelah pelaksanaan program pertama selesai, dilanjutkan pelaksanaan program kedua bertema SDG’s atau pemberdayaaan masyarakat pada minggu kelima KKN yang berwujud Edukasi dan Pelatihan Inovatif mengenai Budidaya Sayuran dengan Teknik Tanam Microgreens untuk Meningkatkan Perekonomian Masyarakat dan juga sebagai Healty Life Campaign di Masa Pandemi Covid-19. Dimasa pandemi seperti saat ini, masyarakat dianjurkan untuk mengurangi mobilitas semaksimal mungkin guna memutus rantai persebaran covid-19. Akan tetapi, Anita A (20) mengajak masyarakat untuk lebih produktif walaupun hanya dirumah saja dengan memberikan sosisalisasi edukasi dan pelatihan terhadap ibu-ibu rumah tangga maupun kaula muda RT 02 terkait budidaya sayuran menggunakan teknik tanam Microgreens. Microgreens itu apasih?
Microgreens merupakan tanaman sayuran yang dapat dipanen dalam usia 7-14 hari setelah berkecambah dan dipercaya mengandung vitamin, mineral dan betakaroten lebih tinggi dibandingkan sayuran dewasa. Tingginya kandungan nutrisi dalam microgreens dapat membantu mencukupi kebutuhan gizi keluarga di masa pandemi. Di luar negeri, trend urban farming microgreens sudah banyak dilakukan. Namun, di Indonesia trend microgreens kurang begitu familiar di lingkungan masyarakat. Padahal, budidaya jenis ini memiliki potensi tinggi dalam meraup untung yang cukup banyak, dan cocok untuk dijadikan sebagai peluang bisnis di masa pandemi seperti sekarang ini. Selain itu sayuran microgreens ini sangat mudah untuk dibudidayakan, karena tidak memerlukan lahan luas maupun skill khusus, hanya dengan bibit, wadah, dan spray anda sudah bisa bertanam microgreens. Program ini hadir sebagai solusi atas rendahnya minat masyarakat di Desa Temulus utamanya warga RT 02 tentang budidaya tanaman sayuran didukung dengan keterbatasan fasilitas, pengetahuan dan biaya. Warga menilai program ini sangat inovatif dilihat dari antusiasme serta peran aktif masyarakat saat pelaksanaan kedua program ini . Sehingga diharapkan kedepannya walaupun pelaksanaan KKN sudah berakhir namun program-program yang digalakkan tetap hidup di hati maupun pikiran masyarakat Desa Temulus.
Penulis : Anita Ariyani
Dosen Pembimbing Lapangan : Mahendra Pudji Utama, S.S., M.Hum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H