Mohon tunggu...
Anita syafitri
Anita syafitri Mohon Tunggu... -

salam kenal y,,,,,,,,,,

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menjadikan Anak Kritis, Kreatif dan Problem Solver

1 Desember 2010   08:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:08 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

A.Kemampuan Berfikir Kritis

Berpikir kritis (Dalam Gunawan, Adi W, 2007) adalah kemampuan untuk melakukan analisis, menciptakan dan menggunakan kreatifitas secara objektif, dan melakukan evaluasi data. Berpkir kritis melibatkan keahlian berpikir. Berpikir kritis (Dalan Johonson, Elaine B, 2008) merupakan sebuah proses penting, terarah, dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, melakukan penelitian ilmiah dan sebagainya. Berpkir kreatif merupakan kegiatan mental yang memupuk ide-ide asli dan pemahaman baru. Berpikir kritis memungkinkan siswa untuk mempelajari masalah sistematis, menghadapi berjuta tantangan dengan cara yang terorganisasi, merumuskan pertanyaan inovatif, dan merancang solusi yang orisinil.

Menjadikan anak mampu berfikir kritis merupakan salah satu tujuan dari pendidikan. Menjadikan anak kritis baik dalam berpikir kritis dalam menyelesaikan atau memecahkan permasalahan maupun kemampuan mengkomunikasikan atau menyampaikan pikirannya secara kritis. Setiap guru pasti memilki cara dan metode yang berbeda-beda. Namun kita sebagai pendidik harus dapat memilih mana metode yang paling tepat agar semua tujuan pembelajaran dapat tercapai, termasuk menjadikan anak berfikir kritis.

Berpikir kritis merupakan salah satu kemampuan yang paling berharga yang harus kita sampaikan kepada anak. Kemampuan berpikir kritis sangat penting bagi pengembangan keterampilan dalam memecahkan masalah seumur hidup. Dalam hal ini kita harus bisa menempatkan anak dalam keadaan yang membuat anak dalam keadaan gembira dan tidak ada pemaksaan. Buatlah kondisi sedemikian rupa agar anak senang ketika anak-anak menikmati diskusi dengan orangtua dan guru mereka, sehingga mereka dapat memecahkan masalah dan dapat berfikir kritis.

Dalam proses pembelajaran berfikir kritis, pendidik membantu anak untuk mengenal dan mengungkap kehidupan yang senyatanya secara kritis.Muridmemiliki kemampuan aktif untuk merencanakanarah, menganalisis, menyelesaikan dan menyimpulkan serta mampu mengambil manfaat pendidikan. Dalam hal ini guru memiliki fungsi sebagai fasilitator. Pada dasarnya setiap anak memiliki kemampuan berfikir kritis. Tanpa kita sadari setiap hari otak kita berfikir kritis, yaitu kemampuan tanggap atau respon terhadap stimulus yang datang. Agar pendidikan mampu menjadikan anak berpikir kritis, kita sebagai pendidik dapat memperbanyak umpan balik yang diberikan terhadap stimulus sehingga anak dapat meresponnya.

B.Menjadikan Anak Kreatif

Pada dasarnya kreatif merupakan kemampuan seseorang untuk menemukan inovasi baru yang sebelumnya belum ada. Kreatifitas tidak akan terjadi pada situasi hampa. Seseorang tidak akan berkembang kreatifitasnya jika tidak pada tempatnya. Kreatifitas akan berkembang pesat apabila pada tempatnya. Setiap anak memilki kreatifitas yang berbeda-beda, dan pasti memiliki kemampuan untuk berfikir kreatif. Yang perlu dilakukan oleh pendidik adalah menciptakan lingkungan yang mampu menjadikan anak berfikir kreatif dan mampu mengoptimalkan kemampuannya. Kita harus tahu potensi anak, kemudian kita mengarahkannya. Biarkan anak melakukan hal yang disukainya, misalnya : menyanyi, menggambar, dsb. Yang kita lakukan yaitu mengarahkan anak agar kempuan tersebut dapat terarahkan pada hal yang positif sehingga nantinya anak mampu menemukan inovasi atau ide-ide baru. Kreatifitas akan muncul jika kita sering mengasahnya. Berbeda dengan bakat, karena bakat dipengaruhi oleh faktor keturunan. Dengan adanya kreatifitas, kita dapat memaksimalkan bakat anak.

Anak yang kreatif memiliki ciri sebagai berikut :

oBerani mengambil resiko

oSuka coba-coba

oSuka bereksplorasi

oPribadi kreatif (berfikir tidak mau sama dengan orang lain)

oProduk kreatif (hasil karya yang kadang muncul tanpa planning)

C.Menjadikan Anak Problem Solver

Dalam kehidupan sehari-hari kita pasti menghadapi masalah yang harus kita selesaikan. Dalam pemecahan masalah ada yang namanya pengambilan keputusan yang akan memberikan solusi terbaik untuk memecahkan masalah. Problem solver melibatkan mental dan fisik seseorang. Proses pembelajaran yang kita berikan harus mengarahkan dan melatih siswa untuk menghadapi masalah baik masalah pribadi maupun kelompok di lingkungan sekolah dan di luar lingkungan sekolah untuk dipecahkan sendiri yang nantinya pengetahuan yang mereka miliki dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Dalam proses pembelajaran kita menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dalam usaha mencari pemecahan atau jawaban oleh siswa. Siswa didorong untuk berfikir secara sistematis dan kritis. Dalam memecahkan masalah anak diajak untuk melihat proses pemecahan masalah tersebut.

Siswa dapat dikatakan sebagai problem solver apabila siswa dapat menguasai dan memahami pelajaran tersebut secara penuh. Selanjutnya mampu menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan yang mereka miliki dalam situasi baru, mengenal adanya perbedaan antara fakta dan pendapat, mengembangkan kemampuannya dalam membuat keputusan secara objektif, dan memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah.

Kita sebagai pendidik harus bisa mendorong kemampuan siswa untuk memecahkan masalah yang nantinya sangat berguna untuk kehidupan anak. Dalam hal ini kita bisa menggunakan lingkungan sekitar untuk proses pembelajaran. Banyak cara, tehnik dan metode pembelajaran yang bisa kita gunakan.

Kesimpulan

kritis, kreatif, dan problem solver.Pada dasarnya setiap anak memiliki kemampuan kedua hal tersebut. Tinggal tugas kita sebagai pendidik untuk mengoptimalkannya. Banyak cara dan metode yang dapat kita gunakan.

Sumber :

Eric Jensen. 2008. Brain Based Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Udin Saefudin.2008. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun