Teori belajar dan pembelajaran sangat penting dalam pelaksanaan pembelajaran. Dengan berkembangnya zaman teori pembelajaran berkembang menjadi lebih baik. Walaupun pada dasarnya tidak ada teori belajar yang terbaik. Tinggal bagaimana kita menerapkannya. Kita sebagai calon pendidik harus memahami berbagai teori belajar yang ada. Agar kita bisa menentukan mana yang cocok dalam pembelajaran dan kita bisa melaksanakan pembelajaran dengan baik sesuai dengan keadaan peserta didik sehingga hasil yang diraih optimal.
Teori merupakan interpretasi sistematis atas sebuah bidang pengetahuan. Dalam hal ini bidang belajar dan pembelajaran. Ada tiga fungsi teori pembelajaran. Fungsi tersebut berbeda-beda namun saling terkait dengan erat antara lain, pertama teori pembelajaran adalah pendekatan terhadap satu bidang pengetahuan yang menggambarkan sudut pandang peneliti mengenai aspek-aspek pembelajaran yang paling bernilai untuk dipelajari. Dengan demikian teori berfungsi sebagai petunjuk dan sumber stimulasi bagi penelitian dan pemikiran ilmiah. Yang kedua, teori pembelajaran berupaya untuk meringkas sekumpulan besar pengetahuanmengenai hukum-hukum pembelajaran kedalam ruang yang cukup kecil. Yang ketiga, teori pembelajaran secara kreatif berupaya menjelaskan apa itu pembelajaran dan bagaimana pembelajaran itu berlangsung.
A.Persoalan yang Membedakan Teori-teori Pembelajaran
Setiap teori-teori pembelajaran pasti memiliki persoalan dan perbedaan yang membedakan dengan teori yang lainnya, selain itu juga memiliki perubahan dari masa ke masa menuju keperbaikan.Persoalan yang mendasar antara lain persoalan mengenai hakikat pembelajaran dan proses pembentukan teori (Hilner 1978). Delapan persoalan yang kontrofersial antara lain: variabel perantara yang digunakan, hal-hal tertentu yang berperan sebagai variable perantara dalam teori bersifat kognitif atau koneksionisme, penguatan yang digunakan dalam teori merupakan hakikat dasar dan inti dalam pembelajaran, suatu pembelajaran yang harus dianalisis pada level molar atau pada level molecular, persoalan selanjutnya yaitu apakah teori tersebut disajikan secara formal atau informal, luas cakupan teori tersebut, penekanan diberikan pada pengaruh aspek bawaan terhadap perilaku dan pada pengaruh batasan-batasan biologis (biological constraints) terhadap pembelajaran, dan persoalan yang terakhir yaitu mengenai kepraktisan teori tersebut.
Persoalan-persoalan teori tersebut diperdebatkan oleh para teoritis yaitu seperti Tolman, Hull, Skinner, Thorndike, Watson, Guthrie, Estes dan Miller. Mereka memperdebatkan masalah-masalah tersebut sesuai dengan teori-teori yang mereka kemukakan.
B.Kriteria yang Ideal
Jenis teori ideal yang diperjuangkan oleh para teoritis yang paling ambisius adalah yang mirip dengan cita-cita yang digagas oleh Hull namun gagal diwujudkan yaitu: format, akurat, konsisten secara internal, sekaligus juga cukup luas cangkupannya sehingga meliputi seluruh topik mengenai pembelajaran dan motivasi. Teori tersebut memiliki berbagai postulat dan teorema dan terkonstruksi sedemikian rupa sehingga bisa diubah untuk menangani bukti baru ketika teorema tertentu gagal dikukuhkan oleh eksperimen. Teori tersebut juga harus berguna dalam menyelesaikan persoalan-persoalan praktis.
Teori-teori ideal mengandung variabel-variabel perantara yang dinyatakan secara eksplisit. Variabel-variabelnya jauh lebih kognitif dibandingkan pada teori-teori terdahulu..namun teori tersebut juga terkait dengan topic perkembangan yang menjelaskan bagaimana manusia berfungsi seperti apa yan dilakukan.
Ada dua aspek pembelajaran yang perlu diperhatikan dalam teori ini, yang pertama adalah hakikat memori. Pembelajaran yang berfokus pada pengetahuan dan pembelajaran melalui pengamatan, nampaknya lebih konsisten bila membahas memori sebagai pengulang kembali informasi simpanan dari berabagai respon-respon. Di sisi lain digunakan untuk keahlian yang amat praktis, termasuk keahlian verbal, teori interferensi. Selain itu teori yang kompletmenggunakan cara asimilasi pengalaman baru kedalam skemata.
Aspek yeng kedua yaitu persepsi. Kebanyakan teoritis pembelajaran memandanag persepsi sebagai hal yang tidak perlu dipersoalkan. Sementara itu kalangan Gestalt yang berfokus pada persepsi tergolong kelompok teoritis pembelajaran yang sekunder. Pembelajaran tidak bisa berlangsung melebihi input perceptual yang mendasarinya, sehingga persepsi tidak bisa diabaikan oleh semua teori yang dianggap komplet. Istilah register sensori yang dikemukakan Atkinson dan Shiffri adalah salah satu contoh konsep persepsi dalam teori pembelajaran (teori memori)
C.Arti Penting Teori Pembelajaran Dewasa Ini
Sebenarnya tidak ada teori yang sempurna. Semuanya memiliki kelebihan dan juga kekurangan. Tetapi kita harus bisa mempergunakan teori yang ada dengan sebaik-baiknya. Pada umumnya teori-teori pembelajaran memiliki dua arti penting yang pokok. Pertama, teori pembelajaran menyediakan kosa kata dan kerangka konseptual yang bisa kita gunakan untuk menginterpretasi contoh-contoh pembelajaran yang kita amati. Hal ini penting artinya bagi siapa saja yang hendak mengamati dunia secara seksama. Kedua, masih terkait dengan yang pertama, teori pembelajaran menuntun kita kemana harus mencari solusi atas persoalan-persoalan praktis. Teori memang tidak memberikan kita solusi, namun teori mengarahkan perhatian kita kepada variable-variabel yang bermanfaat untuk menemukan solusi.
Masing-masing teori menekankan aspek tertentu dalam proses pembelajaran yang perlu kita pertimbangkan. Semuanya memiliki fungsi memperkaya kita terhadap situasi-situasi pembelajaran yang kita amati dan membantu kita menemukan solusi atas problema pembelajaran praktis yang kita hadapi.
ANALISIS BERBAGAI TEORI PEMBELAJARAN
1.Teori Behaviorisme
Teori behaviorisme memandang persoalan pembelajaran sebagai persoalanhubungan stimuli dan respon. Respon bisa berwujud item perilaku, sementara stimuli merupakan input energi untuk mempengaruhi perilaku. Proses pembelajaran menurut teori Behaviorisme bahwa proses pembelajaran lebih menekankan pada proses pemberian stimulus (rangsangan) dan rutinitas respon yang dilakukan oleh siswa. Inti pembelajaran dalam pandangan behaviorisme terletak pada stimulus respon (S-R). Sehingga individu menjadi pasif. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Hubungan antara stimulus-respon ini aka menimbulkan kebiasaan-kebiasaan otomatis pada belajar. Jadi, anak akan memilikitertentu terhadap stimulus tertentu.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat. Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Pavlov, Watson, Thorndike, Guthrie, Hull, dan Skinner.
a)Teori Behaviorisme Menurut Pavlov (Classical Conditioning)
Pavlov mempergunakan anjing dalam eksperimensnya. Menurutnya semakin dekat titik stimuli berkondisi, semakin cepat dan kuat pula stimulus berkondisi ke titik itu. Proses interaksi antara inhibisi dan eksitasi menyebabkan berlangsungnya banyak hal dalam pengkondisian.
Hukum-hukum yang diperoleh :
1.Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
2.Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.
b)Teori Behaviorisme Menurut Watson
Dalam penyelidikannya Watson juga melibatkan hewan. Pembelajaran sebagai pengkondisian klasik. Koneksi stimulus respon yang membentuk tindakan terlatih dan refleks-refleks terkondisi. Perilaku dapat dibuat melelui hubungan stimulus-respon dalam pengkondisin.
c)Teori Behaviorisme Menurut Throndike (Connectionism)
Throndike melibatkan seekor kucing dalam studinya. Dalam studinya Throndike mempelajari respon yang benar secara bertahap. Pandangan Throndike mengenai pembelajaran bahwa pembelajaran adalah hubungan antara stimulus-respon melalui langkah-langkah penguatan.
Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
1.Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus - Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respons.
2.Law of Readiness; artinya bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pendayagunaan satuan pengantar (conduction unit), unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
3.Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.
d)Teori Behaviorisme Menurut Guthrie
Menurutnya kombinasi stimuli yang mengiringi suatu gerakan bila diulangi akan cenderung untuk diiringi oleh gerakan itu (1960, h. 23). Jika suatu respon mengikuti suatu stimulus pada saat tertentu, maka respon it cenderung untuk mengikuti stimulus itu lagi. Sepanjang stimulus (berkondisi) dan responnya berlangsung bersama, maka pembelajaran pun terjadi.
e)Teori Behaviorisme Menurut Hull
Dalam teorinya Hull bermaksud menurunkan hukum-hukum perilaku secara logis dari sistem postulat yang sederhana. Hull juga menggunakan inhibisi reaktif untuk menjelaskan mengapa terjadi ekstingsi. Ketika penguatan dihilangkan, respon-respon berikutnya tidak lagi membentuk SHR melainkan kemudian membentuk IB. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini.
f)Teori Behaviorisme Menurut Skinner (Operant Conditioning)
Skinner meyakini hubungan stimulus-respon, tetapi ia lebih menekankan pada perubahan tingkah laku yang dapat diamati dengan mengabaikan kemungkinan yang terjadi dalam proses berpikir pada otak seseorang. Menurutnya sebagaian perilaku tergolong dari jenis operan. Perilaku berkenaan dengan bagaimana perilaku operan berlangsung dibawah control stimuli. Skinner melakukan eksperimen terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati. Hukum-hukum belajar yang dihasilkan, diantaranya :
1.Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
2.Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
g)Teori Social Learning Menurut Albert Bandura
Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning merupakan teori belajar yang relatif masih baru bila dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan akibat dari reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Individu dalam belajar terutama sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.
2.Teori Belajar Kognitif
Teori Kognitif menekankan penjelasan mengenai persepsi, motivasi, dan pemecahan masalah yang semuanya beroprasi pada individu. Tokoh teori kognitif yang paling terkenal adalah Jean Piaget (1896-1980). Tokoh aliran kognitif lainnya adalah Jerome S. Brunner.
Dalam teori kognitivisme faktor individu penting dalam belajar. Pada teori ini, otak berfungsi sebagai alat menginterpretasi sehingga muncul makna yang unik, sehingga bisa memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan yang dipelajari. Menurut teori ini belajar ialah hasil interaksi yang terus-menerus antara individu dan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Secara umum teori ini memiliki pandangan bahwa belajar atau pembelajaran adalah suatu proses yang lebih menitikberatkan proses membangun ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek yang bersifat intelektualitas lainnya.Menurut teori ini siswa akan memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih luas sehingga pengetahuan yang mereka dapatkan tetap dalam ingatan.
Perkembangan kognitif seseorang merupakan proses yang bersifat genetik. Proses belajar didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan system syaraf. Makin bertambahnya umur seorang, semakin kompleks juga susunan sel-sel syaraf yang semakin meningkatkan kemampuan seseorang khususnya dalam bidang kualitas intelektual (kognitif). Tahap perkembangan kognitif anak menurut Piaget adalah:
a. Tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun).
Hal yang menonjol adalah kegiatan motorik dan persepsi sangat sederhana.
b. Tahap preoperasional (umur 2-7/8 tahun).
Anak sudah mulai menggunakan symbol atau bahasa tanda. Dan juga mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif.
c. Tahap opersional konkret (umur 7/8 tahun- 11/12 tahun).
Anak mampu menggunakan aturan-aturan yang sistematis, logis, dan empiris. Pada tahap ini juga adalah tahap melakukan transformasi informasi ke dalam dirinya sehingga tindakan lebih efektif.
d. Tahap operasional formal (umur 11/12- 18 tahun).
Anak sudah mampu berfikir abstrak dan logis, serta memiliki kemampuan menggunakan pola berfikir dan mampu berfikir ilmiah.
Tahap perkembangan kognitif anak menurut Brunner melalui tiga tahap yaitu:
ØTahap enaktif, seseorang melakukan aktivitas dalam upaya untuk memahami lingkungan sekitar.
ØTahap ikonik, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar –gambar atau visualisasi verbal.
ØTahap simbolik, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika.
3.Teori Konstruktivisme
Teori konstruktivisme merupakan bagian dari teori kognitif. Teori ini memandang bahwa siswa harus aktif dalam pembelajaran. Jadi pembelajaran tidak hanya terpaku pada pendidik. Belajar merupakan proses membangun pengetahuan dari pengalaman. Oleh karena itu siswa harus aktif dalam membangun pengalaman agar tercipta pengetahuan. Teori ini lebih menekankan proses pengalaman yang menciptakan pengetahuan sehingga terjadi proses belajar. Proses pembelajaran tersebut bersifat demokratis dan dialogis yang memberikan kebebasan kepada siswa untuk melakukan kritik, mengungkapkan ide tau gagasannya, Dalam hal ini guru hanya membimbing agar pembelajaran berlangsung sesuai dengan perkembangannya dan sebagaimana mestinya.
Teori ini menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi yang diperoleh dariberfikir, mencari sumber belajar dari pengalaman misalnya dalam memecahkan masalah, tugas kelompok, pembelajaran melalui lingkungan sekitar, dsb. Dalam hal ini pendidik berperan sebagai motivator yang memberikan pancingan pada siswa agar siswa tertarik dan aktif dalam belajar.
4.Teori Humanistik
Tokoh-tokohnya adalah Kolb, Honey dan Mumford, serta Habermas. Pada intinya teori humanistik itu memanusiakan manusia. Pada pendekatannya yang dilihat adalah perilaku manusia bukan spesies lain. Teori ini mampu menciptakan manusia yang ideal, sehingga proses pembelajarannya pun ideal. Dimana manusia memiliki kebebasan untuk berfikir alternatif, menemukan konsep dan prinsip. Oleh sebab itu teori belajar humanistic sifatnya lebih menekankan bagaimana memahami persoalan manusia dari berbagai dimensi yang dimiliki, baik dimensi kognitif, affektif dan psikomotorik.
Teori humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia, bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif yang erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang intinya meningkatkan kualitas ketrampilan interpersonal dalam kehidupan sehari-hari.Dalam teori ini pembelajaran diterapkan agar dapat membantu anak didik untuk meningkatkan kemampuan dalam membuat, berimajinasi, mempunyai pengalaman, berintuisi, merasakan, dan berfantasi.Semua sarana dan prasarana dapat dimanfaatkan asal tujuannya untuk memanusiakan manusia yaitu mencapai kesempurnaan hidup bagi manusia.
Pendekatan ini mengedepankan pentingnya emosi dan motivasi dalam pembelajaran. Karena tanpa adanya hal tersebut pada peserta didik, maka tidak akan terjadi asimilasi pengetahuan baru ke dalam sruktur kognitif yang telah dimilikinya. Pendidik harus melihat kebutuhan belajar siswa sesuai dengan perkembangannya dan juga harus merencanakan pendidikan. Setiap manusia pasti memiliki keinginan untuk berkembang, untuk lebih baik, dan juga belajar. Pendidik diharapkan mampu membantu siswa untuk mengembangkan dirinya dan mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.Dalam hal ini pendidik berperen sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi, bukan sebagai konselor. Karena dalam teori humanistic lebih mementingkan kepentingan peserta didik dari kepentingan lainnya, jadi dalam pembelajaran siswa lebih aktif sesuai dengan kemampuannya. Belajar dianggap berhasil jika si pelajar mampu memahami lingkungannya dan dirinya sendiri dan berkaitan dengan keberhasilan akademik.
Menurut Kolb teori belajar dibagi dalam empat tahap yaitu:
·Tahap pengalaman konkret, Seseorang mampu mengalami suatu peristiwa atau kejadian sebagaimana adanya.
·Tahap pengamatan aktif dan reflektif, Proses pembelajaran harus memberi kesempatan kepada seluruh siswa melakukan observasi secara aktif terhadap peristiwa yang dialaminya.
·Tahap konseptualisasi, Memberi kebebasan kepada siswa untuk merumuskan konseptualisasi hasil pengamatannya.Agar siswa berupaya untuk membuat abstraksi, mengembangkan teori, konsep atau hukum dan prosedur tentang sesuatu yang menjadi objek perhatiannya.
·Tahap eksperimentasi aktif, Proses belajar harus mampu melakukan eksperimentasi secara aktif. Sehingga siswa mampu mengaplikasi konsep-konsep, teori-teori, atau aturan-aturan ke dalam situasi nyata.
PERGESERAN TEORI PEMBELAJARAN KONEKSIONISME, KOGNITIVISME, KONSTRUKTIVISME, SAMPAI HUMANISME
ßPergeseran Teori Koneksionisme ke Kognitivisme
Pada dasarnya adanya perubahan atau pergesaran karena ingin memperbaiki atau melengkapi teori yang sudah ada kearah yang lebih kompleks dan lebih baik. Teori kognitif sebagai pengkritik teori koneksionis. Para teoritis kognitif merasa bahwa teori koneksionismemenjelaskan persoalan operan yang dikontrol oleh stimulinamun belum mampu menjelaskan gejala-gejalanya yang oleh teoritis kognitif disebut sebagai keyakinan, rencana dan sikap.
Teoritis koneksionisme menyatakan bahwa respon akan menghasilkan stimulasi, yang pada gilirannya bisa menghasilkan respon-respon lainnya. Sebagian respon memiliki fungsi pokok untuk menghasilkan stimulasi. Respon-respon yang terutama berlaku sebagai penghasil stimulasi dikenal sebagai respon-respon perantara (mediating responses). Respon perantara berfungsi dengan cara mengubah orientasi reseptor indera kita dan stimuli yang kita terima, respon-respon perantara memiliki fungsi pokok yaitu sebagai petunjuk (cue). Fungsi Fungsi petunjuk (cue) pada respon-respon perantara sangat penting nilainya untuk mempertemukan perbedaan antara teori koneksionisme dan kognitif. Jika respon-respon bisa menghasilkan petunjuk dan jika petunjuknya berupa petunjuk verbal berarti mengarah pada teori kognitif-koneksionisme. Peralihan para teoritisi dalam tradisi koneksionisme ke kognitif juga mencakup pembahasan mengenai hal-hal yang dipelajari orang dari orang lain. Pada masa koneksionisme orang-orang mengesampingkan pembelajaran semacam itu dan lebih focus pada pembelajaran dengan tindakan.
ßPergeseran Teori Kognitivisme ke Teori Konstruktivisme
Teori Kognitif menekankan penjelasan mengenai persepsi, motivasi, dan pemecahan masalah yang semuanya beroprasi pada individu. Pada teori ini belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Menurut Winkel (1996) bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif dan berbekas”. Jadi menurut teori ini Belajar merupakan aktivitas mental yang terjadi dalam interaksi dengan lingkungan dan aktivitas tersebut menghasilkan pengetahuan yang dapat dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari dengan tingkah laku kita. Dalam teori kognitivisme faktor individu penting dalam belajar. Perkembangan kognitif seseorang merupakan proses yang bersifat genetic. Pada teori ini, otak berfungsi sebagai alat menginterpretasi sehingga muncul makna yang unik, sehingga bisa memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan yang dipelajari. Menurut teori ini belajar ialah hasil interaksi yang terus-menerus antara individu dan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Namun teori ini masih memiliki kelemahan karena pada teori ini hanya menekankan interaksi individu dengan lingkungan. Padahal setiap individu memilki kemampuan yang berbeda-beda sehingga hasil yang diperoleh setiap siswa pun berbeda-beda. Ada yang semakin pintar dan ada pula yang tertinggal. Berdasarkan kelemahan tersebut maka teori ini, bergeser menuju teori kontruktivisme.
Teori konstruktivisme merupakan bagian dari teori kognitif. Teori ini memandang bahwa siswa harus aktif dalam pembelajaran agar tercipta pengetahuan. Jadi pembelajaran tidak hanya terpaku pada pendidik. Proses pembelajaran tersebut bersifat demokratis dan dialogis yang memberikan kebebasan kepada siswa untuk melakukan kritik, mengungkapkan ide tau gagasannya, Dalam hal ini guru hanya membimbing agar pembelajaran berlangsung sesuai dengan perkembangannya dan sebagaimana mestinya. Dengan adanya pergeseran tersebut diharapkan seluruh siswa aktif dalam pembelajaran sehingga pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh sama. Jadi tidak ada siswa yang tertinggal.
ßPergeseran Teori Konstruktivisme ke Humanisme
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa teori konstruktivisme menuntut agarsiswa aktif. Sehingga semuanya bias berkembang bersama-sama. Dan pengetahuan yang diperoleh sama. Teori ini menekankan pada pengalaman untuk memperoleh pengetahuan. Guru harus bias memberikan pancingan agar siswa tertarik dan aktif dalam pembelajaran sehingga tercipta suatu pengalaman yang menghasilkan pengetahuan.
Namun ternyata teori ini masih memiliki kelemahan atau kekurangan karena tidak memperhatikan perkembangan kepribadian peserta didik. Dengan bergesernya teori ini diharapkan akan tercipta pembelajaran yang lebih baik.
Pada intinya teori humanistik itu memanusiakan manusia. Teori ini mampu menciptakan manusia yang ideal, proses pembelajarannya pun ideal. Teori humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian mnusia, bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif yang erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang intinya meningkatkan kualitas ketrampilan interpersonal dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memperhatikan perkembangan tersebut maka akan timbul keinginan peserta didik dalam belajar. Jadi selain mempehatikan keaktifan siswa pendidik juga harus dapat memotivasi siswa. Supaya siswa memiliki keinginan untuk belajar. Kita juga harus merencanakan pembelajaran dengan baik.
KESIMPULAN
Teori belajar dan pembelajaran sangat penting penerapannya dalam pelaksanaan pembelajaran. Dengan berkembangnya zaman teori pembelajaran semakin berkembang menjadi lebih baik. Walaupun pada dasarnya tidak ada teori belajar yang terbaik. Tinggal bagaimana kita menerapkannya. Kita sebagai calon pendidik harus memahami berbagai teori belajar yang ada. Agar kita bisa menentukan mana yang ideal dalam pembelajaran dan kita bisa melaksanakan pembelajaran dengan baik sesuai dengan keadaan peserta didik sehingga hasil yang diraih optimal.
Teori-teori ideal mengandung variabel-variabel perantara yang dinyatakan secara eksplisit. Variabel-variabelnya jauh lebih kognitif dibandingkan pada teori-teori terdahulu..namun teori tersebut juga terkait dengan topic perkembangan yang menjelaskan bagaimana manusia berfungsi seperti apa yan dilakukan.
Ada dua aspek pembelajaran yang perlu diperhatikan dalam teori yang pertama adalah hakikat memori. Aspek yeng kedua yaitu persepsi.
Terjadi pergeseran dalam perkembangan teori. Yaitu pergeseran teori Koneksionisme, Kognitivisme, Konstruktivisme, sampai humanisme. Pergeseran tersebut terjadi untuk memperbaiki dan melengkapi teori yang ada. Walaupun pada dasarnya tidak ada teori yang palinh baik.
Teoritis koneksionisme menyatakan bahwa respon akan menghasilkan stimulasi, yang pada gilirannya bisa menghasilkan respon-respon lainnya. Peralihan para teoritisi dalam tradisi koneksionisme ke kognitif mencakup pembahasan mengenai hal-hal yang dipelajari orang dari orang lain, persepsi, motivasi, dan pemecahan masalah yang semuanya beroprasi pada individu.. Pada masa koneksionisme orang-orang mengesampingkan pembelajaran semacam itu dan lebih focus pada pembelajaran dengan tindakan.
Berdasarkan kelemahan tersebut maka teori ini, bergeser menuju teori kontruktivisme.Teori konstruktivisme merupakan bagian dari teori kognitif. Teori ini memandang bahwa siswa harus aktif dalam pembelajaran agar tercipta pengetahuan.
Namun ternyata teori ini masih memiliki kelemahan atau kekurangan karena tidak memperhatikan perkembangan kepribadian peserta didik. Sehingga teori ini bergeser ke teori humanistic.Pada intinya teori humanistik itu memanusiakan manusia. Jadi selain mempehatikan keaktifan siswa pendidik juga harus dapat memotivasi siswa. Supaya siswa memiliki keinginan untuk belajar. Kita sebagai pendidik juga harus merencanakan pembelajaran dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Hill, F, Wilfred. 2009.Theories of Learning. Terj. Teori-teori Pembelajaran. Bandung: Nusa Media.
Saekhan Muchith. 2008. Pembelajaran Kontekstual. Semarang: Rasail Media Group.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H