Liburan tahun baru anak-anak ikut tatung-utinya piknik keluarga di Kaliurang. Bapak-ibunya sudah punya acara sendiri nih. Kami berdua mau nonton pameran dan kontes bonsai nasional yang sedang diadakan di Museum Jogja Kembali.
Untungnya cuaca siang ini mendung mendukung. Jadi jalan-jalan di Monjali sambil melihat-lihat pameran bonsai tidak bikin capek.Â
Si Bapak dengan tekun mengamati lekukan tiap-tiap cabang bonsai. Menimbang-nimbang kenapa yang ini dapat bendera merah, kenapa yang ini dapat bendera hijau, kenapa yang ini nggak dapet bendera. Oh, ternyata karena proporsinya, ukuran cabang, sisa sayatan yang belum sembuh dan lain-lain. Saya sebenarnya nggak begitu mudeng.hehehe
Usai puas melihat, memotret dan merekam bonsai yang meliuk-liuk itu kami jadi lapar. Memang sekarang sudah waktu makan siang. Mumpung tidak ada krucil yang mengekor kami memilih hidangan yang "dewasa". Pilihan kami jatuh pada nasi pecel.
Nasi pecel yang kami datangi ini cukup legend di Jogja. Terletak di kawasan Universitas Gajah Mada, SGPC Bu Wiryo ini sudah ada sejak tahun 1959. Waduh, lebih tua dari umur Bapak saya.
Tempatnya biasa saja, tidak begitu luas. Meja dan kursi yang digunakan juga biasa, meja-kursi kayu panjang. Tidak ada AC, tapi lumayan ada kipas. Khas warung-warung legend lah.
Namun yang menarik perhatian Saya adalah satu set gamelan di area depan. Wah, seru nih! Eh, tapi Saya nggak kepingin main gamelan kok. Dan memang tidak untuk dimainkan pengunjung.
Kami memesan nasi pecel di ibu-ibu penjual. Nasinya bisa request sedikit atau banyak. Kalau pecelnya satu porsi sudah cukup.
Untuk lauk tersedia berbagai macam pilihan, mulai dari aneka sate, gorengan dan perkedel. Kami berdua kebetulan sedang sama-sama ingin makan bacem ati dan kerupuk.
Bagaimana rasa pecelnya?
Yang pertama dinilai untuk pecel jelas sambalnya. Sambal kacang SGPC Bu Wiryo ini lembut, kemungkinan dihalusakn dengan mesin. Masih ada kacang yang sengaja dibuat cacahan kasar membuat teksturnya agak mirip sambal kacang yang diuleg.