Mohon tunggu...
Anita Emmayanti
Anita Emmayanti Mohon Tunggu... Lainnya - ASN Pemkab Bandung

Hobi memelihara tanaman dan sedang mencoba menulis berbagai hal terkait pekerjaan dan tanaman.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Asyiknya Menjalani "Slow Living" di Kota Soreang

31 Desember 2024   15:32 Diperbarui: 31 Desember 2024   15:32 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan di Tol Soroja (Sumber : Dokumentasi pribadi)

Kota Soreang merupakan ibukota Kabupaten Bandung, yang berjarak sekitar 17 km dari Kota Bandung. Kota kecil di pinggiran Kota Bandung ini memiliki kesibukan sebagai pusat pemerintahan, namun masih terasa adem, ramah dan sederhana sebagai sebuah kota.

Karena letaknya yang berbatasan dengan Kota Bandung, maka di Kota Soreang  sejak awal tahun 1990 an menjamur perumahan-perumahan. Efek dari mahalnya harga tanah di Kota Bandung maka Kota Soreang menjadi incaran para pengembang perumahan. Terlebih sejak dibukanya Tol Soreang -- Pasirkoja (Soroja) dibuka sekitar tahun 2017, bertambah ramailah perumahan-perumahan dengan harga yang cukup melambung. Cuaca Kota Soreang tidak jauh beda dengan Kota Bandung, namun bedanya Kota Soreang masih dilingkupi dengan perbukitan dan menghamparnya persawahan yang hijau. 

Di kota ini, saya telah menjalani kehidupan selama 25 tahun lebih (menjelang 26 tahun), setelah sebelumnya merasakan kehidupan di Kota Bogor, Jakarta dan Kota Bandung. Sangat terasa bedanya  denyut kehidupan di Kota Bogor (tempat saya lahir sampai tamat kuliah), kemudian sempat bekerja sebentar di Jakarta dan 5 tahun di Kota Bandung (di "Mertua Indah") sampai akhirnya berlabuh di Kota Soreang. Pernah berkehidupan di 4 kota tersebut, bisa dibilang saya merasakan Slow Living, Fast Living kembali ke Slow Living.

Mulai menetap di Soreang tahun 1999, tentunya kondisi saat ini sudah sangat berubah. Termasuk kategori kota  yang perkembangannya biasa-biasa saja malah terkesan  lambat. Kenapa dikatakan demikian? Karena kurun waktu 25 tahun tetap menjadi kota sederhana yang tidak punya Mall dan tidak ada bioskop.

Pemandangan Exit Tol Soroja (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Pemandangan Exit Tol Soroja (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Perkembangan mulai terasa lebih cepat sejak dibukanya akses Jalan Tol Soroja. Berubah menjadi kota yang banyak dikunjungi dan dilintasi orang-orang luar daerah. Tapi tak masalah karena "Slow Living" nya masih sangat terasa.

Persawahan di seputar Kota Soreang (Sumber : Dok. pribadi)
Persawahan di seputar Kota Soreang (Sumber : Dok. pribadi)

Slow living merupakan sebuah konsep yang menekankan gaya hidup lebih sederhana dan santai. Slow living juga dapat diartikan sebagai gaya hidup yang menekankan pada kualitas daripada kuantitas, yakni mengalokasikan waktu untuk diri sendiri, makan dengan santai, atau menghabiskan waktu bersama orang tersayang (https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20230720103639-33-455785/lagi-trend-slow-living-apa-sih-maksudnya).

Persawahan di sekitar Kota Soreang (Sumber : Dok. Pribadi)
Persawahan di sekitar Kota Soreang (Sumber : Dok. Pribadi)

Seperti apa sih asyiknya Slow Living di Soreang ? ini nih deretan keasyikan yang saya rasakan :

  • Kebetulan jarak dari rumah ke tempat bekerja hanya sekitar 3 km atau sekitar 10' menggunakan kendaraan atau jalan kaki sekitar 30'. Jadi di pagi hari tuh saya masih bisa menyapu halaman dan bercengkrama dengan tanaman-tanaman piaraan di halaman. Jam 7.15 biasanya saya baru berangkat bekerja. Asyiknya lagi dari rumah ke tempat bekerja tidak mengalami hambatan kemacetan.
  • Biaya hidup lebih murah dibanding dengan Kota Bandung. Jajanan dan kuliner tersedia beraneka ragam dengan harga yang relatif lebih murah dibanding harga kota dengan kualitas dan rasa yang tidak kalah. Berbagai jajanan seperti surabi, Kupat tahu, bubur ayam, nasi kuning, lotek sampai jajanan kekinian tersedia di Soreang. Belakangan caf-caf dan Rumah Makan menjamur di sepanjang Exit Tol Soroja.
  • Pemandangan kotanya asyik masih dikelilingi perbukitan dan sawah-sawah. Dijamin menyegarkan mata dan bisa menjadi tempat healing yang murah meriah. Kawasan sekitar Komplek Pemda dan stadion Si Jalak Harupat bisa menjadi rute jalan pagi atau bersepeda.
  • Di sekitar Komplek Pemda sendiri tersedia Taman Uncal, Plaza Upakarti, dan Taman-taman yang biasanya ramai dikunjungi di Hari Sabtu- Minggu dan hari libur. Bisa menjadi alternatif jalan-jalan terutama untuk keluarga muda dan dijamin harganya murah meriah.
  • Kemana-mana relatif dekat. Fasilitas pasar, Rumah Sakit, Bank, hotel, pusat pemerintahan dapat dijangkau dengan akses yang mudah. Jika bosan di Soreang, bisa berkunjung ke Kota Bandung dengan akses Tol atau mengendarai Bis Trans Metro Pasundan rute Gading Tutuka Soreang -- Leuwipanjang dengan harga tiket Rp. 4.900,00 saja (via Tol Soroja).
  • Banyak tersedia home industry yang memproduksi baju Muslim dan jins dengan harga yang sangat terjangkau.
  • Yang paling asyik adalah karena di Kota Soreang ini saya bisa berhobi memelihara anggrek yang menambah serunya "Slow Living".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun