Hari  ini saya merasakan kepuasan dan kesenangan karena berhasil memanen "uang" dari hasil pengolahan sampah dapur. Kenapa saya sebut "UANG"? Karena kompos hasil pengolahan sampah dapur itu bisa digunakan untuk keperluan hobi saya yaitu berkebun.
Untuk keperluan berkebun, biasanya saya membeli tanah dari tukang kembang seharga Rp 10.000 per karung kecil.Â
Jadi dengan mengolah sampah dapur menjadi kompos, saya bisa menghemat pembelian tanah karena sebagian sudah bisa dipenuhi dari hasil kompos sampah dapur. Dengan demikian kompos sampah dapur adalah sama dengan "uang".
Kegiatan mengolah sampah dapur ini berawal dari tidak diangkutnya dan menumpuknya sampah di rumah karena terdampak penutupan TPA Sarimukti beberapa waktu lalu.Â
Pengolahan sampah dapur menjadi kompos tidak perlu menggunakan peralatan khusus dan tidak memerlukan lahan terlalu luas. Dengan galon bekas air mineral dan pot plastik saja kita sudah bisa mengolah sampah dapur.
Mungkin ada yang menganggap sampah dapur yang diolah itu akan mengeluarkan bau tak sedap. Ternyata sama sekali lho tidak ada bau menyengat atau bau sampah. Â Gimana sih cara mengolahnya? Berikut adalah bahan dan cara pembuatannya :
- Pot platik atau galon bekas air mineral yang digunting bagian atasnya dan dilubangi bagian bawahnya.
- Sampah dapur yang dicacah.
- Tanah secukupnya.
- Penutup plastik
Cara pengolahan sebagai berikut :
- Masukkan sampah dapur dan tutup bagian atasnya dengan tanah secukupnya. Tanah tidak perlu terlalu banyak asal bisa menutup sampah dapur.
- Tutup pot atau galon bekas agar tidak terkena air hujan.
- Selanjutnya bisa terus ditambah sampah dapur dan ditutup dengan tanah.
- Begitu selanjutnya sampai pot atau galon penuh.
- Sesekali sampah bisa dibolak-balik agar merata.
- Diamkan selama beberapa waktu sampai sampah hancur (Maafkan saya tidak sempat mengingat lama waktu pembuatan). Mungkin bisa sekitar 2 -- 3 bulan.
- Sampah dapur tersebut sudah bisa digunakan jika sudah berubah materialnya menjadi seperti tanah.
Sepertinya cukup ruwet dan memerlukan waktu khusus ya. Tapi saya berhasil membuktikan bahwa saya yang punya waktu terbatas pun bisa mengolah sampah dapur (karena sehari-hari masih aktif bekerja). Yang penting ada niat dan kemauan, insya Alloh berhasil.Â
Dengan mengolah sampah dapur kita masing-masing apalagi jika bisa dimasifkan ke tingkat RT dan RW, maka jumlah sampah dapur yang dibuang bisa berkurang dan kerja petugas sampah bisa menjadi lebih ringan.Â
Untuk merangsang agar masyarakat mau mengolah sampah dapurnya, mungkin pemerintah perlu memikirkan insentifnya.Â
Tidak perlu insentif yang besar, cukup dengan pemberian plang bertuliskan "Saya telah mengolah sampah dapur sendiri" di halaman rumah atau pemberian stiker untuk ditempel di pintu rumah. Bisa juga insentif diberikan dalam bentuk diskon untuk iuran sampahnya.
Selanjutnya gerakan mengolah sampah dapur ini bisa diintegrasikan dengan kegiatan "Urban Farming". Maka "uang" akan kembali dihasilkan dari tanaman-tanaman yang dipanen. Sampah dapur berhasil diolah  sekaligus bisa menghemat belanja rumah tangga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H