Kelompok militant Abu Sayyaf, yang merupakan simpatisan kelompok ISIS di Filipina Selatan, kembali melakukan penculikan terhadap warga negara Indonesia, di perairan wilayah Felda Sahabat, Lahat Datu, Malaysia. Penculikan yang diikuti dengan tebusan sejumlah uang, diduga untuk membiayai operasional kelompok Abu Sayyaf. Terlebih, besar dugaan kelompok ini mulai terdesak dan akan hijrah ke Indonesia, untuk bergabung dengan kelompok Santoso.
Kelompok ini juga berusaha ingin mendirikan negara Islam di Filipina Selatan, seperti yang dilakukan oleh kelompok radikal dan teroris lainnya. Mereka menggunakan berbagai cara, agar keinginannya itu tercapai. Saat ini, dunia internasional terus mengibarkan bendera perang, terhadap kejahatan terorisme. Bisa jadi karena hal inilah, kelompok teroris terus melancarkan berbagai aksinya. Tidak hanya meledakkan bom seperti yang terjadi di Arab Saudi dan Indonesia beberapa saat lalu, tapi juga dengan cara melakukan penculikan seperti yang dilakukan oleh kelompok Abu Sayyaf.
Kelompok teroris seperti Abu Sayyaf ini memang tak segan membunuh para tawanannya, jika tebusan yang diminta tidak dipenuhi. Sebelumnya, warga negara Kanada di penggal, gara-gara uang tebusan tidak diberikan pemerintah Kanada. Bagi pemerintah Indonesia sendiri, sebenarnya bukanlah hal pertama berurusan dengan kelompok teroris ini. Beberapa bulan lalu, 7 WNI juga disandera, kemudian berhasil dibebaskan setelah melalui berbagai lobi-lobi. Namun tak lama kemudian, 4 WNI kembali diculik dan Sabtu kemarin, 3 WNI kembali diculik. Kita pun berharap, praktek menculik lalu memenggal kepala para tawanan tidak terjadi lagi.
Padahal, kelompok ini mengklaim dirinya beragama dan berjuang di jalan Allah. Sementara, perilakunya justru tidak mencerminkan ajaran Allah. Dalam QS Al Maa’idah ayat 32 disebutkan, “Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu. sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi”.
Jika kelompok Abu Sayyaf benar beargama, harusnya menjadikan rujukan ayat diatas. Harusnya praktek penculikan, membunuh karena tidak mendapat tebusan, tidak dilakukan. Mereka harusnya tidak mengamalkan segala anjuran yang terdapat dalam kitab suci. Menjauhi kitab suci, akan membuat segala perkataan dan perbuatan keluar dari rel yang telah ditentukan. Jika ingin bukti yang nyata, lihatlah perilaku para kelompok radikal dan teroris seperti Abu Sayyaf, ISIS atau kelompok Santoso yang masih buron. Mereka sering menebar kebencian, dan tak segan membunuh korbannya. Ironisnya, kejahatan kemanusiaan itu justru dibelokkan, demi menegakkan jalan Allah. Sungguh sangat tidak masuk di akal.
Pemerintah Indonesia diharapkan tidak pernah lelah, dalam menghadapi kelompok Abu Sayyaf dan kelompok teroris lainnya. Begitu juga dengan masyarakat awam seperti kita, juga harus terus meningkatkan kewaspadaan. Seperti kita tahu, kejahatan terorisme terus menyebar ke segala penjuru negeri. Mereka tidak segan meledakkan dirinya di keramaian. Disisi lain, unsur kebencian terus disebarkan para simpatisan ISIS untuk menebar konflik di masyarakat. Karena itulah, mari kita terus tingkatkan kewaspadaan, demi terciptanya negeri yang tenteram dan damai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H