Penulis pernah berada di suatu tempat dan tidak sengaja mendengar dua orang berkata soal orang lainnya. Si A menyarankan si B tidak mendekat ke seseorang yang mereka sebut sebagai C karena berbeda keyakinan. "Awas loh kalau ketarik". Â Dalam konteks perbincangan mereka ketarik itu bukan soal romansa tapi soal keyakinan.
Zaman ini adalah zaman yang memang aneh untuk keeragaman. Suatu hal yang lumrah sepuluh tahun atau dua puluh tahun lalu menjadi hal yang dianggap aneh oleh suatu pihak, terutama soal keyakinan.Â
Banyak orang , termasuk di dalamnya pelajar menolak untuk berinteraksi dengan rekan lain yang berbeda keyakinan. Mereka berkumpul berdasarkan homogenitas dan tidak berbaur dengan yang lain. Kecenderungan itu tidak saja terjadi pada orang dewasa tetapi juga pelajar dan mahasiswa.
Padahal sebelumnya pergaulan dengan orang yang berbeda keyakinan dan agama adalah sesuatu yang lumrah dan data diterima. Dulu, tak jarang anak seorang haji bersekolah di sekolah Katolik dengan tretap berpedoman pada keyakinannya sendiri. Tak ada yang mengkritik keputusan sang haji dengan kata-kata " awas loh anaknya ketarik (untuk pindah agama).
Sementara itu di tempat lain, di sini saya sebutkan daerahnya yaitu di salah satu wilayah di Jawa Tengah perbedaan agama menjadi sesuatu  yang lazim dan masyarakat di sana merasa tak perlu mempertentangkannya.Â
Ada beberapa rumah di wilayah itu, satu keluarga memeluk agama yang berbeda. Sang ayah, ibu dan anak keduanya adalah muslim taat, sedangkan anak pertama dan ketiga adalah pemeluk Katolik dan Budha. Perbedaan itu karena masing-masing dari mereka punya pengalaman yang membuat mereka berkeputusan memeluk keyakinan yang berbeda dengan orangtuanya.
Namun perbedaan itu tidak membuat suatu sikap aneh atau pertikaian antar mereka. Mereka tetap bersikap dengan baik, menghormati dan tidak mengusik perbedaan itu. Wilayah itu juga tumbuh dengan baik dan tidak bersoal soal perbedaan leyakinan masyarakat lokalnya.
Sukarkah sikap seperti itu di tengah-tengah persoalan global yang kian rumit ini?
Kita punya banyak sekali masalah yang lebih besar saat ini; Perilaku koruptif yang banyak merugikan negara dan bangsa kita karena mereka menghancurkan banyak sumberdaya yang kita miliki, pengaruh narkotika, dan pandemi Covid-19 yang belum selesai. Juga persoalan resesi ekonomi yang menghantui selama semester ini dan mungkintahun depan.
Karena itu mugkin kita bisa mengakhiri banyak hal soal perbedaan keyakinan yang bisa menghambat rasa positif kita. Lebih baik kita lebih focus pada bagaimana cara mengakhiri pandemic, memerangi perilaku koruptif dan memerangi narkotika.
Dengan begitu kita menjadi bangsa besar, dewasa dan bijaksana.