Pada hari Senin (13/1/2020) beberapa media online memberitakan soal tepuk Pramuka yang bernafaskan intoleransi. Seorang Pembina Pramuka mengajarkan Gepuk Pramuka 'Islam Yes Kafir No' pada sekolah SD Negeri Timuran Kota Yogyakarta. Pembina pramuka itu menamakan tepuk itu tepuk Islam.
Awal cerita, salah seorang wali murid  yang menunggu anaknya bubar sekolah dengan melihat latihan Pramuka melihat salah seorang Pembina Pramuka mengajarkan tepuk Islam tersebut.
Pembina putrid itu diketahui berasal dari Kwatir Cabang Yogyakarta. Wali murid itu kemudian menyampaikan keberatan kepada salah seorang Pembina senior lainnya, alasannya itu mencemari kebinekaan Pramuka.
Pembina senior itu kemudian meminta maaf padanya dan menyelesaikan dengan Pembina tersebut. Konyolnya pihak sekolah mengaku tak tahu soal itu karena mereka hanya ketempatan praktik para Pembina dari kwacab.
Peristiwa yang terjadi pada hari Jumat (10/1/2020) kemudian dijadikan tersebar di media sosial dengan cepat dan wartawan merunutnya. Tenyata kepala sekolah SD Timuran tidak mengetahui kejadian tersebut.
Setidaknya ada dua point yang ada dalam berita tersebut, pertama yaitu Pembina Pramuka dari Kwarcab mengajarkan intoleransi. Point kedua adalah pihak sekolah sebagai tempat praktik Pembina Pramuka tidak mengetahui apa yang diajarkan oleh Pembina tersebut.
Dari dua point ini kita bisa menarik kesimpulan bahwa bagaimana intoleransi itu dengan cepat menyebar ke banyak daerah , mungkin dengan cara yang mirip dengan kisah di atas. Yogyakarta hanya salah satu contoh saja dimana kejadian ini ketahuan oleh wali murid yang paham dan menghargai keragaman dalam segala pengajaran di sekolah.
Ingat, Pramuka adalah salah satu ekstra kurikuler yang membuat para anak didik trampil atas banyak hal semisal tali temali, membaca peta, membaca semaphore sampai pada masak memasak dan pertolongan pertama pada kecelakaan.
Pramuka secara nyata sudah membuat banyak peserta didik menjadi trampil dan para murid yang mengikuti ekstra kurikuler menyatakan ilmu pramuka mereka berguna di kemudian hari semisal membaca peta dimana tidak semua orang bisa melakukannya.
Kisah diatas juga menunjukkan bahwa kepedulian semua orang soal apa yang diajarkan oleh guru maupun mentor di sekolah, amat diperlukan.
Kepedulian itu tidak hanya pihak sekolah tapi juga orangtua dan lingkungan yang paling dekat dengan para murid dan sekolah dalam hal ini lingkungan sekitar sekolah dan pihak dinas pendidikan setempat.