Jika kita pernah ke Jawa Tengah persisnya di daerah Muntilan, maka kita mendapati pengalaman yang luar biasa. Â Daerah itu mempraktekkan toleransi dalam arti sesungguhnya, baik secara teori maupun praktek. Bagaimana itu bisa terjadi ?
Cobalah ke beberapa rumah di sana, dan tanyailah berapa anggota keluarga dan --jika tak segan- tanyailah juga mereka memeluk agama apa saja. Kebanyakan mereka akan menjawab bahwa dalam satu rumah atau sesaudara banyak yang berbeda agama. Semisal, ayah dan ibu beragama Katolik, anaknya bisa jadi ada yang Muslim, Kristen Protestan atau Budha. Dalam keluarga sesekali wajar jika ada konflik, tapi konflik soal perbedaan agama jarang terjadi. Dengan segala keberagamannya, Muntilan dan Magelang adalah kota aman dan damai.
Hal ini karena sejak tiga abad lalu, Muntilan dikenal sebagai kota kecamatan dengan pengaruh beberapa agama sehingga masyakatnya sangat pluralis. Beberapa situs dari beberapa keyakinan agama memang melingkupi Muntilan .Masyarakat di sana terbiasa dengan perbedaan. Lingkungan dan keberadaan sanak saudara atau tetangga yang berbeda keyakinan inilah yang membuat mindset kebinekaan sudah terbentuk sejak belia. Tidak ada yang salah jika satu saudara berbeda keyakinan. Dimungkinkan juga dalam satu RW ada enam keyakinan. Kearifan lokal inilah membuat keragaman Muntilan kaya tiada tara.Â
Jika kita tengok sejarahnya agama Katolik dikembangkan oleh misionaris bernama ES Lupyen sejak tahun 1898. Karena itu umat di sekitarnya mendirikan Gereja Muntilan atau Gereja Santa Maria Lourdes Promasan. Gereja ini bisa dikatakan sebagai gereja tertua di pulau Jawa. Ada Sendangsono yang merupakan situs agama yang sering dituju oleh umat beragama Katolik.
Tak jauh dari Muntilan ada Prambanan yang merupakan perwujudan pengaruh agama Hindu. Di Magelang yang tak jauh juga dari sana ada candi Borobudur yang merupakan situs peninggalan agama Budha. Muntilan juga tak jauh dari masjid Demak yang merupakan masjid kesultanan Demak yang merupakan kesultanan pertama di Jawa. Masjid berdiri pada abad ke 15.
Tak hanya itu di Semarang ada gereja Blenduk yang merupakan gereja besar untuk umat Protestan. Selain itu di Semarang juga ada masjid Sam Poo Kong yang merupakan peninggalan dan Laksamana Cheng Ho. Masjid itu kemudian berubah fungsi menjadi kelenteng karena bangunan yang  sangat khas China. Cheng Ho memberikan dua pengaruh bagi Jawa yaitu Kong Hu Cu dan Islam. Ceng Ho sendiri beragama muslim.
Muntilan dengan keragamannya bisa menjaga daerah mereka dari pengaruh radikal. Beberapa provokator memang diketahui pernah bersembunyi di daerah itu tetapi kemudian diketahui dan dilaporkan kepada aparat. Memang seharusnya begitu dalam bermasyarakat dan bernegara. Sikap dan kesigapan masyarakat Muntilan harusnya juga ditiru termasuk deteksi dini doal radikalisme oleh beberapa daerah di sekitarnya, termasuk Solo dan sekitarnya.