Pada awal Oktober 2018 lalu, jagat maya kita heboh dengan kabar soal Ratna Sarumpaet yang mengaku dihajar oleh sekelompok orang saat di Bandung. Di visual yang ditampilkan menunjukkan wajahnya lebam dan tak berdaya.
Kisah itu disebarkan pertama kali oleh akun Fabcebook milik Swary Utami Dewi pada tgl 2 Oktober 2018. Unggahan itu disertai screenshoot dari WA yang menggambarkan wajah Ratna yang bengkak-bengkak dan babak belur. Lalu konten yang dibuat oleh Swary itu disebarkan oleh beberapa orang di grup Facebook dan kemudian di twitter, instagram dan di keompok-kelompok WA.
Beberapa tokoh malah mengecam tindakan itu dengan frame politis sehingga seakan-akan tidak ada perlindungan sebagai warga Negara. Terlebih saat itu Ratna mengaku bahwa kejadian itu terjadi di bandara udara  Bandung dan pengeroyokan itu tidak terhindarkan.
Kecaman tokoh partai diikutindengan pengikut-pengikutnya sehingga dunia media sosial amat riuh dengan kecamanyang ditujukan bagi aparat dan lawan politik. Kabar itu mereka telan mentah-mentah tanpa adanya verifikasi.Â
Akibatnya, ujaran-ujaran kebencian dan kecaman kepada aparat  dan penyelenggara Negara tidak terhindarkan. Jutaan netizen yang menyaksikan juga terseret arus percaya pada kejadian yang menimpa Ratna dan membully pemerintah dan lawan politik habis-habisan.
Segera setelah ramai dan viral di media sosial hal itu membuat aparat kepolisian langsung menanggapi setelah mendapat tiga laporan soal itu.
Berdasar penyelidikan polisi, Ratna tidak pernah melapor hal itu di polsek di bandung. Terlebih lagi ditemukan bahwa Ratna tidak pernah dirawat di beberapa rumah sakit di bandungsetelah aksi pengeroyokan itu. Singkat kata, secara alibi saat itu Ratna tidak berada di Bandung tetapi kemudian diketahui berada di salah satu rumah sakit di Jakarta dengan melakukan operasi plastic.
Polisi dengan sigap menunjukkan beberapa transaksi atas nama anak Ratna ke rumah sakit tersebut dan beberapa gambar menunjukkan bahwa Ratna memang dirawat di rumah sakit di kawasan Menteng untuk melakukan oprasi plastic pada tgl 20 -- 24 September. Â
Beberapa waktu kemudian Ratna mengungkap bahwa dia memang berada di Jakarta dan penganiayaan tidak pernah terjadi. Ratna sudah melakukan hoaks terbaik di negeri ini. Sampai-sampai tokoh masyarakat dan partai membuat pernyataan mengecam.
Dari contoh ini kita mendapat gambaran bahwa hoax muncul karena ada kabar yang tidak terverifikasi oleh masyarakat. Masyarakat angsung percaya apalagi yang menyatakan kejadian itu adakah seorang yang cukup dikenal oleh media dan masyarakat luas.
Dengan kejadian Ratna Sarumpaet yang  kasusnyanya kini disidang menyatakan bahwa hoax dapat membuat masyarakat saling curiga. Curiga terhadap aparat , pemerintah maupun terhadap kelompok masyarakat lain yang mungkin tidak satu kelompok dengan Ratna.