Beberapa waktu lalu, Presiden RI Joko Widodo mengimbau agar semua pihak menghentikan semua gesekan yang disebabkan tindakan verbal negatif yang sebagian besar diperoleh dari media sosial. Media sosial dipilih oleh beberapa pihak sebagai alat untuk mengirimkan narasi-narasi negatif kepada masyarakat.
Imbauan Presiden Jokowi agar semua pihak menghentikan 'gesekan' sungguh tepat, sebab tindakan saling menghujat bisa berdampak negatif bagi bangsa Indonesia. Apalagi saat ini, ada tendensi kebebasan berdemokrasi di Indonesia sudah dinilai kebablasan, sehingga mengancam demokrasi itu sendiri.
Hal itu dipicu karena akhir-akhir ini hak warga negara untuk mengekspresikan aspirasi politiknya, khususnya yang disalurkan melalui medsos negatif yang sudah menabrak, atau tidak memperhatikan koridor utama, yakni agar aspirasi itu tidak merusak NKRI serta mengganggu persatuan dan kesatuan.
Hal ini terlihat jelas ketika Pilkada Jakarta berlangsung. Ujaran kebencian menjadi roh utama dalam menjatuhkan lawan. Tak hanya ujaran kebencian saja tapi juga provokasi, fitnah yang keji dan sebagainya. Ini diperparah dengan meme meme yang sengaja dibuat sedemikian rupa sehingga dramatis.
Sebenarnya benih-benih provokasi melalui medsos sudah terlihat ketika masa pilpres empat-lima tahun lalu. Saat itu terjadi ujaran-ujaran yang keras tetapi tidak sampai pada politik identitas. Propvokasi yang mengancam perpecahan bangsa mulai terlihat saat Pilkada Jakarta yang berakhir dengan tragis. Bagi banyak pengamat, Pilkada Jakarta adalah pilkada yang paling brutal yang salah satunya menggunakan medsos negatif sebagai peluru untuk menembak lawan politik.
Inilah penyebab utama kekawatiran akan persatuan dan kerukunan bangsa. Selama nyaris tujuh dekade Indonesia merdeka, rakyat hidup dengan rukun dan saling menghargai satu sama lain. Selama ini Indonesia sadar bahwa keberagaman adalah takdir; satu hal yang tidak bisa dihindari.
Akhirnya, mungkin kita harus belajar dari pengalaman saat pilpres dan pilkada Jakarta. Bahwa medsos jangan digunakan untuk hal-hal negatif. Kita harus peka dengan memperhatikan narasi dan konten yang disampaikan oleh medsos tersebut. Dengan selalu peka dan kritis, pada hakekatnya kita sudah melakukan ronda medsos negatif.
Dengan menghindari menyebarkan medsos egatif artinya kita sudah menjaga keutuhan dan kerukunan bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H