Mohon tunggu...
anita putri
anita putri Mohon Tunggu... Musisi - swasta

seorang yang sangat menyukai musik

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Antara Hak Asasi dan Kewajiban Asasi Harus Seimbang

18 April 2016   19:40 Diperbarui: 18 April 2016   19:52 2816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="www.softilmu.com"][/caption]Dalam UUD 1945 dijelaskan bahwa negara menjami kebebasan setiap warga negaranya, untuk beragama dan berkeyakinan. Kita bisa memeluk agama, sesuai dengan keyakinan kita masing-masing. Bisa memeluk Islam, Kristen, Hindu, Budha, Konghucu, atau yang lainnya. Kebebasan memeluk agama itu, bagian dari hak asasi manusia. Hak yang melekat pada diri manusia sejak dilahirkan ke dunia. Karena hak itu sifatnya melekat, maka tidak bisa dipaksakan. Seseorang tidak bisa memaksa orang lain, untuk memeluk agama yang lain.

Di sisi lain, selain memiliki hak asasi, manusia pada dasarnya juga memiliki kewajiban asasi. Jika memeluk agama itu bagian dari hak, maka toleransi antar umat beragama itu kewajiban. Menghormati antar sesama, menghargai antar sesama, saling tolong menolong, merupakan kewajiban kita sebagai umat manusia. Dengan saling menghormati, diharapkan kerukunan akan terjalin, tanpa melihat suku, agama, bahasa, dan perbedaan lainnya. Kenapa kewajiban asasi manusia itu penting? Agar perbedaan yang melekat pada negeri ini, tidak menjadi penyebab perpecahan, namun justru menjadi kekuatan.

Mari kita bertanya pada diri sendiri. Apakah kita sudah mendapatkan hak asasi kita sebagai manusia? Apakah kita juga sudah melakukan kewajiban hak asasi manusia? Sudahkah lingkungan kita dan negara ini menerapkan keduanya? Antara hak dan kewajiban harus berjalan seiring. Tidak bisa salah satu. Antara keduanya harus dilakukan secara seimbang. Tidak hanya antara hak dan kewajiban, dalam segala hal keseimbangan itu diperlukan.

Dalam hubungannya antara kita dengan Allah dan manusia, habluminallah dan habluminannas juga harus seimbang. Tidak bisa kita beribadah terus siang dan malam, dan melupakan kewajiban dunia. Sebagai kepala keluarga, kita harus bekerja untuk menafkahi anak dan istri. Sebagai anak juga harus belajar menuntut ilmu. Dan sebagai istri juga harus menjadi istri yang solehah untuk keluarga. Jika keseimbangan itu tidak ada, maka yang terjadi adalah ketidakharmonisan.

Jika hutan yang ada di bumi ini terus ditebang, maka yang terjadi adalah, keanekaragaman flora dan fauna akan hilang, udara semakin panas, oksigen menipis, dan dampak terburuknya adalah manusia pun juga tidak bisa bertahan lama. Itulah yang terjadi jika keseimbangan lingkungan tidak dilakukan. Apa yang terjadi jika hak dan kewajiban tidak seimbang? Jika hal itu terjadi pada dunia kerja, maka akan banyak perusahaan yang gulung tikar, karena para pekerja tidak menjalankan kewajiban sebagai pekerja. Dalam kehidupan sehari-hari, akan banyak orang merasa benar sendiri. Segala sesuatu yang berada diluar pemahamannya dianggap salah. Perbedaan selalu dianggap sebagai sumber perpecahan.

Apakah hal itu terjadi dalam lingkungan kita? Kita masih dengan mudah menemukan perilaku ormas keagamaan, bersikap tidak adil kepada sesama. Bahkan, meski mereka mengusung jargon keagamaan, mereka cenderung melakukan kekerasan. Lebih suka mengkafirkan orang lain. Bahkan, jika sudah pada tahap ekstrim, mereka bisa membunuh orang lain hanya karena perbedaan yang sepele. Hal itulah yang dilakukan oleh para teroris, dan kelompok radikal keagamaan.

Karena itulah, mari kita semua, baik sebagai individu, organisasi, pemda, pemerintah pusat, dan siapa saja, harus konsisten menyeimbangkan antara hak dan kewajiban. Jangan terus menuntut, atau menyalahkan orang lain, jika kewajiban kita sebagai muslim, sebagai pegawa, atau sebagai warga negara tidak pernah dilakukan. Salam.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun