Mohon tunggu...
Anis Yulyanis
Anis Yulyanis Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S2 Pendidikan Masyarakat Universitas Pendidikan Indonesia

Manusia biasa yang mencoba menikmati setiap proses pembelajaran dalam perjalanan yang panjang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jurnal Membaca Tokoh Sastra Indonesia

30 Oktober 2024   20:53 Diperbarui: 30 Oktober 2024   21:09 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jurnal membaca ini adalah karya tulis warga belajar PKBM Al Hilal yang dibuat pada 19/10(2024)

Oleh: Nadhirah Fathiya Mazidah

Sumber : Wikipedia, Ensiklopedia, Kompas.com, ESI.

CHAIRIL ANWAR

Chairil Anwar merupakan salah satu seorang penyair atau sastrawan ternama berkebangsaan Indonesia. Diperkirakan beliau telah menulis sekitar 96 karya yang 70 diantaranya adalah puisi. Chairil Anwar memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan dunia kesasteraan di Indonesia. Tidak sedikit dari karya nya yang dapat menginspirasi para regenerasi-regenerasi baru yang mengikutsertakan dirinya kedalam lautan kesasteraan ini. Beliau dinobatkan oleh H.B Jassin sebagai sastrawan pelopor Angkatan '45. Sebagai sastrawan terkemuka, ditahun 1943 beliau mendapatkan julukan "Si Binatang Jalang". Julukan tersebut yang berawal dari sebuah karyanya di dalam sebuah puisi yang berjudul "Aku" di salah satu baris yang berbunyi "Aku Ini Binatang Jalang". Chairil Anwar lahir Dari keluarga terpandang di Sumatera Utara, tepatnya di Medan pada anggal 26 Juli 1922. Kemudian beliau meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 28 April 1949, diusianya yaitu 27 tahun. Chairil Anwar adalah anak tunggal dari ibunya yang Bernama Saleha.

Dan ayahnya yang Bernama Toeloes bin haji Manan yang berasal dari Kabupaten Lima Puluh kota. Beliau pernah bekerja sebagai pegawai negeri dan sebagai Bupati Indragiri pada tahun 1948 dan meninggal dunia akibat pembantaian Rengat. Akan tetapi, ada sebuah peristiwa tak terduga menimpa Chairil Anwar pada tahun 1940 disaat usianya yang 19 tahun, yaitu kedua orang tuanya yang memutuskan untuk bercerai pada sekitar akhir tahun 1948. Setelah penceraian kedua orang tua nya, Chairil Anwar bersama ibunya memutuskan untuk pindah ke Kota Batavia (yang sekarang lebih dikenal dengan Kota Jakarta). Meski begitu, ayahnya Toeloes tetap membiayai kehidupan

Chairil Anwar dan ibunya. Di Batavia lah Chairil Anwar mulai mengenal dunia sastra. Chairil Anwar mulai menempuh pendidikan sekolah dasarnya di Neutrale Hollands nlandsche School (HIS) kemudian melanjutkan Kembali di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) sampai kelas 1 setingkat SLTP. Diusia Chairil Anwar 18 tahun, ia memutuskan untuk berhenti bersekolah dikarenakan ia ingin memenuhi tekad serta keinginan lama nya yang sudah cukup ia simpan untuk menjadi seorang seniman. Tidak lama kemudian setelah kedua orang tua nya melakukan penceraian dan Chairil Anwar bersama ibunya pindah ke Batavia, Chairil Anwar dapat menguasai berbagai bahasa yang diantaranya yaitu Bahasa Inggris, Belanda, dan Jerman. Tidak sedikit juga Chairil Anwar menggunakan waktu luangnya untuk membaca buku-buku hasil karya dari berbagai penulis-penuis Internasional seperti : J. Slaurhoff, Edgar du Perron, dan masih banyak lagi.

Chairil Anwar adalah orang yang sangat suka dengan hal-hal yang berhubungan dengan

individualisme, eksistensialisme, kematian, dan juga pemberontakan. Tema-tema itupun yang Chairil Anwar gunakan dalam sebagian karya-karya yang dibuatnya. Pertama kali Chairil Anwar mengirimkan puisi-puisi yang ia buat ke majalah Pandji Pustaka, banyak yang di tolak karena puisi- puisi tersebut dianggap terlalu individualistis. Kemudian nama Chairil Anwar pun mulai dikenal di dalam dunia sastra karena puisinya yang berjudul "Nisan" pada tahun 1942 di usianya yang 20 tahun. Puisi-puisi karya Chairil Anwar banyak beredar di atas kertas-kertas pada masa pendudukan Jepang di Indonesia hingga tahun 1945.

Ketika Chairil Anwar menjadi penyiar radio Jepang di Indonesia, ia jatuh cinta kepada seorang wanita yang benama Sri Ayati, tetapi Chairil Anwar tidak dapat mengungkapkan perasaanya tersebut kepada wanita itu. Hingga akhirnya Chairil Anwar pun memutuskan untuk menikah dengan Hapsah Wiraredja pada tanggal 6 Agustus 1946. Kemudian mereka pun dikaruniai seorang anak perempuan yang bernama Evawani Alissa. Akan tetapi, saat anaknya itu berusia 7 bulan, Hapsah Wiraredja meminta untuk menceraikan Chairil Anwar pada akhir tahun 1948 dikarenakan ekonomi yang tidak memungkinkan dan gaya hidup Chairil Anwar yang tak unjung berubah.

Tidak lama setelah penceraian itu dilakukan, kondisi tubuh Chairil Anwar pun menurun. Sebelum usianya ke 27 tahun, Chairil Anwar jatuh sakit. Ia dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (CBZ). Kemudian meninggal dunia pada pukul setengah 3 sore 28 April 1949. Sampai saat ini belum ada yang tau pasti penyebab Chairil Anwar meninggal dunia. Ada yang menyatakan bahwa beliau meninggal dunia karena TBC, tetapi ada juga yang menyatakan bahwa kematian beliau dikarenakan penyakit yang di deritanya yaitu tifus, usus pecah, dan juga penyakit paru-paru. Sesuai dengan keinginannya, sehari kemudian beliau pun dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun