Mohon tunggu...
Anisyaul Fitria
Anisyaul Fitria Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa - Universitas Airlangga

Teknologi Sains Data

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Degradasi Partisipasi Organisasi Mahasiswa di Tengah Maraknya Program MBKM?

30 Mei 2023   11:06 Diperbarui: 30 Mei 2023   11:12 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Program MBKM cenderung mendapat sokongan dalam segi vital yaitu anggaran yang terlampau jauh daripada ormawa itu sendiri. Program MBKM mendapat dukungan untuk memberikan biaya hidup bagi mahasiswa yang mengambil program tersebut. Hal tersebut dapat dikatakan perihal yang cukup vital karena merupakan aspek materil yang tentunya berpengaruh terhadap orientasi mahasiswa yang dengan mudahnya berpaling ke program tersebut.

Ditinjau dari segi organisasi mahasiswa, sebenarnya memiliki orientasi yang cukup berbeda. Organisasi mahasiswa cenderung memiliki social oriented, yang mana apa yang dilaksanakannya diperuntukkan pemerataan akses mahasiswa kepada mahasiwa secara keseluruhan, pengembangan mahasiswa, dan pengabdian masyarakat. Sikap-sikap yang ditumbuhkan oleh lingkungan sosial didalam organisasi mahasiswa cenderung menumbuhkan orientasi sesuai meruah mahasiswa yang karakternya social oriented yang juga mencakup kepedulian terhadap sesama.

Namun, jika kedua keunggulan masing-masing antara organisasi mahasiswa dan Merdeka Belajar Kampus Medeka (MBKM) di komparasikan, mahasiswa akan cenderung melirik pada wadah yang dapat memberikan keuntungan pada aspek materil, terlebih MBKM memberikan akses untuk konversi SKS maksimal sebanyak 20 SKS. Hal itu sudah menjadi lumrah terkait komparasi keuntungan dan mana yang lebih diminati.

Sebagai organisasi mahasiswa juga tidak serta merta hanya mengkambinghitamkan MBKM sebagai momok bagi para pegiat ormawa, namun lebih jauh kepada bagaimana ormawa dapat memiliki daya tawar yang lebih agar tidak terkesan sebagai wadah yang stagnan. Maksud disini sebagai ormawa tidak harus untuk menyaingi MBKM sebagai kompetitornya namun lebiih kepada kebutuhan penyesuaian bagi ormawa itu sendiri.

Terdapat berbagai upaya yang seharusnya dapat ditempuh para pegiat ormawa dalam penyesuaiannya dalam fenomena ini seperti upaya untuk memberikan rekognisi SKS bagi para pegiat ormawa. Hal itu tidak serta merta sebagai tuntutan namun sebagai fasilitas pegiat ormawa yang mana ormawa juga merupakan wadah berkembang yang selaras dengan Tri Dharma perguruan tinggi. 

Ormawa juga merupakan organisasi non-profit yang tidak bisa menyaingi MBKM dari segi pemenuhan kebutuhan harian para anggotanya, namun setidaknya ormawa tersebut dibentuk untuk dapat menjadi organisasi yang mandiri dalam segi finansial agar tidak menyebabkan anggota yang didalamnya menemui kerugian finansial sekaligus menekan dan atau menepis stigma dan trauma anggota ormawa yang identic dengan penjual risol dan kawan-kawannya. Dengan begitu, ormawa akan tetap menjadi wadah yang sustainable dan inovatif.

 

REFERENSI:

Fibrianto, A. S. (2016). Kesetaraan Gender Dalam Lingkup Organisasi Mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun 2016. Jurnal Analisa Sosiologi, 5(1), 10-27.

Sopiansyah, D., Masruroh, S., Zaqiah, Q. Y., & Erihadiana, M. (2022). Konsep dan Implementasi Kurikulum MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka). Reslaj: Religion Education Social Laa Roiba Journal, 4(1), 34-41.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun