Mohon tunggu...
Eka Anisya Rizki
Eka Anisya Rizki Mohon Tunggu... Freelancer - in collage

Hello, guys ! take your time to read the article and enjoy :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tak Termakan oleh Waktu, Saweran Tetap Populer

7 April 2020   19:47 Diperbarui: 7 April 2020   19:47 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sawer atau biasa yang disebut saweran merupakan suatu tradisi yang sangat populer dikalangan masyarakat Indonesia. Saweran biasanya dilakukan saat digelarnya pesta pernikahan masyarakat etnis sunda. 

Tak hanya itu, saweran juga dilakukan ketika seseorang habis melakukan transaksi pembelian kendaraan, renovasi rumah, bahkan hajat sunatan. Hal ini dilakukan karena mempercayai bahwa saweran dapat membuang sial serta syukuran atas apa yang baru didapatkan.

Saweran memiliki arti 'meminta uang' kepada penonton. Namun, seiring berjalannya waktu saweran dijadikan kebiasaan dari berbagi rezeki pada acara-acara tertentu. 

Saweran biasanya dilakukan dengan menyebar uang, permen, dan beras yang sudah ditaruh di dalam wadah seperti baskom. Uang yang berada dalam baskom biasanya di dominasi oleh uang logam karena dianggap lebih mudah disebarnya dibandingkan dengan uang kertas.

Awal mula tradisi ini ada pada salah satu dari prosesi tradisi pernikahan adat sunda. Tradisi ini sudah dilakukan secara berabad-abad oleh masyarakat sunda, saweran di upacara pernikahan dipercaya mengandung nilai-nilai kehidupan dan pada awalnya tradisi ini dilakukan untuk puja puji terhadap leluhur yang tidak dapat ditinggalkan. Pada acara pernikahan, saweran biasanya diadakan setelah acara ijab qobul pengantin.

Saat ini, saweran menjadi ajang gengsi yang bersembunyi di balik kata tradisi, salah satunya dilihat dari bagaimana seseorang mengharuskan untuk mengadakan saweran setelah membeli kendaraan baru, pemicu terjadinya disebabkan oleh faktor lingkungan yang begitu mendorong dengan cara melontarkan kata-kata ejekan atau fikiran-fikiran negatif apabila sang empunya tidak melakukan hal saweran.

Hal ini biasanya terjadi pada kalangan masyarakat dengan ruang lingkup yang padat penduduk dengan perekonomian standar. Tak hanya itu, jumlah nominal dalam saweran pun menjadi pusat perhatian, para penyawer dianggap mampu dilihat dari semakin banyaknya jumlah nominal yang dia bagikan dalam saweran. 

Dan jika sudah adanya saweran, masyarakat sekitar segera bergegas menuju tempat si penyawer dan bahkan beberapa masyarakat rela mengabaikan sesuatu yang sedang dikerjakannya.

Ketika saweran dimulai, semua orang hanya fokus terhadap uang yang disebar, tak peduli saling senggol yang terpenting adalah uang yang berjatuhan dijalan. 

Tak mengenal gender dan usia, saweran pun diikuti oleh bapak-bapak, ibu-ibu, anak-anak, bahkan para remaja pun ikut bergabung jikalau saweran sudah diadakan pada suatu wilayah.

Terlepas dari pemikiran-pemikiran yang ada, tradisi saweran akan selalu ada karena menjadi suatu budaya lokal yang diakui keberadaan dan mitosnya. Saweran juga menjadi sebuah rezeki bagi seseorang yang sedang membutuhkannya, oleh sebab itu semua tergantung pada presepsi masing-masing individu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun