Mohon tunggu...
Anisabella Indriani
Anisabella Indriani Mohon Tunggu...

Pelajar di SMAN 16 Bekasi. 16yo. Javanese girl

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Penyimpangan Positif; Rocker Wanita

25 April 2014   00:38 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:14 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

  • Definisi

Musik adalah sekumpulan irama dan melodi yang selaras dan indah. Musik adalah karya seni yang telah ada sejak dahulu kal. Musik memiliki bermacam-macam alirannya yaitu, jazz, R&B, pop, blues, reggae, country dan rock. Kali ini saya akan membahas tetntang aliran musik rock dan ini akan menyangkut dengan tulisan saya kali ini.

  • Sejarah

Musik rock adalah genre musik populer yang mulai diketahui secara umum pada pertengahan tahun 50an. Akarnya berasal dari rhythm and blues, musik country dari tahun 40 dan 50-an serta berbagai pengaruh lainnya. Selanjutnya, musik rock juga mengambil gaya dari berbagai musik lainnya, termasuk musik rakyat (folk music), jazz dan musik klasik. Musik Rock adalah salah satu genre dalam khasanah musik populer dunia yang biasanya didominasi oleh vokal, gitar, drum, dan bas. banyak juga dengan penambahan instrumen seperti keyboad, piano maupun synthesizer. Musik rock biasanya mempunyai beat yang kuat dan didominasi oleh gitar, baik elektrik maupun akustik. Bunyi khas dari musik rock sering berkisar sekitar gitar listrik atau gitar akustik, dan penggunaan back beat yang sangat kentara pada rhythm section dengan gitar bass dan drum, dan kibor seperti organ, piano atau sejak 70-an, synthesizer. Disamping gitar atau kibor, saksofon dan harmonika bergaya blues kadang digunakan sebagai instrumen musik solo. Dalam bentuk murninya, musik rock “mempunyai tiga chords, bakcbeat yang konsisten dan mencolok dan melody yang menarik”. Pada akhir tahun 60-an dan awal 70-an, musik rock berkembang menjadi beberapa jenis. Yang bercampur dengan musik folk (musik daerah di amerika) menjadi folk rock, dengan blues menjadi blues-rock dan dengan jazz, menjadi jazz-rock fusion. Pada tahun 70an, rock menggabungkan pengaruh dari soul, funk, dan musik latin. Juga di tahun 70an, rock berkembang menjadi berbagai subgenre (sub-kategori) seperti soft rock, glam rock, heavy metal, hard rock, progressive rock, dan punk rock. Sub kategori rock yang mencuat ditahun 80an termasuk New Wave, hardcore punk dan alternative rock. Pada tahun 90an terdapat grunge, Britpop, indie rock dan nu metal. Sebuah kelompuk pemusik yang mengkhususkan diri memainkan musik rock dijuluki rock band atau rock group (grup musik rock). Rock group banyak yang terdiri dari pemain gitar, penyanyi utama (lead singer), pemain gitar bass, dan drummer (pemain drum), membentuk sebuah quartet. Beberapa group menanggalkan satu atau dua posisi diatas dan/atau menggunakan pennyanyi utama sebagai pemain alat musik disamping menyanyi, membentuk duo atau trio. Group lainnya memiliki pemusik tambahan seperti dua rhythm gitar dan atau seorang keyboardist (pemain kibor). Agak lebih jarang, penggunaan alat musik bersenar seperti biola, cello atau alat tiup seperti saksofon, terompet atau trombon. Pondasi dari musik rock adalah rock and roll dan rockabilly di era 50an. pada akhir 60an banyak terjadi percampuran genre musik lain dengan musik rock. Musik folk bercampur menjadi Folk Rock, Musik blues bercampur menjadi Blues Rock dan musik jazz menjadi Jazz-Fussion Rock. Dan pada tahun 70an rock berkembang menjadi beberapa subgenre seperti soft rock, hard rock, heavy metal dan punk. Di era 80an berkembang lagi beberapa subgenre seperti glam metal, synth rock, trash metal, hardcore punk, alternative rock. Di era 90an subgenre baru yaitu grunge style rock, britpop, indie rock, piano rock dan nu metal. Musik rock Indonesia sendiri mulai menjejak pada tahun ’70-an. Dan kemunculannya pun tidak bisa dilepaskan dari para pionir mulai dari Giant Step, God Bless, Gang Pegangsaan, Gypsy, Super Kid, Terncem, AKA/SAS, Bentoel, hingga Rawe Rontek. (sumber: http://www.bloggerbanua.com/sejarah-musik-rock-dan-perkembangannya-di-dunia/) Beberapa tahun belakangan ini fenomena indie demikian deras menyentak. Menyeruak dari kalangan pemusik “pinggiran”. Membuat suatu trend baru di industri musik global. Suatu pertanyaan yang akan membekas di benak kita. Sebenarnya apa makna indie, underground, D.I.Y , istilah istilah yang akrab dengan dunia musik “bawah tanah” ini. Saat ini orang sering salah kaprah dalam menilai sebuah musik. Banyak yang menyebut-nyebut musik “underground” sebagai sebuah musik yang keras, brutal, yang hanya di dominasi oleh kelompok musik beraliran death metal, grind core, hard core atau black metal. Dan ini terus diulang-ulang yang akhirnya memberikan pengertian yang keliru. Sekarang kita kupas sedikit demi sedikit tentang “kesalah-kaprahan” ini. Indie sebenarnya berasal dari kata dalam bahasa Inggris, Independent, yang artinya merdeka, bebas, mandiri. Istilah ini kemudian oleh kalangan pemusik dipelesetkan menjadi Indie. Istilah Indie lebih merujuk pada sistem produksi yang dilakukan oleh seorang pemusik. Sebuah band atau pemusik yang membuat sendiri musiknya, merekam, kemudian, memasarkan atau mendistribusikan hasil karya musiknya tersebut, inilah yang disebut sebagai pemusik Indie. Segala sesuatu yang dilakukan oleh pemusik dari mulai proses kreatif. Membuat sampai mendistribuskan produk secara “sendiri” dan diluar jalur “mainstream” ini akhirnya disebut dengan istilah D.I.Y (Do it Yourself) . Karena dalam mendistribusikan atau memasarkan produk ini lewat “gerilya” atau jalan “bawah tanah” (karena minimnya budget terutama), maka muncullah istilah Underground. Perlu diketahui bahwa dalam proses produksi D.I.Y. ini tidak ada campurtangan dari orang lain. Yang mempengaruhi proses kreatif dari sang musisi. Karena semua dilakukan sendiri olehnya. Kemudian muncul istilah indie label dan major label. Indie label adalah sebuah recording company yang mungkin saja tidak sebesar major label terutama dari budgetnya. Akan tetapi memiliki konsep sendiri, mulai dari jenis musik, recording sampai sampai pada pemasaran produk. Dari record label indie ini biasanya para pemusik mendapatkan kebebasan dalam berkarya. Sedangkan major label adalah sebuah record company yang besar, yang memiliki jaringan pemasaran atau distribusi produk yang luas di berbagai negara. Karena yang dikejar adalah target market dan trend yang sedang atau sudah ada dan berkembang. Maka biasanya seringkali pihak produser menekan atau mempengaruhi, proses kreatif dari artis atau pemusik dalam menuangkan ide atau karyanya. Seorang pemusik bisa disebut pemusik underground, bila semua produk mereka dibuat secara indie (oleh mereka sendiri). Mulai dari musik dasar, aransemen, desain cover album sampai proses pemasaran atau distribusinya. Sedangkan untuk jenis musik “underground” sendiri sebenarnya mencakup semua jenis musik dan tidak terbatas. Dari pop, hard rock, heavy metal, punk, ska, death metal, black metal, hard core, techno, rock alternative bahkan jazz. Bila dilihat sejarahnya, D.I.Y, indie dan underground ini adalah sebuah bentuk perlawanan dan penolakan terhadap musik-musik mainstream, major label, dan industri musik yang memperiakukan musik bukan sebagai seni. Akan tetapi sebagai komoditi. Bahkan pada banyak kasus banyak sekali pemusik yang dijadikan sebagai sapi perah bagi produser rekaman. Suatu bentuk perlawanan dari seniman musik yang ingin melontarkan ekspresinya, yang ingin karyanya dihargai dan dinikmati semua orang, tanpa kehilangan idealisme dan kreatifitas yang dimilikinya. Seperti dikatakan oleh Catherine Nicholas dalam tulisannya yang pernah dimuat dalam Left Of The Dial,

“Todays, pop stars are simply the puppets of the powerful, money-hungry businessman of the music industry”.

Sistem produksi D.I.Y ini terutama dilakukan oleh pemusik-pemusik yang tidak mendapat tempat di dunia industri rekaman besar. Di luar negeri, bertebaran ratusan bahkan ribuan pemusik. Baik band atau pemusik solo yang konsisten dengan jalur indie ini. Bila anda akrab dengan teknologi, sekali waktu cobalah surfing di internet dan akan anda dapatkan begitu banyak informasi tentang nama-nama band, pemusik-pemusik underground, album-album rekaman mereka, yang anda belum pernah tahu atau bahkan mendengarkannya. Dengan ramuan musik yang lain, dari yang sudah ada di pasaran. Grup-grup atau pemusik ini menerobos dan menciptakan pasar tersendiri. Musik yang menderu-deru, suara vokal “growling” khas pemusik death metal, link yang kasar, penuh umpatan dan kata-kata jorok, hujatan-hujatan terhadap kondisi sosial, kondisi negara dan lingkungan, bahkan ideologi dan propaganda, permainan instrumen yang “njelimet”, sound-sound yang “noisy”, sampai dandanan yang dianggap aneh dan hal-hal yang tidak sesuai dengan “pasar” atau trend di dunia “pop” menjadi sah-sah saja dan legal di kalangan komunitas underground. Di Indonesia sendiri, fenomena indie diawali dengan di lepasnya album Mata Dewa karya Iwan Fals dan Setiawan Djody. Lalu disusul Pas band, dari Bandung, dengan mini E.P berisi 4 lagu bertitel Four Through The Sap, sebelum dirilis ulang oleh Aquarius. Setelah itu berturut-turut beberapa grup yang menjadi “sejarah indie” di Indonesia seperti Jasad (C’est La Vie), Sacrilegious (Lucifer’s Name Be Prayed), Puppen (Not A Pup E.P.), Closeminded (Closeminded), dan Pure Saturday dari Bandung serta Tengkorak (11s a Proud To Vomit Him) dari Jakarta. Temyata hal ini direspon bagus oleh beberapa stasiun radio. Yang sampai menyelenggarakan acara khusus untuk “anak-anak underground”. Dari radio Mustang di Jakarta, GMR di Bandung, Geronimo di Jogjakarta, sampai radio Rajawali di Surabaya. Setelah itu major label sepertinya mulai tertarik dengan fenomena indie ini. Karena dianggap sebagai sebuah pasar yang potensial. Mulailah muncul album Metalik Klinik dari Musica, dan Indie Ten dari Sony Music, yang melejitkan nama Padi, Wong dan Coklat. (sumber: http://akkuqoqo.wordpress.com/2009/04/15/sejarah-indie/) Terdapat contoh di Sidoarjo, Jawa Timur ada salah satu band yang beraliran experimental/post hardcore yang bernama Last Night With Alena. Band yang dipimpin oleh vokalis bernama Tessca ini sangat unik dan cukup emmbuat saya terkejut. Mengapa tidak? band ini memadukan suara lembut Tessca dengan suara 'garang' Tessca. Ya, Tessca berterika sambil sesekali bernyanyi biasa. Dalam dunia musik, hal yang dilakukan Tessca adalah Scream. Scream adalah teknik bernyanyi dengan melengkingkan suara seperti berteriak. Dalam bahasa Inggris saja scream artinya berteriak. Dalam dunia musik, teknik scream masih awam dilakukan , terlebih Tessca adalah seorang perempuan. Seperti yang saya ketahui, band rock pasti memiliki vokalis berjenis kelamin laki-laki, namun Tessca menyadarkan saya bahwa untuk bermusik apalagi dalam aliran rock pun tidak harus laki-laki. Band yang digawangi Tessca ini berdiri sejak tanggal 13 Desember 2011. Idolanya adalah Miss May I,Sleeping With Sirens, Issues, I See Stars, The Devil Wears Prada, Arch Enemy, Asking Alexandria, Walls of Jericho,  dan Lamb of God. Selain penyaluran hobi dan 'pelampiasan kejenuhan hidup' , ia berekspresi lewat lagu-lagunya yang ia tulis. Dan hasilnya juga cukup membuat bangga. Karyanya telah ia ekspos ke berbagai daerah, karena ia sering diundang untuk perform.

  • Alasan mengapa dikatakan menyimpang?

Karena apa yang dilakukan Tessca adalah hal yang keluar dari batas kewajaran. Tessca adalah salah satu dari beberapa wanita yang berani mengambil resiko dan mengubah pandangan wajar. Seperti yang kita lihat, vokalis wanita memang sudah banyak namun yang menekuni bidang musik cadas ini baru beberapa.

  • Kesimpulan

Apa yang dilakukan seseorang adalah hak setiap orang, namun terkadang ada 'batasan-batasan kewajaran'. Apa yang dilakukan Tessca tidak merugikan siapa-siapa (menurut saya) , namun apa yang dilakukan Tessca bisa dikatakan menyimpang tapi dalam segi positifnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Jalan Braga Bandung, Ketika Bebas Kendaraan!

7 bulan yang lalu
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun