Mohon tunggu...
Anisya Nur Widya
Anisya Nur Widya Mohon Tunggu... Lainnya - SyaDya

Menjadi bermanfaat dengan berkarya. Seorang kecil yang ingin menggetarkan hati yang besar.

Selanjutnya

Tutup

Money

Melemahnya Fluktuasi, Ekonomi Kreatif Mengobati

9 Januari 2021   09:39 Diperbarui: 9 Januari 2021   09:43 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Kondisi ini berakibat fatal bagi para produsen dalam sektor apapun. Para pelaku usaha banyak kehilangan sumber pendapatannya dan memutuskan untuk mem-PHK sebagian besar karyawannya sebab tidak lagi mampu dalam memberikan upah dengan nominal yang sama saat sebelum pandemi melanda. Fenomena PHK yang banyak diberlakukan oleh perusahaan-perusahaan berskala kecil sampai besar rupanya mengakibatkan tingkat pengangguran mengalami kenaikan drastis.

Jumlah pengangguran di Indonesia pada bulan Agustus 2020 meningkat sebanyak 2.67 juta orang serta total dari jumlah angkatan kerja yang menganggur ditahun ini ialah 9.77 juta orang (data BPS). Ini memperparah keadaan ekonomi negara, banyak masyarakat kehilangan pekerjaan sekaligus tidak lagi mampu menghasilkan pendapatan sehingga berujung pada penurunan kegiatan konsumsi nasional serta stagnasi ekonomi.

Merosotnya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2020 yang mencapai minus 5.32 persen serta disusul pada kuartal III/2020 sebesar minus 3.49 persen (data BPS) mengartikan jika saat ini Indonesia telah terjun kedalam jurang resesi, sebagai akibat minusnya pertumbuhan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut. Ini menjadi sejarah kelam perekonomian Indonesia sejak mengalami resesi pada tahun 1998 lalu. Kondisi resesi ini masih dapat berlanjut kearah depresi jika perekonomian Indonesia ditahun 2021 tidak segera bangkit dan terus saja direntang minus. Hal ini menjadikan pemerintah beserta seluruh elemen negara untuk bersama-sama bergandeng tangan demi menyelamatkan perekonomian yang sedang terpuruk. Inovasi ekonomi kreatif bagi sektor industri mampu menjadi jalan keluar bagi problematika yang sedang serius dihadapi dini ini.

Ekonomi Kreatif Mengobati

Pasca pandemi virus corona yang melumpuhkan ekonomi negara, kini inovasi-inovasi industri ekonomi kreatif serta merta dilancarkan oleh berbagai macam pihak. Tentu tak asing lagi mendengar kata ekonomi kreatif, sebagaimana yang diketahui bahwa ekonomi kreatif merupakan suatu gagasan yang pertama kali dikemukakan oleh Presiden ke-enam Republik Indonesia yaitu Susilo Bambang Yudhoyono.

Gagasan ini diciptakan dengan maksud membuka peluang baru bagi dunia industri masa kini yang berfokus pada ekonomi dan teknologi. Selain itu, ekonomi kreatif merupakan suatu konsep diera ekonomi baru yang mengintensifkan dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor produksi yang utama. Pesatnya kemajuan teknologi di Indonesia yang telah memasuki era industri 4.0 menambah kesempatan bagi seluruh elemen untuk masuk dan beraktualisasi dalam memanfaatkan ketersediaan yang ada.

  • SRC (Sampoerna Retail Community)

Perwujudan ekonomi kreatif bermacam-macam, tak hanya pada satu sektor saja namun kini telah merebak pada semua sektor. Salah satunya ialah industri ekonomi kreatif pada sektor perdagangan bahan baku. SRC atau Sampoerna Retail Community atau toko kelontong masa kini yang tergabung dalam program kemitraan PT SRC Indonesia Sembilan (SRCIS) merupakan suatu perwujudan inovasi ekonomi baru dengan menghimpun UMKM berupa toko kelontong tradisional untuk meningkatkan daya saing melalui pendampingan usaha yang berkelanjutan (src.id).

SRC ialah program inovatif yang mendukung para pengusaha toko kelontong tradisional untuk dapat menjadikan bisnisnya sebagai usaha yang berkualitas serta tidak hanya sebatas toko kelontong namun sesuai dengan taglinenya yakni hemat, dekat, dan bersahabat. Berbeda dengan minimarket yang memiliki brand sama untuk semua jaringan, penggunaan nama toko kelontong masa kini bagi pengusaha yang tergabung dalam komunitasnya ialah, SRC yang disusul dengan nama pemilik toko kelontong masing-masing, seperti "SRC Desi".

Pembinaan dan pendampingan yang diberikan PT SRC bagi pemilik usaha toko kelontong masa kini yaitu berupa sistem penataan display produk yang disesuaikan jenis dan merek, melarang penjual untuk menggantungkan produknya karena dirasa akan menyulitkan pembeli, tersedianya meja kasir, serta mewajibkan pemilik menjaga kebersihan toko sebagai hal yang perlu diperhatikan untuk menimbulkan rasa nyaman pembeli sehingga bersedia untuk selalu berkunjung kembali.

Tak hanya pembinaan dan pendampingan yang diberikan, SRC juga menyediakan layanan online berupa aplikasi AYO SRC untuk menghubungkan pemilik toko dengan distributor terpercaya sehingga pemilik toko dapat berbelanja barang dagangan secara online. Tidak hanya bagi pemilik toko, AYO SRC juga dapat dimanfaatkan oleh konsumen untuk menemukan toko kelontong SRC diberbagai daerah. Fitur AYO SRC yang tediri dari "pojok bayar" juga dapat dimanfaatkan oleh kedua belah pihak untuk melakukan pembayaran digital. Aplikasi ini sangat bermanfaat karena produsen dan konsumen dapat tetap tenang ketika bertransaksi dimasa seperti ini yang mengharuskan meminimalisir kontak langsung antar sesama manusia. Sebab, tak perlu menggunakan sistem cash yang cenderung berpotensi mudah menularkan virus.

Sampoerna Retail Community adalah pengimplementasian industri ekonomi kreatif yang sangat berkualitas. Menggabungkan unsur modern dari sistem penataan juga penggunaan teknologi masa kini dengan tetap mempertahankan unsur murni sebagaimana toko kelontong tradisional Indonesia pada umumnya. Gagasan ini sangat berkontribusi dalam meningkatkan kualitas dan mewadahi UMKM untuk dapat mendobrak pintu resesi yang sedang terjadi. Tidak  saja berdampak pada meningkatnya pendapatan masyarakat, namun juga berpengaruh untuk kemajuan perekonomian khususnya dimasa pandemi ini. Sebab, perputaran ekonomi akan kembali terjadi seperti sedia kala.

  • #BeliKreatifLokal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun