Mohon tunggu...
aniswatul munawaroh
aniswatul munawaroh Mohon Tunggu... -

Kuliyah di uin malang

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Perkembangan Psikososial Anak Usia Pertengahan

22 Mei 2015   01:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:44 3
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Perkembangan Psikososial Anak Usia Pertengahan

Manusia, Seperti yang telah kita ketahui, hakekatnya merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang sangat sempurna dibandingkan dengan Makhluk ciptaan-Nya yang lain. Manusia berkembang dengan beberapa tahap sebagaimana Firman Allah dalam surat QS Al Hajj: 5, yang artinya :

Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.

Anak adalah mahluk yang lahir dari sepasang orang tua, anak adalah manusia yang belum dewasa, anak adalah titipan Allah SWT, anak sebagai amanah, anak merupakan masa depan bangsa dan sebagainya. Dari sudut perkembanganya, sejak anak dilahirkan sampai tahun-tahun pertama anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Para ahli berpendapat bahwa perkembangan pada tahun-tahun awal lebih kritis dibandingkan dengan perkembangan selanjutnya, sehingga dikatakan bahwa “masa kanak-kanak merupakan gambaran awal manusia sebagai seorang manusia”. Para ahli neuroscience mengemukakan bahwa, anak sejak dilahirkan telah memiliki milayaran sel neuron yang siap dikembangkan.

Anak mengalami perkembangan ada beberapa tahap, dari kognitif fisik dan psikososialnya, pada kesempatan ini akan membahas tentang perekembangan psikososial kanak-kanak usia pertengahan, salah satu aspek pembahasannya adalah tentang anak dalam kelompok sebaya yang sudah dijelaskan pada literatur tapi kita akan mengulasnya kembali.


  1. Pengaruh positif dan negative hubungan teman sebaya

Anak-anak mendapatkan manfaat dari melakukan banyak hal dengan teman sebaya. Mereka mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk sosiabilitas dan keintiman, mereka meningkatkan hubungan, serta mereka mendapatkan perasaan memiliki. Mereka termotivasi untuk meraih prestasi dan memperoleh kesadaran identitas. Sebagaimana anak-anak mulai menjauh dari pengaruh orang tua, kelompok teman sebaya membuka sudut pandang baru dan membebaskan mereka untuk membuat penilaian yang mandiri. Menguji nilai-nilai yang sebelumnya mereka terima tanpa dipertanyakan terhadap nilai-nilai teman sebaya membantu mereka memutuskan mana yang dipertahankan dan yang dibuang. Kelompok teman sebaya membantu anak-anak belajar bagaimana bergaul di dalam masyarakat, bagaimana menyesuaikan kebutuhan dan hasrat mereka dengan orang lain, kapan menyerah dan kapan mempertahankan. Pada sisi negative, kelompok teman sebaya dapat mendorong kecenderungan anti social. Anak-anak praremaja sangat mudah terpengaruh terhadap tekanan untuk melakukan penyesuain. Biasanya beberapa mengutil dan mulai menggunakan obat-obatan terlarang akibat pertemanan dengan teman sebaya.

Pada masa ini orang tua mulai memahami bersama siapa anak bermain dan berinteraksi karena pada tahap ini pengaruh anak dengan temannya sangat terpengaruh pada karakter anak itu sendiri untuk kedepannya, mengapa tidak dari teman sebaya mereka banyak belajar dan mereka mulai membuktikan apa yang mereka ketahui dan mencoba hal yang baru karena mereka juga mempunyai sifat keingin tau tentang sesuatu yang belum dia ketahui.

Popularitas menjadi lebih penting di masa anak-anak tengah dan akhir. Popularitas dapat di ukur dengan dua cara dan hasilnya bisa berbeda. Para peneliti mengukur pupolaritas sosiometrik dengan menanyakan kepada anak-anak mengenai teman sebaya mana yang paling mereka suka dan paling tidak mereka suka. Penelitian seperti ini telah mengidentifikasi lima kelompok status teman sebaya :

1.Populer : mereka yang menerima banyak nominasi positif

2.Ditolak : mereka yang banyak menerima nominasi negative

3.Diabaikan : mereka yang sedikit menerima nominasi dari dua jenis nominasi

4.Kontroversial : mereka yang menerima banyak nominasi positif dan negative

5.Rata-rata : mereka yang tidak menerima jumlah nominasi yang tidak biasa dari kedua jenis nominasi

Persepsi popularitas diukur dengan menanyakan kepada anak-anak mengenai anak-anak yang paling disukai oleh teman sebaya mereka. Anak-anak yang popular secara sosiometrik biasanya memiliki kemampuan kognitif yang baik, motivasi berprestasi yang tinggi, baik dalam memecahkan permasalahan social, dan asertif tanpa mengganggu atau aserif. Anak-anak bisa tidak popular (baik yang ditolak atau diabaikan) dengan banyak alasan. Anak-anak yang tidak popular sering kali tidak sensitive terhadap perasaan anak lain dan tidak beradaptasi dengan baik terhadap situasi baru.

Dalam hubungan dengan teman sebaya ada yang namanya popularitas, popularitas dapat di ukur dengan ada dua cara untuk mengetahuinya, pupolaritas sosiometrik dan Persepsi popularitas. Anak-anak yang tidak popular sering kali tidak sensitive terhadap perasaan anak lain dan tidak beradaptasi dengan baik terhadap situasi baru. Popularitas itu juga harus diketahui bagi orang tua dan guru siswa mengapa kita harus bisa memberi motivasi untuk siswa yang tidak populer atau sedikit yang mempunyai teman karena biasanya anak-anak itu tidak menyukai dari karakter atau alasan lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun