Sebagai manusia, wajar apabila menyukai sesuatu hal dan berkeinginan untuk memiliki. Hanya saja perlu ada batasan diri supaya tidak berlebihan dalam mengoleksi barang-barang. Pasalnya ada 2 tipe kolektor, yaitu kolektor sehat dan tidak sehat.
Kolektor sehat itu masih sadar akan kebutuhan dirinya, dan bisa mengukur diri sampai batas mana dia harus membeli dan kapan harus berhenti. Pertimbangannya bisa dari sisi keuangan, jangan sampai uang habis terpakai hanya untuk memenuhi koleksi barangnya dan melupakan kebutuhan primer.Â
Kolektor tidak sehat itu ketika dia sudah sangat impulsif dalam mengoleksi barang. Hingga kebutuhan primer dikesampingkan, demi mengoleksi barang yang diinginkan.
Seseorang hobi mengoleksi suatu barang, bisa jadi berkaitan dengan masa lalu. Misalkan sewaktu kecil orang tersebut menyukai figure tertentu namun belum sanggup membeli. Jadi ketika dewasa dan sudah punya uang sendiri, dia menyalurkan hobinya yang semasa kecil itu lalu mengumpulkan banyak koleksi action figure.Â
Menurut saya kebutuhan akan mengoleksi barang lebih condong kepada sisi emosional dibanding fungsional. Karena semakin lama mengoleksi semakin banyak pula jumlahnya. Misalkan action figure, mungkin 10 saja sudah cukup menghiasi rak kaca jika sebagai fungsional untuk menghias ruangan dengan mengisi rak kaca. Menambah nilai estetika ruangan favorit anda. Tapi ternyata bagi seorang kolektor 10 saja tidak cukup, apalagi jika ada action figure yang belum dimiliki, atau bahkan sengaja memesan khusus hingga ikut pre order.
Well, keputusan ada di tangan masing-masing, jika memang uangnya ada untuk alokasi membeli barang untuk dikoleksi ya tidak masalah juga selama tidak mengganggu kepentingan umum bukan? hehe
Namun nasehat tetaplah nasehat, dengarkan dengan bijaksana, simak dengan seksama. Bahwa setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati.
Diri kita ini tak akan selamanya hidup di dunia ini. Jangan sampai kita habiskan uang kita untuk hal yang tidak bermanfaat. Karena semua barang yang kita koleksi akan kita tinggalkan ketika kita tiada, dan semua barang koleksian kita akan ada pertanggungjawabannya kelak di akhirat.
Lalu, Apa koleksi terbaik?
Jika berkaitan dengan kehidupan dan agama, koleksi terbaik adalah mengumpulkan bekal amal untuk akhirat.
Sudah selayaknya dan sebaiknya manusia mengoleksi amal-amal kebaikan ini, sehingga menjadi tabungan kelak di akhirat. Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri. Barang yang dikoleksi bisa kita jual atau disedekahkan kepada orang lain, sehingga berubah menjadi amal dan pahala untuk bekal ke akhirat.
Ingat kisah Ali Banat? Seorang pebisnis sukses asal Australia yang sempat viral tahun 2015. Pasalnya beliau ini meninggalkan kisah yang begitu penuh makna, bahwa harta yang dimiliki tidak berarti apa apa.Â