Beberapa waktu lalu seseorang menghubungi dengan nomor tidak dikenal, ketika saya angkat si penelepon langsung bertanya, "apakah anda mengenal xxxxx (menyebutkan nama lengkap)?" Karena saya pun curiga takut penipuan dan semacamnya, saya menjawab "ada apa ya?", lalu si penelepon bertanya lagi, "apakah anda mengenal dekat xxxxx (menyebutkan kembali nama lengkap)", akhirnya saya menjawab "iya saya kenal, ada apa?", si penelepon langsung mengatakan "Tolong kasih tahu yah teman anda untuk melunasi hutangnya", lalu percakapan pun berakhir.
Ini dia efek dari pinjaman online, bukan hanya mendapat pinjaman saja tapi mempertaruhkan harga diri orang yang meminjam. Budaya 'ngutang' zaman now dibikin keren namanya, dipermudah caranya, bahkan ditawari untuk ngutang. zaman dulu, ketika zaman belum secanggih sekarang, orang mau ngutang susah sepertinya yah mesti ngetuk pintu rumah orang lain, dan itupun belum tentu dapat, kalau sekarang? Hanya dengan jari-jemari pinjaman sangat mudah diperoleh, cukup klik maka anda dapat pinjaman atau barang yang anda butuhkan dengan menggunakan pay later.
Sebetulnya ngeri sekali dampaknya, jika tak bisa menahan godaan kehidupan demi gaya hidup dan bahkan terbiasa 'ngutang' online. Bahkan di salah satu marketplace terkenal di Indonesia, memberikan limit pay later hingga 15.000.000. wow angka yang fantastis bukan untuk pinjaman. Bahasanya sih keren yah 'pay later' kalau diartikan 'ngutang dulu, bayar nanti' gitu kan?
Menurut saya ketika kita menggunakan 'pay later' berarti saat itu kita belum punya uang untuk beli dan akan membayarnya besok atau di lain waktu atau menunggu tanggal gajian. Memangnya ada yang bisa menjamin bahwa esok ataupun tanggal gajian kita akan mendapat uang seperti biasa? Bagaimana jika perusahaan telat membayarkan gaji atau terjadi sesuatu hal? Sehingga terjadi keterlambatan bayar 'pay later', belum lagi apakah kita bisa menjamin nyawa kita hari esok? Mengapa dengan mudah menggunakan fitur 'pay later' atau pinjaman online?
Banyak hal yang harus kita renungi terutama anak milenial, semakin canggih hidup ini memberikan kemudahan dalam berbagai hal tapi apakah semua kemudahan ini memberikan keberkahan dalam hidup?.
Orangtua zaman dulu mengajarkan pentingnya menabung, bahkan ketika kita memiliki keinginan untuk membeli suatu barang, biasanya disuruh bersabar untuk mengumpulkan uang terlebih dahulu lalu membelinya ketika uang sudah cukup. misalnya saja ketika seorang anak menginginkan sepeda, dia harus menabung atau orangtua memberikan syarat supaya berprestasi terlebih dahulu di sekolahnya sehingga ada upaya dari sang anak untuk mendapatkan sesuatu yang dia inginkan.
Menurut saya nilai-nilai seperti ini justru harus dibudayakan, mengajarkan anak menabung dan berusaha terlebih dahulu untuk bisa meraih apa yang diinginkan. Karena sekarang anak milenial bisa mendapatkan apa yang diinginkannya lebih cepat tanpa harus menabung dulu, dengan adanya fitur pay later dan bahkan pinjaman online yang merajalela. Padahal dampak dari fitur ini akan menanamkan nilai baru yaitu budaya 'ngutang'.
Mungkin sebagian orang akan setuju dan tidak setuju terhadap adanya fitur pay later ini, atau mungkin ada yang berpikiran, tak apa kok yang penting sanggup untuk lunasi. Namun menurut saya ketika seseorang sudah terbiasa menggunakan pay later yang artinya sudah menjadi bagian dari gaya hidupnya maka yang dikhawatirkan akan menjadi kebiasaan. Padahal roda kehidupan terus berputar, jika terbiasa 'ngutang' dan apabila pada satu kondisi keuangannya kritis dari mana uang untuk melunasinya? bisa saja melakukan pinjaman lagi ke orang lain untuk menutupi pinjaman online tersebut dan begitu seterusnya menjadi lingkaran setan alias gali lobang tutup lobang untuk ngutang.
Milenial harus cerdas dan bijak dalam memanfaatkan fitur-fitur yang memberikan kemudahan di era digital seperti saat ini. Anak milenial harus punya prinsip dan tujuan hidup, jangan hanya mengikuti trend dan gaya hidup yang belum tentu sesuai bagi diri kita. Karena apabila gaya hidup sudah tinggi maka akan susah diturunkan bila sudah menjadi kebiasaan.
Hidup minimalis, sederhana bukanlah tidak mampu tapi kita harus bisa mengukur kemampuan diri kita. Jangan sampai dengan kemudahan fitur yang kita gunakan saat ini memberikan kesulitan di kemudian hari. Hidup sederhana bersahaja menikmati hari tua yang bahagia, harapan semua orang bukan keinginan semakin tua semakin bahagia?