Mohon tunggu...
Anis Nazihah
Anis Nazihah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Paradigma Pendidikan di Indonesia Perspektif Antropologi Pendidikan

1 Juli 2023   06:06 Diperbarui: 1 Juli 2023   06:15 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan adalah proses sadar manusia untuk  memanusiakan dirinya sendiri. Hal ini berarti kegiatan pendidikan dapat dipahami sebagai suatu bentuk tanggung jawab yang melekat dalam kemanusiaan masing-masing pribadi manusia. Setiap manusia bertanggung jawab atas dirinya sendiri untuk lebih baik dalam kemanusiannya. Ki Hadjar Dewantara merumuskan pendidikan sebagai upaya memanusiakan manusia secara manusiawi.
Antropologi merupakan disiplin keilmuan yang mempelajari proses dan struktur sosial serta kebudayaan. Antropologi memandang manusia sebagai sistem jaringan nilai (values network system). Perspektif tersebut  dapat digunakan untuk menganalisis orang di dalam masyarakat, sekaligus orang di dalam kebudayaan untuk memahami konteks sosio kulturalnya. Masyarakat pendidikan dapat mengambil manfaat dan menggunakan perspektif tersebut untuk menjelaskan serta menganalisis fenomena, isu-isu,dan masalah sosial yang dihadapi dalam masyarakat indonesia yang multikultural (majemuk). Dalam perspektif antropologi, pendidikan dan kebudayaan memiliki hubungan yang erat, keduanya saling berkaitan dengan nilai-nilai. Pendidikan tidak dapat terlepas dari kebudayaan dan hanya terlaksana dalam masyarakat. Tidak ada proses pendidikan tanpa kebudayaan dan masyarakat. Pendidikan dapat berlangsung dan terlaksana dalam hubungan antar manusia di dalam masyarakat.
Dari beberapa sistem pendidikan yang ada, di Indonesia lebih di dominasi oleh sistem pendidikan berbasis sistem pasardan komando negara sehingga sebagai upaya untuk mengembalikan paradigma Indonesia sesuai tujuan pendidikan nasional dengan mengimplementasikan konsep pendidikan berbasis kerakyatan. Selain itu, Indonesia sebagai negara majemuk (multikultural) tidak terlepas dari aspek penerimaan peserta didik yang berasal dari latar belakang keluarga yang beragam sehingga dalam hal mewujudkan konsep pendidikan yang berkerakyatan, membutuhkan konsep atau kebijakan pendidikan yang berbasis kearifan lokal (local wisdom) sebagai upaya untuk mensiasati keinginan individu dalam dunia pendidikan untuk mencapai kompleksitas pengembangan intelektual.
Dalam konteks pendidikan, kebijakan atau sistem harus saling berhubungan dengan sub-sub sistem di dalamnya. Oleh karena itu, kebijakan dalam pendidikan baik menyangkut persoalan kurikulum maupun norma-normaetik harus tetap mempertimbangkan kondisi manusia yang ada di ranah tersebut. Namun sebaliknya, kebijakan yang tercipta di pendidikan Indonesia justru menampilkan corak lain yang terlepas dari pertimbangan sub-sub sistem di dalamnya. Jauh dari fenomena tersebut di tegaskan oleh Heidegger melalui analisis antropologi pendidikannya yang berangkat dari titik fenomenologi yang secara terang-terangan mengutarakan bahwa sistem telah mati. Berangkat dari pemahamannya, Heidegger mengutarakan proses pendidikan yang terjadi dalam masyarakat kian memberi jarak antara manusia dengan kehidupan masyarakat.
Pandangan Heidegger tersebut mengarah pada bentuk reformasi total terhadap tatanan pendidikan yang justru bertolak belakang dengan kondisi sosial dan tatanan negara Indonesia saat ini yang segala sesuatunya diikat oleh sistem. Dari perspektif antropologi pendidikan, hal yang harus dilakukan untuk memulihkan kembali tatanan pendidikan di Indonesia selain menyandingkan ilmu pendidikan dengan paradigm kritis juga harus mereformasi kebijakan pendidikan yang tidak terlepas dari aspek kehidupan dan kebudayaan manusia.
Proses modernisasi dalam pendidikan bukan hanya sekedar menampilkan gaya modern pendidikan akan tetapi sikap modern dari pendidikan yang dinamis dan manusiawi. Hal tersebut bias kita mulai dengan penerapan konsep dan manajemen kebijakan pendidikan yang seharusnya tidak mengesampingkan kondisi sosial dan latar belakang kebudayaan manusia yang ada di dalamnya.
Konsep enkulturasi, sosialisasi dan interaksi, internalisasi dan model pembelajaran berdasar pada sistem nilai masyarakat sekitar merupakan hal penting dalam proses pembuatan kebijakan  pendidikan. Penerapan dari konsep tersebut  akan mengarah pada konsep Panca Dharma Taman Siswa, filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara : "Pendidikan harus menyadari bahwa manusia adalah bagian dari Kodrat Alam, mengupayakan Kemerdekaan, memelihara Kebudayaan, mempertahankan Kebangsaan dan mengajarkan Kemanusiaan".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun