Energi fosil merupakan energi yang berasal dari sisa-sisa makhluk hidup yang telah membatu atau menjadi mineral dan tertanam di bawah lapisan tanah dalam tempo yang sangat lama. Batubara, minyak bumi, dan gas bumi adalah tiga jenis energi konvensional yang umum diterima dalam satu rumpun energi fosil.Â
Proses pembentukan energi fosil berjuta-juta tahun lamanya, energi fosil disebut juga energi tak terbarukan (non renewable energy).Â
Jumlah energi fosil sangat terbatas bahkan mulai menipis, tapi sayangnya kita masih tergantung dengan adanya energi fosil dalam kehidupan sehari-hari misalnya bahan bakar kendaraan. Solusi yang tepat untuk mengatasi penggunaan energi fosil terus-menerus maka diperlukan energi terbarukan (renewable energy).
Energi terbarukan adalah energi yang ketersediaannya dapat dipulihkan karena proses produksinya dapat dikelola oleh manusia dalam tempo singkat. Contohnya biomassa, matahari, air, angin, panas bumi dan arus laut.Â
[15/04/2019] Saya dapat kesempatan hadir dalam rangka Launching Uji Coba Perdana B100. Kita sering menggunakan bahan bakar solar yang berasal dari energi fosil untuk kendaraan. Kali ini, Saya menyaksikan B100 yang berasal dari olahan kelapa sawit CPO sebagai subtitusi solar.Â
Biodiesel B100 merupakan bahan bakar biodiesel yang digunakan secara langsung pada mesin diesel tanpa dicampur minyak fosil atau apapun.Â
Sebenarnya ini bukan hal yang baru karena sebelumnya Kementrian Pertanian sudah mengembangkan B15, B20, B30. Tetapi arahan Bapak Presiden Jokowi langsung melompat ke B100. Sudah teruji 10 mobil dalam jarak tempuh 6000 km. Hari ini ada 50 mobil Dinas yang diuji coba.Â
Dampak pengembangan industri biodiesel di dalam negeri terhadap penerimaan devisa dapat diukur berdasarkan nilai penghematan devisa dari pengurangan impor bahan bakar.Â
Penghematan devisa yang cukup besar sangat bermanfaat untuk mengurangi defisit neraca perdagangan nasional.
Produksi kelapa sawit CPO di Indonesia sebesar 46 juta. CPO ekspor sebanyak 34 juta dan sisanya untuk kebutuhan masyarakat. Â