Terhitung sudah hampir 6 bulan sistem online jadi andalan kita. Mayoritas sekolah juga masih online hingga detik ini.
"Wah jan, anakku mumet sekolah online terus!"Â
"Jaman saiki sing sekolah dadi wong  tuane! Kuota HP kanggo sekolah wae!"
Banyak keluhan dari anak dan orang tua mengenai sistem sekolah online ini. Alhasil, semuanya pasti pusing. Sekolahnya online, pusingnya offline!
Sebagai mahasiswa yang sedang Praktik Kependidikan (PK) di SMP di Gunungkidul, aku pun melihat guru-guru yang tiap hari tetap harus berangkat ke sekolah. Suatu hari guru pamongku dari mata pelajaran bahasa Indonesia bercerita (yang intinya) Beliau pun kurang puas dengan sistem online sekarang ini. Tak bisa memberi penjelasan lengkap kepada siswa-siswanya kelas 7. Padahal, Beliau tahu jika siswa kelas 7 yang notabene masih proses transisi dari SD perlu banyak penjelasan tentang penulisan kapital dan tanda baca yang tepat. Simpel, namun masih banyak siswa kelas 7 yang belum paham.
Di sisi lain, penggunaan aplikasi penunjang belajar online seperti Google Formulir, Google Classroom, BandyCam, dan aplikasi lainnya sepertinya jarang digunakan oleh guru-guru sebelum masa pandemi. Sehingga, di saat seperti ini semua serba beradaptasi. Siswa pusing, orang tua pusing, guru pun pusing. Lalu, mahasiswa yang sedang Praktik Kependidikan berpeluang mengambil banyak nilai dari pusingnya berjamaah ini :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H