Membaca Kembali NH Dini (2/2)

Yang di gugat oleh NH Dini adalah perkawinan yang adil dan setara. Konsep itu tidak didapatkan dari suaminya Yves Coffin.

Hampir disemua bukunya narasi tentang perkawinan adalah kecaman tentang suaminya yang otoriter, tidak memperlakukan nya sebagai partner setara, tidak memberi ruang pada consent istri untuk tindakan yang dilakukannya termasuk dalam relasi seksual.

NH Dini dalam tulisannya menggambarkan Yves sebagai laki laki kasar, pelit, melakukan perkosaan dalam perkawinan . NH Dini tidak pernah merasa bahagia dalam kehidupan perkawinan yang dijalani walaupun mereka dikaruniai 2 anak.

Pertanyaan yang lebih reflektif adalah bagaimana NH Dini mendefiniskan konsep cinta nya dengan sang kapten kapal? Apakah cinta bisa di tolak? Jika sudah bersuami dan kemudian jatuh cinta kembali apakah salah?

Buat NH Dini cinta tidak pernah salah. Cinta adalah anugrah. Cinta bisa buta, bisa tidak logis. Sesungguhnya kita tidak pernah bisa memilih dengan siapa dan kapan akan jatuh cinta. Dengan kata lain asmara adalah hubungan yang dibangun atas keinginan dua belah pihak. .

Saat jatuh cinta dan menemukan orang yang dicintai, seribu satu perasaan menyatu klepek klepek, deg- deg an, jantung berdebar, muncul perasaan gembira, fantasi gairah seksual meluap sekaligus di barengi dengan ketakutan dan kekahawatiran akan kehilangan kekasih hati.

Mengembangkan cinta kedalam hubungan yang romantis itu pilihan, karena munculnya ketertarikan adalah manusiawi dan wajar. Cinta yang datang tanpa diundang sulit untuk ditolak, penyangkalan atas rasa cinta justru membuat rasa cinta kian menggebu.

Persoalan pengakuan cinta pada orang yang hadir belakangan ketika berada dalam hubungan perkawinan butuh kedewasaan berpikir dan kematangan emosi bagaimana menyikapi ' cinta' tersebut.

NH Dini memilih dengan sadar untuk merayakan cintanya dengan kekasih hati sang kapten kapal yang sampai akhir hayat tidak pernah bisa dimilikinya.

• Penulis adalah penikmat sastra