Mohon tunggu...
Anis Nurohmah
Anis Nurohmah Mohon Tunggu... Guru - SMA Negeri 1 Andong

Halo, perkenalkan saya Anis, seorang guru sejarah. Bagi saya, pendidikan menjadi langkah awal dari perubahan diri dan pondasi dari setiap perabadaban. Selain konsisten dalam bidang pendidikan, saya juga sangat mencintai sejarah. Melalui sejarah, saya belajar nilai-nilai dari peristiwa dan belajar untuk tidak mengulang kesalahan yang sama. Bangsa yang besar berasal dari warga negara yang sadar akan makna dan nilai sejarah. Dalam hidup saya memiliki filosofi "Teko hanya akan mengeluarkan sesuai isinya", hal ini berarti apabila saya memiliki input yang baik maka akan mengeluarkan output yang baik, selain itu semakin banyak input yang saya ambil maka semakin banyak output yang bisa saya bagi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Praktik Baik Ciptakan Budaya Positif Melalui Keyakinan Kelas

26 Oktober 2023   23:25 Diperbarui: 26 Oktober 2023   23:42 1366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis berkonsultasi dengan kepala SMA Negeri 1 Andong, Bapak Giyato, S.Pd.,M.Pd. (Dokumentasi Pribadi)

Pendidikan memiliki cita-cita agar murid mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Guru memiliki kesempatan untuk membuat lingkungan yang aman dan nyaman agar murid belajar dengan perasaan bahagia. Murid layak untuk tumbuh dan berkembang di lingkungan yang memiliki suasana positif, dimana seluruh warga sekolah meyakini ada nilai-nilai kebajikan dari setiap perilaku, ucapan, dan pemikiran.

Ki Hajar Dewantara memberikan contoh bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang berpihak kepada murid. Tentu kita juga masih ingat bahwa children see, children do, melalui kalimat tersebut kita dapat berefleksi bahwa guru menjadi pihak yang ditiru murid. Maka sebelum menerapkan budaya positif, guru harus berani keluar dari zona aman dan nyaman untuk belajar berpihak kepada murid.
Apabila sebelumnya kita selalu kekeh dengan mengedepankan peraturan, maka setelah mengetahui tentang filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara, nilai dan peran guru penggerak, serta visi guru penggerak maka sudah selayaknya kita berpikir untuk win win solution dalam menghadapi permasalahan murid.

Guru bukan lagi pihak superior yang harus 'gagah' dihadapan murid dengan segala perintah yang harus ditaati. Guru layaknya seorang petani yang sedang merawat tanamannya agar tumbuh sesuai dengan kodratnya.
Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa,"...kita ambil contoh perbandingannya dengan hidup tumbuh-tumbuhan seorang petani (dalam hakikatnya sama kewajibannya dengan seorang pendidik) yang menanam padi misalnya, hanya dapat menuntun tumbuhnya padi, ia dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup tanaman padi dan lain sebagainya."
(Lampiran 1. Dasar-Dasar Pendidikan. Keluarga, Th. I No.1,2,3,4., Nov, Des 1936., Jan, Febr. 1937).

Apabila kita merefleksi pernyataan Ki Hajar Dewantara dapat disimpulkan bahwa sekolah menjadi tempat yang yang menyenangkan, aman, nyaman untuk bertumbuh, serta dapat menjaga dan melindungi setiap murid dari hal-hal yang kurang bermanfaat, atau bahkan mengganggu perkembangan potensi murid. Lingkungan yang baik selalu mengedepankan nilai-nilai kebajikan di mana budaya positif sudah menjadi suatu kebiasaan bersama. 

Penerapan budaya positif di sekolah dapat dilakukan dengan membiasakan diri untuk poin disiplin positif, motivasi perilaku manusia, posisi kontrol restitusi, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Upaya menumbuhkan budaya positif dapat membuat murid tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan memiliki motivasi intrinsik dalam berperilaku. Melalui motivasi intrinsik, murid berperilaku baik bukan karena hukuman atau penghargaan, namun karena ingin menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan menjunjung nilai-nilai yang mereka yakini.

Keyakinan Kelas

Nilai-nilai kebajikan yang diyakini oleh murid kemudian akan menjadi keyakinan kelas yang dijalankan dengan penuh kesadaran. Keyakinan kelas atau sekolah merupakan nilai-nilai kebajikan universal yang berkembang tanpa membedakan suku, agama, ras, negara dan sebagainya. Keyakinan kelas sebagai bagian dari disiplin positif sudah sesuai dengan tujuan pendidikan di Indonesia. Berdasarkan Standar Pendidikan Nasional tujuan mulia dari penerapan disiplin positif adalah agar terbentuk murid-murid yang berkarakter, berdisiplin, santun, jujur, peduli, bertanggung jawab, dan merupakan pemelajar sepanjang hayat sesuai dengan standar kompetensi lulusan yang diharapkan. 

Berdasarkan narasi tentang budaya disiplin, maka perlu dirancang sebuah kegiatan yang mampu menumbuhkan budaya positif di sekolah, salah satunya melalui keyakinan kelas. Keyakinan kelas bukan tentang peraturan-peraturan yang cenderung menakutkan, akan tetapi keyakinan kelas menjadi suatu kesepakatan bersama dan memiliki nilai kebajikan.

Tahapan Praktik Baik Membuat Keyakinan Kelas

1. Sebelum memulai keyakinan kelas, guru harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan kepala sekolah terkait rencana dan teknis kegiatan yang akan dilakukan. 

2.Penulis memberikan apersepsi tentang budaya positif.

Guru memberikan apersepsi tentang budaya positif. (Dokumentasi Pribadi)
Guru memberikan apersepsi tentang budaya positif. (Dokumentasi Pribadi)

3. Penulis menggali informasi dari murid tentang persepsi tentang peraturan dan kalimat-kalimat yang sering digunakan dalam peraturan.

Guru memberikan sticky note agar murid menuliskan pemahamannya. (Dokumentasi Pribadi)
Guru memberikan sticky note agar murid menuliskan pemahamannya. (Dokumentasi Pribadi)

Murid menuliskan pemahamannya tentang peraturan-peraturan. (Dokumentasi Pribadi)
Murid menuliskan pemahamannya tentang peraturan-peraturan. (Dokumentasi Pribadi)

Murid menempelkan pemahamannya tentang peraturan-peraturan di kertas plano. (Dokumentasi Pribadi)
Murid menempelkan pemahamannya tentang peraturan-peraturan di kertas plano. (Dokumentasi Pribadi)

Hasil pemahaman murid tentang peraturan-peraturan. (Dokumentasi Pribadi)
Hasil pemahaman murid tentang peraturan-peraturan. (Dokumentasi Pribadi)

4. Guru mengajak murid untuk mengidentifikasi hal yang tampak (sesuatu yang baik) dan hal yang tak tampak (sesuatu yang buruk) dari perilaku manusia.

Murid menempelkan identifikasinya dari perilaku manusia di kertas plano. (Dokumentasi Pribadi)
Murid menempelkan identifikasinya dari perilaku manusia di kertas plano. (Dokumentasi Pribadi)
Hasil identifikasi murid dari perilaku manusia di kertas plano. (Dokumentasi Pribadi)
Hasil identifikasi murid dari perilaku manusia di kertas plano. (Dokumentasi Pribadi)

5. Murid menuliskan keyakinan kelas sesuai dengan keinginannya.

Murid menulis keyakinan kelas di sticky note. (Dokumentasi Pribadi)
Murid menulis keyakinan kelas di sticky note. (Dokumentasi Pribadi)
Berbagai keyakinan kelas yang ditulis murid (Dokumentasi Pribadi).
Berbagai keyakinan kelas yang ditulis murid (Dokumentasi Pribadi).

6. Identifikasi Nilai Kebajikan

Guru bersama murid mengidentifikasi nilai kebajikan dari keyakinan kelas yang telah ditulis murid. (Dokumentasi Pribadi)
Guru bersama murid mengidentifikasi nilai kebajikan dari keyakinan kelas yang telah ditulis murid. (Dokumentasi Pribadi)

7. Refleksi Bersama

Murid melakukan refleksi tentang hal baru yang mereka peroleh dari membuat keyakinan kelas. (Dokumentasi Pribadi)
Murid melakukan refleksi tentang hal baru yang mereka peroleh dari membuat keyakinan kelas. (Dokumentasi Pribadi)

Foto Bersama Setelah Membuat Keyakinan Kelas (Dokumen Pribadi)
Foto Bersama Setelah Membuat Keyakinan Kelas (Dokumen Pribadi)

Keyakinan Kelas X4 (Dokumen Pribadi)
Keyakinan Kelas X4 (Dokumen Pribadi)

Nilai Kebajikan Kelas X4 (Dokumen Pribadi)
Nilai Kebajikan Kelas X4 (Dokumen Pribadi)

Refleksi Setelah Membimbing Pembuatan Keyakinan Kelas

Secara umum perilaku murid masih belum terlihat berubah secara signifikan atas penerapan keyakinan kelas. Namun, penulis yakin bahwa kebaikan akan bisa diwujudkan secara bertahap dan hasilnya tidak instan. Terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki setelah melakukan aksi nyata ini dan menjadi bahan perbaikan ketika membuat keyakinan kelas, yaitu :

1. Murid harus lebih sering dikenalkan dengan budaya positif.

2. Murid harus terbiasa menggunakan kalimat-kalimat positif.

3.Wali kelas dan guru mata pelajaran harus satu kata menerapkan keyakinan kelas.

4. Monitoring dan evaluasi secara berkala untuk memaksimalkan peran guru dalam menumbuhkan disiplin diri melalui keyakinan kelas.

5. Keyakinan kelas menjadi jiwa bersama di kelas.

Kita semua berharap generasi Indonesia menjadi generasi yang selalu mengedepankan kebaikan, memiliki budaya positif, dan hidup dalam lingkungan yang positif. Praktik baik ini dapat disimak secara lengkap melalui video berikut ini : 


Andong, 26 Oktober 2023

Salam dan bahagia,

Anis Nurohmah, M.Pd.

Calon Guru Penggerak Angkatan 9

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun