Ada sosok yang akhir-akhir ini menginspirasi saya setiap kali membaca dan mendengar kisah perjuangannya. Dialah Abdul Wahid, pria sederhana yang lahir di Desa Belaras dan besar di Kampung Simbar, Indragiri Hilir. Saat ini ia sedang menunggu pelantikannya sebagai Gubernur Riau.
Meskipun belum pernah berjabat tangan denganya, tapi sebagai symbol nyata bagi saya bahwa kerja keras dan ketulusan hati mampu membawa seseorang melampaui rintangan kehidupan.
Siapa sangka, pria yang dulu pernah menjadi kuli bangunan kini berdiri di puncak pencapaian yang tak semua orang bisa bayangkan? Abdul Wahid adalah bukti hidup bahwa mimpi tidak mengenal batas, selama kita berjuang tanpa henti.
Perjuangannya dimulai sejak kecil, saat usianya belum genap sepuluh tahun. Saya masih bisa membayangkan bagaimana perasaan Wahid kecil ketika kehilangan ayahnya. Namun, pesan terakhir sang ayah menjadi penguat langkah hidupnya. "Apa pun yang terjadi, anak-anak harus tetap sekolah," begitu pesan yang terus ia genggam erat hingga kini.
Saya mendengar dari cerita Wahid di berbagai media bahwa ibunya adalah wanita tangguh yang rela mengorbankan segalanya demi pendidikan anak-anaknya. Kebun, ladang, bahkan tanah, semua dijadikan modal untuk memastikan bahwa Wahid dan adik-adiknya bisa melanjutkan sekolah. "Pendidikan adalah investasi terbaik," itulah prinsip yang dipegang teguh oleh sang ibu. Prinsip yang membuat saya merenungi arti pengorbanan sejati.
Wahid menempuh perjalanan pendidikan yang tak biasa. Setelah menyelesaikan SD dan MTs di kampungnya, ia melanjutkan ke pesantren di Sumatera Barat. Ia kemudian menuntut ilmu di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Pekanbaru, dan di sanalah saya merasa Wahid benar-benar menunjukkan kebesaran hatinya. Meski ibunya masih berjuang di kampung untuk menghidupi keluarganya, Wahid memilih untuk hidup mandiri. Ia mengambil pekerjaan apa saja, termasuk menjadi kuli bangunan.
Bayangkan, seorang mahasiswa menghabiskan liburannya di tengah debu dan panasnya proyek pembangunan ruko di Panam, Pekanbaru. Tapi Wahid tidak mengeluh. Sebaliknya, ia menemukan pelajaran berharga dari pengalaman itu. "Di situ saya belajar kerja keras, memahami arti kemandirian, dan bahkan mendapatkan ilmu baru tentang memborong pekerjaan konstruksi," katanya suatu kali. Saya terinspirasi bagaimana ia menjadikan setiap tantangan sebagai peluang untuk tumbuh.
Ada satu cerita yang benar-benar menggetarkan hati saya. Wahid pernah punya cita-cita kuliah di Yogyakarta. Namun, ketika sang ibu menyampaikan kekhawatirannya bahwa keuangan keluarga mungkin tidak akan cukup, Wahid memilih untuk tetap di Pekanbaru. Keputusan itu menunjukkan betapa besar penghormatannya pada ibunya. "Saya yakin, keputusan ibu selalu ada hikmahnya," katanya dengan mata berbinar.
Kini, Wahid telah membuktikan bahwa usaha dan ketekunan tidak pernah sia-sia. Dalam Pilgub Riau 2024, ia dan pasangannya, SF Hariyanto, memenangkan hati rakyat dengan 1.224.193 suara. Kemenangan itu bukan hanya pencapaian politis, melainkan juga bukti bahwa masyarakat percaya pada perjuangan seorang Abdul Wahid.
Bagi saya, Abdul Wahid bukan sekadar pemimpin. Ia adalah inspirasi hidup. Perjuangannya mengajarkan bahwa di tengah segala keterbatasan, ada cahaya harapan yang tak pernah padam. Semangat, pengorbanan, dan keyakinan pada diri sendiri adalah pesan yang ingin saya sampaikan kepada kita semua. Jika Abdul Wahid bisa, maka kita pun bisa. Mari belajar dari perjalanan hidupnya, dan jadikan kisah ini sebagai pemicu untuk meraih mimpi kita masing-masing.