[caption id="" align="alignnone" width="500" caption="Poster Akeelah and the Bee"][/caption] Ini sebenarnya bukan resensi film, karena saya kurang jago dalam meresensi yang sesuai dengan kaedah peresensian film. Jadi, ya ini hanya pandang-dengar (?) dari diri saya seorang. Saya tak sengaja buka-buka stok film lama di laptop yang udah lama saya gak sentuh. Lalu satu-satunya film yang belum saya tonton itu ya Akeelah and the Bee. Awalnya saya kira ini film kartun tentang lebah-lebahan kek film animasi Bee. Hehe.. Eh ternyata terkecoh. Ini film lama, iya...mungkin ada yang lebih awal nonton dan lebih jago meresensikannya dari saya. Jadi film ini menceritakan bagaimana seorang gadis berkulit hitam kecil bernama Akeelah yang jago banget nge-speling-n (kacau dah kaedah bahasa indonesianya) sebuah kata. Kalau di kita sih kayak mengeja gitu, ah kan itu mah buat anak kelas satu SD gitu. Akeelah saking jagonya walau gak menyiapkan buat belajar, tapi ulangan spelingnya dapat nilai seratus. Trus saya pikir, so what gitu? Ketimbang mengeja doang. Emang si Akeelah kelas berapa sih? Umur 11 kan pastinya udah di kelas lima-an. Akeelah ini diceritakan malas ke sekolah, asal-asalan dalam belajar. Lingkungannya kacau, miskin (tapi gak kumuh) dan sering terjadi kejahatan. Ayahnya aja tewas terbunuh karena ditembak orang gak kenal ketika pulang bekerja. Akeelah sayang banget sama ayahnya, dan percaya kemampuannya ini bakat turunan dari ayahnya. Singkat cerita, Akeelah ikut perlombaan speling tingkat nasional, yang mulanya dia gak mau ikutan dan memang ditentang Ibunya. Dan menanglah pastinya. Cerita selengkapnya bisa ditonton sendiri ya :D Nah apa yang bisa saya ambil hikmahnya dari film ini? Hehe, pertama-tama kita jangan suka ngeremehin sebuah film terlalu dini. Memang cerita filmnya sederhana, kenapa gak cerita tentang lomba lari gitu, malakah cerita tentang lomba mengeja? Hei, ternyata lomba speling ini gak gampang pemirsa. Bukan cuma mengeja macam kata STUDY yang dieja jadi S-T-U-D-Y. Tapi yang dieja kata-kata sulit hei. Kebanyakan kata serapan gitu, macam kata latin, atau apalah. Yang jelas itu sulit banget kalau kita bener-bener gak jago. Dan saya takjub sama anak-anak yang ikutan lomba ini. Mereka pengetahuannya buanyak banget, mereka gak cuma hafal bagaimana mengeja kata tersebut, tapi mereka paham apa itu arti, definisi, baunya, apapunlah tentang kata tersebut, wew... Tanpa maksud membandingkan, bagaimana dengan di kita hei? di daerah saya hei di Jawa Barat contohnya, mungkin saya dan kebanyakan orang akan lupa-lupa ingat ketika ditanya "Kembang cengek disebutna naon?" atau " Anakna sapi disebutna naon?" Ngek, baiklah, dua contoh tadi emang gampang bagi yang udah tauk. Ah bahkan mungkin istilah-istilah lainnya, sering luput dari ingatan kita. Oh iya, kalau ada yang nanya " Katanya Akeelah and the Bee, kok gak ada lebah-lebahnya sekali pun?" Hehe, emang bukan tentang lebah sodara-sodari. Ternyata Bee itu istilah lain mengeja :P Jadi ngerti kan kenapa disebut Akeelah and the Bee. Tonton gera. Asikin aja ^^( ngikutin jargonnya Yulika Satria Daya >,< )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H