Mohon tunggu...
Anisa Zahrowani
Anisa Zahrowani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Persyaratan Loker Semakin Nggak Masuk Akal? Apa Sih Penyebabnya?

11 Maret 2023   21:12 Diperbarui: 12 Maret 2023   16:21 2452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bukan hal yang asing lagi kalau persyaratan lowongan kerja (loker) di Indonesia kian hari makin nggak masuk akal. Baru-baru ini banyak netizen Twitter mengeluh perihal persyaratan loker yang semakin rumit. Berawal dari salah satu postingan akun menfess @tanyarlfes, yang menyinggung perihal penyebab dari persyaratan loker yang makin sulit. Postingan tersebut mendapat 2.394 komentar dan 8.424 retweet. Salah satu netizen, @hourlyima berkomentar "Asli ya Allah stress bgt loker udah mah susah, yg tersedia kriterianya makin ga masuk akal, maksimal umur 25 padahal yg diatas 25 yg masih butuh kerjaan banyak bgt. Loker indo apa2 ada maksimal umur, harus siap kerja dibawah tekanan, berpenampilan menarik, berpengalaman, cape bgt." Dari banyaknya komentar-komentar lain, yang dikeluhkan netizen tidak jauh dari kualifikasi umur, penampilan, hingga keterampilan yang diluar nalar, namun dengan upah yang sangat kecil. Banyak dari mereka juga membanding-bandingkan upah dan persyaratan antara loker di Indonesia dan di luar negeri.

Jadi apa sih yang menyebabkan persyaratan loker di Indonesia semakin rumit bahkan nggak masuk akal?

Berdasar pada data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Agustus 2022 tercatat jumlah pengangguran di Indonesia sebanyak 5,86% dari total tenaga kerja nasional. BPS mengatakan bahwa jumlah tenaga kerja nasional sebanyak 209,4 juta jiwa. Sehingga bisa dikatakan bahwa jumlah pengangguran di Indonesia pada Agustus 2022 sebanyak 8,42 juta jiwa. Bahkan Dana Moneter Internasional (IMF) juga memperkirakan pada 2023 ini, bahwa angka pengangguran di Indonesia akan menempati peringkat 2 di Asia Tenggara. Jumlah pengangguran disini sangat mempengaruhi keseimbangan antara pemilik modal dan buruh. Singkatnya semakin banyak barang yang ditawarkan (buruh) maka akan semakin murah nilai jualnya. Sehingga dari yang awalnya seimbang berubah menjadi ketimpangan. Lalu mengapa bisa demikian?

Jika dikulik lebih dalam, sebenarnya ada banyak faktor yang menyebabkan ketimpangan antara buruh dan pemilik modal. Salah satu penyebab ketimpangan tersebut adalah globalisasi. Globalisasi membuat teknologi dan industri berkembang pesat. Mulanya perusahaan-perusahaan membutuhkan banyak tenaga kerja. Dimana hal tersebut, keseimbangan antara buruh dan pemilik modal masih terjaga, karena mereka sama-sama membutuhkan. Namun karena globalisasi, banyak terciptanya  teknologi-teknologi yang lebih mempermudah para pemilik modal. Para pemilik modal lebih memilih untuk membeli alat produksi yang lebih praktis daripada mempekerjakan buruh. Dimana jika di akumulasi, alat produksi dinilai lebih murah dibandingkan dengan upah para buruh.

Dari kronologi tersebut, maka terciptalah ketimpangan antara buruh dan pemilik modal. Dimana awalnya mereka saling membutuhkan, namun akhirnya value buruh menurun karena tergantikan teknologi. Akibatnya, hal tersebut membuat angka pengangguran semakin tinggi. Dimana banyak buruh yang terpaksa di PHK pada usia yang masih produktif. Ketimpangan antara buruh dan pemilik modal tersebutlah yang membuat persyaratan loker semakin nggak masuk akal. Karena pemilik modal menganggap bahwa mereka lebih dibutuhkan buruh dibanding sebaliknya. Angka pengangguran yang tinggi membuat peluang pemilik modal semakin besar untuk mendapatkan pekerja dengan kualifikasi bagus namun dengan upah yang rendah.

Oleh karena itu, selain kriteria keterampilan dan penampilan yang menarik, banyak persyaratan loker di Indonesia yang menetapkan kualifikasi umur, karena semakin muda umur calon pekerja maka biasanya semakin murah nilai upahnya. Dimana hal tersebut juga sesuai dengan prinsip bisnis, yaitu modal yang dikeluarkan harus seminimal mungkin namun pendapatan yang didapat harus semaksimal mungkin. Jadi wajar saja jika persyaratan loker di Indonesia semakin tidak masuk akal, karena tingkat pengangguran di negara ini sangat tinggi. Sehingga membuat ketimpangan antara buruh dan pemilik modal, yang akhirnya menyebabkan nilai tawar buruh menjadi murah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun