Mohon tunggu...
Anisa Vientina
Anisa Vientina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Padjadjaran

Saya adalah mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Padjadjaran, yang memiliki hobi menulis dan membaca novel.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ideologi Seno Gumira Ajidarma Pembunuhan Keroncong dari Kumpulan Cerpen Penembak Misterius

30 Juni 2024   00:02 Diperbarui: 30 Juni 2024   00:05 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.



Ideologi Seno Gumira Ajidarma Pembunuhan Keroncong dari Kumpulan Cerpen Penembak Misterius

Seno Gumira Ajidarma adalah seorang penulis cerpen, esais, jurnalis dan pembuat teater. Seno menulis puisi dengan nama samaran Mira Sato hingga 1981. Seno lahir pada tanggal 19 Juni tahun 1958 di Boston, AS, tetapi Seno besar di Yogyakarta. Ayahnya adalah Profesor Dr. MSA Sastroamidjojo, Guru Besar Fakultas Matematika dan Sains Universitas Gadjah Mada. Seno mempunyai banyak karya. Antara lain Karya-karya Seno meliputi kumpulan puisi, cerpen, novel, dan esai. Salah satu karya seno yaitu cerpen yang berjudul penembakan misterius. Cerpen Penembak Misterius merupakan karya Seno yang pertama kali diterbitkan pada tahun
1993. Kumpulan cerpen ini terdiri dari tiga jilid, yang pertama adalah "Penembak Misterius": Yaitu trilogi, Pembunuhan Keroncong, Suara Hujan di Genting, dan, Grhhh!.Ketiga cerpen tersebut digabungkan menjadi satu bab, yang bukannya tanpa makna, namun
 memiliki benang merah dalam konteks lahirnya dan bersifat kritis.Trilogi ini menyajikan pemeriksaan dan kritik terhadap sebuah peristiwa yang dikenal sebagai "Adu Misterius" (Peter) yang terjadi pada awal hingga pertengahan 1980-an yang dibingkai dalam bentuk karya sastra Salah satu karya yang saya ingin bahasa yaitu cerpen yang berjudul "pembunuhan keroncong" dalam kumpulan cerpen penembakan misterius.

Cerpen "Pembunuhan Keroncong" menggambarkan konflik batin yang mendalam antara tanggung jawab profesional dan dorongan hati nurani tokoh utama. Cerita ini mengangkat tema moralitas dan pertentangan internal dalam diri seorang pembunuh bayaran yang dihadapkan pada tugas yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaannya. Cerpen "Pembunuhan Keroncong" menyoroti konflik batin tokoh utama, seorang pembunuh bayaran, yang diperintah oleh seorang wanita misterius untuk membunuh seseorang di tengah pesta. Berikut kutipan yang lebih mendalam mengenai konflik batin yang dialami oleh tokoh utama berdasarkan kutipan dari cerpen tersebut. "Siapa sasaranku?" tanyaku minggu lalu, ketika dia memesan penembakan ini. Dilakukan lewat telepon seperti itu, tentu wajahnya hanya bisa kukira-kira saja. "Kau tidak perlu tahu, ini bagian dari kontrak kita." (Ajidarma: 2007) Terlihat dari kutipan tersebut bahwa tokoh aku atau yang disebut sebagai penembak misterius yang dibayar oleh seorang yang tak dikenal untuk menembak seseorang ditengah jalannya pesta. dengan seorang wanita yang memesan penembakan melalui telepon. Tokoh tersebut adalah seorang yang bekerja sebagai pembunuh bayaran. Dan aku melihat wajah-wajah pada teleskop. Para wanita dengan pakaian malam yang anggun. Ada yang punggungnya tebuka. Cantik sekali. Wanita bersuara halus yang memerintahku itu pun tentu cantik. Aku tak mengira seorang wanita akan terlibat dalam pembunuhan seperti ini. (Ajidarma: 2007) Terlihat dari kutipan kedua bahwa Pemesan penembakan tersebut adalah seorang perempuan yang dimana perempuan tersebut yang terlibat dalam dalam pembunuhan itu. Dan yang bekerja sama dengan seorang yang bekerja sebagai pembunuh bayaran. "Aku tidak mau menembak orang yang tidak bersalah" (Ajidarma : 2007) Terlihat dari kutipan terakhir bahwa penembak misterius tersebut inging mengurungkan niatnya untuk menembak sasarannya dan merenungkan hal tersebut. Meski dibayar, penembak misterius itu tetap memikirkan alasan terbesar kenapa dia harus membunuh sesorang yang tidak bersalah. 

Cerpen "Pembunuhan Keroncong" dari kumpulan cerpen "Penembak Misterius" bukan hanya sekedar cerita fiksi, tetapi juga sebuah refleksi mendalam tentang kondisi sosial dan politik Indonesia pada masa Orde Baru. Melalui ceritanya, penulis menyampaikan kritik tajam terhadap kekerasan yang dilakukan oleh oknum-oknum yang seharusnya melindungi rakyat, serta mengajak pembaca untuk merenungkan pentingnya keadilan dan kemanusiaan. Cerpen ini mengingatkan kita bahwa di balik setiap tindakan kekerasan, ada manusia-manusia dengan cerita dan mimpi yang hancur, dan bahwa hanya dengan menegakkan nilai-nilai kemanusiaan, masyarakat bisa hidup dalam damai dan harmonis.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun