Assalamu'alaikum wr.wb.Â
Apa kabar para pembaca? Semoga saat membaca tulisan ini Anda selalu dikaruniakan kesehatan yang berlimpah, Aamiin YRA.
Pada kesempatan kali ini, aku tidak akan menceritakan tokoh terkenal, melainkan menceritakan mereka yang dalam kesehariannya mungkin tidak seterkenal para tokoh dan bintang yang dikagumi pada umumnya, tetapi mereka sangat mulia. Aku menceritakannya karena aku sangat terkagum-kagum dengan mereka.
Bagaimana tidak, aku tidak kagum dengan mereka. Di balik bangunan-bangunan yang terlihat lama di kota Tarim, kota ini menyimpan keindahan dan keistimewaan yang tersembunyi dibalik pakaian kezuhudan. Terlebih adalah karena perempuan Tarim patut menjadi contoh bagi perempuan akhir zaman masa kini. Mereka bagaikan mutiara yang tersembunyi di dalam palung lautan. Begitulah seharusnya fitrah perempuan. Tidak heran jika kota ini tekenal dengan sebutan seribu wali, sebab perempuan di Tarim banyak melahirkan para ulama, cendikiawan, juru dakwah, para wali, dan orang-orang saleh. Didikan mereka sejak dini adalah dibesarkan dalam lingkungan agama dan terdidik dengan akhlak yang sangat mulia. Apabila sudah baligh, tempat mereka adalah di dalam rumah dan tidak melihat laki-laki asing, kecuali hanya ayah dan saudara laki-laki mereka. Tak heran, jika mereka terkenal keluar rumah hanya 3 kali saja, yaitu saat masih kecil, ketika berpindah ke rumah suaminya, dan ketika meninggal untuk dikuburkan. Mendengar cerita tersebut, aku sangat kagum dan langsung jatuh hati untuk mengunjungi kota Tarim, seolah jiwaku yang haus ini seperti mendapatkan air yang segar.
Secara turun temurun, mereka dibesarkan dengan tidak mengenal musik, tidak mengenal kebiadaban, tidak kenal wajah orang fasiq, dan perbincangan mereka adalah tentang majlis-majlis ilmu, Al Quran, adab, akhlak, tasawwuf dan seumpamanya. Bagi mereka yang sudah baligh dan tiba saatnya untuk menikah, mereka biasanya dinikahkan dengan pasangan yang sesuai, tanpa ada cinta dan datang sebelumnya, serta mereka tidak membantah. Kehidupan sehari-hari mereka menerapkan rumah tangga Nabawi. Masing-masing pasangan tidak akan saling menyusahkan. Keperluan rumah tangga seperti urusan dapur menjadi tanggung jawab suami sehingga apabila kita melihat pasar di Tarim, jarang sekali menemukan perempuan di pasar. Namun, hal ini tidak menghalangi apabila perempuan di Tarim untuk membeli keperluan pribadi maupun pakaiannya. Pun apabila keperluan dapur ada yang habis, maka seorang istri tidak berani mengatakan langsung untuk meminta dibelikan melainkan meletakkan bungkusan kosong di tempat yang bisa dilihat oleh suaminya. Apabila suami telah kembali dari bekerja, istri selalu membuat dirinya, pakaian, kamar tidur, kamar mandi dan semuanya serba bersih, rapi, dan wangi. Mereka juga tidak akan marah satu sama lain. Akhlak mereka sungguh sangat mulia. Sungguh, keberkahan yang luar biasa, banyak keunikan dan seni budi pekerti junjungan mulia Nabi Muhammad SAW yang susah kita temukan di masa kini.Â
Perempuan di Tarim juga memiliki rasa malu yang tinggi dan mereka tidak memperlihatkan wajahnya di khalayak ramai. Sekalipun mereka bekerja di ladang atau mengembala kambing kawasan kering di bukit, mereka tetap jauh dari pandangan kaum lelaki, terlebih mereka juga selalu memakai niqab/berpurdah hitam. Mereka selalu berpakaian hitam karena warna tersebut tidak mengundang perhatian lebih. Sungguh, mereka benar-benar meneladani Sayyidah Fatimah Az Zahra yakni Putri Rasulullah SAW yang akan menjadi pemimpin kaum hawa di surga.Â
Mereka juga adalah perempuan tangguh, karena dapat bertahan di tengah terik panasnya negeri Tarim. Perempuan di Tarim hanya keluar apabila ada keperluan penting saja. Apabila ke pasar atau ke kedai, harus ada mahram yang menemaninya atau mereka keluar secara bergerombolan. Maka terpeliharalah mereka dari segala macam fitnah. Itu sebabnya, perempuan Tarim dijuluki bidadari bumi.Â
Apabila hal ini kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, tentunya kehidupan akan sangat indah. Kita tidak perlu lagi melihat adanya kekerasan, perceraian, anak-anak yang putus asa karena broken home, fitnah, adu domba, riba, gibah, perjudian, mabuk-mabukan, dan hal-hal seumpamanya dikarenakan mulianya akhlak. Semoga kita (muslimah) bisa belajar dan terus berproses menjadi lebih baik dengan menjadikan wanita-wanita tersebut sebagai wanita inspiratif masa kini. Apabila ada tetangga, teman, atau orang yang tidak kenal memakai niqab dan berpurdah hitam, janganlah dipandang sebelah mata. Aku melihat, tidak sedikit orang yang menganggap mereka adalah golongan radikal, mengikuti paham tertentu, dan sebagainya. Berhusnudzon lah kepada setiap makhluk ciptaan Allah SWT.
Semoga kita para muslimah yang kelak mencetak generasi masa depan dapat meneladani mereka mulai dari akhlaknya yang sangat mulia, rasa malunya yang sangat tinggi sampai dengan cara mereka dalam menutup aurat. Marilah berproses memperbaiki diri, meski perlahan, tetapi pasti untuk sampai tujuan. Â Â
Sayyidah Aisyah RA pernah berpesan,