HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang mematikan, karena virus tersebut menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. HIV menginfeksi dan menghancurkan sel CD4, dimana sel CD4 adalah jenis sel darah putih yang berfungsi untuk membantu mengidentifikasi sekaligus mengahncurkan patogen penyebab infeksi bakteri, jamur, dan virus. Apabila jumlah sel CD4 dalam tubuh seseorang rendah, maka sistem kekebalan orang tersebut akan lemah dan rentan diserang berbagai penyakit.
        HIV tidak bisa disembuhkan atau dengan kata lain HIV adalah penyakit yang menetap di dalam tubuh seumur hidup. Karena sampai saat ini belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan penyakit  tersebut. Penderita HIV hanya bisa bertahan dengan melakukan perawatan seperti menerapkan pola hidup sehat dan mengkonsumsi  obat terapi antiretroviral (ARV) secara rutin. Penggunaan obat terapi antiretroviral (ARV) ini membantu menghambat pertumbuhan sel virus HIV dalam tubuh sehingga dapat mencegah penurunan fungsi sistem kekebalan, menurunkan risiko penularan HIV, dan memperpanjang harapan hidup.
        Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Klaten menggelar sosialisasi bahaya HIV/AIDS dan LGBT di pendopo Pemkab Klaten pada Kamis (14/11/2024). Kegiatan ini mengangkat tema Lindungi Anak Bangsa Dari Pengaruh Perilaku LGBT yang diselenggarakan dalam rangka Hari AIDS sedunia dengan sasaran sosialisasi adalah organisasi perempuan di Kabupaten Klaten. Acara tersebut digelar untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bahaya HIV/AIDS dan bagaimana cara pencegahannya, khususnya bagi anak-anak. Sosialisasi tersebut diisi oleh dosen Universitas Muhammadiyah Klaten  (UMKLA), Devi Permatasari, S.Keb.,Ns.,MAN, dan Sekretaris KPA Klaten, dr. Ronny Roekmito.
        Bupati Klaten, Sri Mulyani mengingatkan bahwa penanggulangan HIV/AIDS dan LGBT bukanlah tugas satu pihak saja, melainkan menjadi tanggung jawab kita bersama, baik pemerintahh, masyarakat, dan individu.
        HIV dapat menyerang siapa saja, maka dari itu kasus HIV perlu mendapatkan perhatian lebih. Perlunya pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap HIV dapat berdampak negatif kepada mereka dalam berbagai hal, baik secara langsung maupun tidak langsung. Terutama terhadap kaum LGBT.
        Kaum gay, biseksual, dan transgender (LGBT) merupakan salah satu kelompok yang memiliki risiko lebih tinggi terhadap infeksi HIV/AIDS. Tidak jarang apabila virus HIV dikaitkan dengan risiko penyakit menular seksual. Kebanyakan dari mereka mendapatkan HIV/AIDS melalui seks anal yang dilakukan tanpa menggunakan pengaman, berganti-ganti pasangan, dan adanya stigma sosial.
        Kaum LGBT yang memiliki risiko HIV/AIDS sebaiknya tidak dihindari dan dikucilkan karena itu bukan merupakan jalan keluar. Seperti yang telah dikatakan oleh Bupati Klaten, Sri Mulyani bahwa hal ini adalah tugas dan tanggung jawab bersama untuk menolong mereka, khususnya dalam bentuk edukasi agar terhindar dari serangan penyakit ini.
       Meski bisa menyerang siapapun, bukan berarti HIV/AIDS tak bisa dicegah. Beberapa upaya yang dapat mencegah dan mengurangi infeksi HIV/AIDS antara lain :
- Melakukan hubungan seksual dengan aman.
- Tidak berganti-ganti pasangan.
- Edukasi dan kesadaran.
- Terbuka dengan pasangan.
- Tes HIV rutin.
- Melakukan perawatan dan pengobatan.
- Dukungan dari masyarakat sekitar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H