Selanjutnya di tahun 2023, keterpurukan kembali menimpa Turki, setelah gempa yang terjadi pada Senin, 6 Februari 2023 di daerah selatan yang berkekuatan 7,8 yang melanda Turki Tengah dan Suriah Barat Laut. Bukan hanya memakan banyak korban akan tetapi juga membuat Bursa Saham Turki Istanbul melakukan penghentian transaksi saham di beberapa zona perusahaan daerah Gempa. Kerugian yang begitu besar sudah pasti melanda Turki dan jika Erdogan tetap konsiten dalam kebijakannya, bukan hanya keterpurukan ekonomi yang besar, akan tetapi kepercayaan masyarakat ditahun 2023 menjelang pemilu nanti akan menurun terhadap Erdogan.
Peluang Erdogan Menjabat di Tahun 2023
Kita semua mengetahui bahwa Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan berita pemilu bahwa dinegaranya akan mengadakan pemilu lebih awal yakni pada 14 Mei 2023, sebulan lebih awal dari yang dijadwalkan. Hal tersebut dilansir dari CNN yang diketahui diberitakan oleh Presiden Erdogan sendiri dalam video rekaman pernyataan di Kantor Kepresidenan Turki.Â
Walaupun sudah menjabat dua periode, sejak 2003 Presiden Erdogan tetap nekat maju di tahun 2023 meskipun reputasinya sudah sangat menurun. Pemilu ke tiga ini bisa dikatakan Erdogan mempunyai peluang kalah dari pihak oposisinya. Jika dianalisis, kendati tersebut bisa dilihat melalui tingkat kepercayaan masyarakat yang semakin menurun terhadap kepemimpinan Erdogan di periode ini.
Kepercayaan masyrakat juga semakin hilang kepada Erdogan setelah terjadi gempa pada 6 Februari 2023 lalu yang menghancurkan sejumlah wilayah di selatan negara Turki. Erdogan dianggap sangat lambat dalam penyelesaian dan penanganan pasca gempa. Sehingga membuat masyarakat semakin mengkritik dan menuduh pemerintahannya tidak becus dalam pelaksaan tanggung jawabnya. Adanya bencana tersebut sudah pasti membuat ekonomi dan stabilitas negara juga menurun.
Melalui celah posisi Erdogan yang semakin buruk dimata masyarakat, pihak oposisi utama Presiden Erdogan yakni aliansi partai sayap kiri dan kanan yang dikenal sebagai Table Of Six. Mereka melakukan kampanye dengan berjanji kepada masyarakat, jika terpilih mereka akan mengembalikan kebijakan ekonomi, melaksanakan dan memperkenalkan kebijakan moneter yang lebih ketat, serta memulihkan independensi bank sentral. Dengan demikian, bukan hanya masyarakat Turki saja. Akan tetapi jika dilhat dari kebijakan tersebut, sudah pasti para petinggi bisnis dinegaranya yang selama ini mendukung Erdogan maju, bisa menjadi lain pihak jika Erdogan tetap konsisten dan kekeh dalam kebijakannya.
Melihat perkembangan kebijakan Erdogan yang masih kekeh sampai saat ini. kekacauan yang semakin parah, belum lagi ekonomi global yang diramalkan akan resesi, kestabilan negara yang semakin menurun memicu peningkatkan ambisi partai oposisi untuk memenangkan pemilu tahun ini. Dengan tindakan awal yakni mengumumkan calon presiden yang mereka usung yakni Kemal Kilicdroglu dan visi misinya yang sudah pasti mengjatuhkan pihak pemerintah.
Dilansir melalui laman Pikran Rakyat, dalam riset ALF Research and Consulting menyebut kialisi partai pemerintah hanya mendapat 35,1% dukungan, sementara koalisi partai oposisi mendapatkan 47,6% dukungan. Dengan ini artinya bahwa peluang besar Erdogan terancam kalah dari pihak oposisi sangatlah besar.
Kendati demikian, jika dilihat secara jelas kedepan bahwa Erdogan akan habis masanya sangatlah besar. Akan tetapi masih ada peluang kecil jika Erdogan mau melakukan strategi atau mau mengalah dan menghapus kebijakan moneter yang sebagai sebab utama masyarakat kehilangan kepercayaannya, kemungkinan menang akan ada meski tidak besar.
Â
Daftar Isi