Mohon tunggu...
Anisa Supiani
Anisa Supiani Mohon Tunggu... Administrasi - Literature , Menulis, Membaca, Traveling

Teruslah berkarya tanpa batas!✍️

Selanjutnya

Tutup

Seni

Sikap Mental Semar (Jangan Pilih-Pilih, Siapa Tahu Itu yang Terbaik Untukmu)

21 Desember 2022   01:20 Diperbarui: 21 Desember 2022   01:28 1199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan laki-laki dan bukan perempuan, tangan kanan ke atas, tangan kiri ke belakang, berkuncung seperti kanak-kanak namun berwajah sangat tua, ciri-ciri tersebut menunjukkan salah satu tokoh pewayangan yang sering menjadi penasehat para kesatria-kesatria dalam pementasan wayang Mahabharata dan Ramayana. Semar memiliki tiga sikap mental utama yang seri ng menjadi inspirasi orang banyak dan patut ditiru serta diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk sikap mental yang utama yaitu tadah artinya tidak meminta apapun tapi hanya mengharap keberkahan dari apa yang sudah dimiliki karena yang paling penting adalah selalu merasa cukup. Pradah yaitu menanamkan sikap ikhlas dalam menolong terhadap sesama. Dan sikap mental yang terakhir yaitu ora wegah berarti tidak pilih-pilih entah itu pekerjaan besar maupun pekerjaan yang kecil.

Disini saya akan memfokuskan pada pembahasan mengenai sikap mental utama yang ketiga yaitu ora wegah. Membahas pekerjaan tentu teringat akan pengalaman yang pernah saya alami tepatnya pada tahun ini di bulan April, pada saat itu perusahaan tempat saya bekerja mengalami kemerosotan omset yang cukup menyedihkan hingga melakukan pengurangan karyawan besar-besaran dan saya menjadi salah satu dari karyawan tersebut. Perusahaan saya bergerak di bidang retail peralatan rumah tangga masih beralasan terkena dampak dari pandemi yang padahal sudah mulai pulih namun ternyata pemasukan dari perusahaan saya tempat bekerja tersebut tidak ikut pulih hingga terpaksa melakukan pengurangan karyawan.

Menjadi seorang pengangguran menjadi mimpi terburuk bahkan di siang bolong sekalipun karena seramnya tidak pernah dibayangkan. Saya berusaha untuk ikhtiar mencari pekerjaan mulai dari pasang status whatsapp, Instagram dan sosial media lainnya hingga berkabar kepada teman-teman yang sekiranya memiliki informasi lowongan pekerjaan baik dari tempat dirinya bekerja atau tempat lain yang memang sedang membutuhkan karyawan. Banyak sekali lamaran yang sudah disebar melalui email dan datang langsung. Pada waktu itu saya berpikir sangat sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang saya inginkan, dengan alasan ketika sudah tahap interview ternyata gaji tidak sesuai dengan yang diinginkan karena masih dirasa kurang, lokasi kerja jauh, atau job desk yang kurang sesuai dengan kemampuan.

Merasa terlalu lama untuk bisa mendapatkan pekerjaan saya merenungi diri saya sendiri karena mungkin bukan Tuhan yang tidak pernah mendengar keluh kesah dan doa saya sepanjang hari untuk bisa menjadi karyawan dari sebuah perusahaan, tapi yang perlu diinstropeksi yaitu karena saya yang terlalu pemilih. Kelemahan dari diri saya adalah takut untuk mencoba hal-hal yang baru alasannya karena takut tidak bisa, takut gagal dan segala yang tidak-tidak di dalam pikiran saya. Padahal saya sendiri tidak tahu Tuhan memberikan segala kesempatan di depan mata bisa jadi sebagai hal yang terbaik tanpa kita duga. Hingga pada akhirnya saya bisa mendapatkan pekerjaan di luar ekspetasi saya yaitu customer service pada perusahaan yang cukup lumayan besar dan yang paling penting kuliah dan kerja tetap seimbang.

Hal ini kontras sekali dengan sikap mental utama Semar yaitu ora wegah mengandung sebuah arti sebagai sikap untuk jangan pilih-pilih secara berlebihan baik itu pekerjaan kecil maupun pekerjaan yang besar. Karena kita sebagai manusia tempatnya berprasangka jauh ketika diberikan sebuah kesenangan atau kesedihan. Semar mengajarkan untuk selalu bersyukur a      Qtas apa yang telah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa mungkin menurut kita tidak suka atau tidak baik padahal ketika kita berani untuk mengambil sebuah keputusan, menjalani prosesnya, bersyukur atas hasilnya terkadang manusia baru berterimakasih kepada Tuhan karena baru mengetahui hikmah Tuhan memberikan cobaan baik dalam bentuk pekerjaan, keluarga, ataupun pendidikan sebenarnya adalah sebuah harapan dan ekspetasi yang kita inginkan selama ini namun sayang kita terlalu pandai mengira tanpa mempertimbangkan hasil kedepan yang akan terjadi semua akan terasa lebih indah apabila kita merasa selalu cukup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun