Wajah Pendidikan di Daerah Tertinggal
Pendidikan merupakan hak setiap warga negara yang telah diatur dalam undang-undang. Karena itu, seharusnya setiap individu berlomba untuk mendapatkan pendidikan terbaik. Bahkan, ada sebagian orang yang memilih meninggalkan nusantara untuk bersekolah di negara tetangga, tentunya dengan dana yang tak sedikit. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi pendidikan di daerah tertinggal. Jauh di pelosok nusantara, para penerus bangsa bahkan ada yang belum mengenal abjad.
Bagi masyarakat pedalaman, pendidikan memang masih dipandang sebelah mata. Parahnya, pemerintah sebagai pengatur kebijakan pendidikan pun bersikap kurang adil pada sistem dan infrastruktur pendidikan yang berada di daerah pelosok. Perbedaan yang sangat kontras bisa kita lihat jika membandingkan fasilitas sekolah di kota besar dengan sekolah terpencil.
Di sekolah negeri di Jakarta, sudah tentu memiliki gedung sendiri, lapangan olahraga, laboratorium, perpustakaan dengan buku yang lengkap, laboratotium komputer dan para pengajar yang telah mengeyam pendidikan keguruan.
Sedangkan, sekolah di desa terpencil terkadang tak memiliki gedung sendiri, sehingga harus berbagi, misalnya antara SD dan SMP, ruang perpustakaan pun nampak lengang, tak ada komputer yang bisa digunakan siswa untuk membuka cakrawala. Guru yang mengajar kebanyakan hanya lulusan SMA dan belum memperoleh pendidikan keguruan.
Pemerintah seakan pilih kasih dalam menggelontorkan dana pendidikan. Bagi daerah terpencil, mereka sangat merasakan ketidakadilan tersebut. Seharusnya, pemerintah bisa bersikap lebih bijak dan bisa meratakan sistem pendidikan di negeri ini. Jangan sampai wajah pendidikan yang murung di daerah terpencil terus terpelihara.
Bukti nyata kesenjangan pendidikan di daerah terpencil ialah SMP Negeri Satap Kembang Lala yang berada di belahan Utara Manggarai Timur, persisnya di kampung Golo Cewo, desa Kembang Mekar, kecamatan Sambi Rampas-NTT. SMP Negeri Satap ini berada di daerah yang sedikit jauh dari pusat pelayanan pendidikan dan terkesan terisolir karena topografi alam yang berbukit-bukit dan terjal. SMP Negeri Satap Kembang Lala adalah SMP Baru yang terletak di desa Kembang Mekar. SMP Negeri Satap Kembang Lala memiliki luas area sekitar 2.500 m2.. Gedung sekolah ini merupakan gedung SDI Kembang Lala, karena kedua satuan pendidikan ini masih berada di bawah satu atap.
Mari bandingkan dengan SMP Negeri lain yang berada di pusat kota!
Wajah pendidikan di daerah tertinggal memang masih terlihat suram. Hingga saat ini, pemerintah seakan tak berbuat banyak dalam memajukan pendidikan di Indonesia. Fasilitas yang kurang lengkap dan pengajar yang kurang professional menjadi salah satu hambatan bagi berkembangnya minat belajar para masyarakat pelosok.
Namun, semua kekurangan dalam fasilitas pendidikan tak menyurutkan niat anak bangsa untuk mengenyam bangku sekolah. Terbukti, banyak pelajar yang rela berjalan kaki puluhan kilo meter untuk menimba ilmu. Banyak pula yang mesti melewati sungai yang dalam untuk berangkat ke sekolah. Mestinya, semangat pelajar di daerah tertinggal ini lah yang kita jadikan motivasi. Sehingga pendidikan di Indonesia bisa menjadi lebih baik lagi.
Semoga, wajah pendidikan di negeri ini bisa bersinar layaknya mentari bagi. Bukan hanya bagi warga ibu kota, tapi juga bagi para penerus bangsa di pelosok nusantara.
Sumber:
http://berita.upi.edu/2013/07/09/kondisi-pendidikan-di-daerah-terdepan-terpencil-dan-tertinggal/
http://pendidikanmanagement.wordpress.com/2013/01/31/pendidikan-desa-vs-pendidikan-kota/
NAMA : ANISA SHOLIHAT
JURUSAN : PENDIDIKAN GURU SD
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H