Mohon tunggu...
Anisa Saela
Anisa Saela Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

menulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Peran Generasi Muda dalam Menanggulangi Krisis Iklim

26 November 2024   11:08 Diperbarui: 26 November 2024   11:11 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Krisis iklim dunia merujuk pada perubahan iklim yang terjadi akibat aktivitas manusia, terutama emisi gas rumah kaca dari pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik industri lainnya. Fenomena ini menyebabkan pemanasan worldwide, yang berdampak pada peningkatan suhu Bumi, mencairnya es di kutub, dan naiknya permukaan discuss laut. Dampak lebih lanjut termasuk cuaca ekstrem (seperti gelombang panas, banjir, dan kekeringan), gangguan pada ekosistem, dan ancaman terhadap ketahanan pangan dan kesehatan manusia.

Perubahan iklim juga meningkatkan frekuensi dan intensitas bencana alam, seperti badai tropis dan kebakaran hutan, serta merusak keanekaragaman hayati. Krisis ini mengancam kehidupan di banyak wilayah, terutama kawasan pesisir dan daerah yang rentan terhadap perubahan cuaca.

Upaya untuk mengatasi krisis iklim memerlukan kerjasama worldwide dalam mengurangi emisi karbon, beralih ke energi terbarukan, serta mengimplementasikan kebijakan adaptasi dan mitigasi yang efektif. Tanpa tindakan segera, dampak perubahan iklim akan semakin parah dan dapat menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki bagi bumi dan generasi mendatang.

Krisis iklim merupakan salah satu tantangan paling besar yang dihadapi umat manusia, saat ini dan juga di masa depan. Dampak krisis iklim pun semakin dirasakan saat ini. Menurut Bidang Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), dalam ikhtisar kondisi iklim tahun 2020 (state of climate in 2020) yang dikeluarkan oleh beberapa institusi internasional seperti NOAA, Met Office dan WMO, dinyatakan bahwa suhu global pada 2020 menempati peringkat kedua teratas sebagai tahun terpanas sejak zaman pra industri, sedikit lebih rendah dari suhu global pada 2016, yang saat itu juga dipengaruhi oleh fenomena El Nino ekstrem yang terjadi sejak 2015.

Upaya bersama termasuk generasi muda untuk mengkampanyekan dan ikut mengendalikan krisis iklim. Generasi muda bisa berkontribusi dalam pengendalian krisis iklim. Sebagai individu, bisa berkontribusi hampir di semua sektor meski dalam porsi kecil namun bila diakumulasi dapat berdampak terhadap pengendalian krisis iklim.

            Hasil survei terbaru Yayasan Indonesia Cerah dan Change.org pada 2020 menunjukkan bahwa 90 persen dari responden muda mengkhawatirkan dampak krisis iklim. Krisis air, krisis pangan dan penyebaran penyakit adalah dampak yang paling dikhawatirkan dari krisis iklim. Hasil survei Badan Pembangunan PBB akhir 2020 juga menunjukkan, sebanyak 70% remaja di bawah 18 tahun mengatakan krisis iklim sudah darurat dibandingkan responden usia 18-25 tahun [65%], usia 36-59 [60%], dan di atas 60 tahun [58%]. Ini bukti bahwa anak muda sebenarnya sudah sadar akan bahayanya krisis iklim.

            Maka Yayasan Indonesia Cerah dan Change.org melakukan survei ini untuk mengetahui bagaimana persepsi publik, terutama anak muda, tentang krisis iklim sebagai bahan pertimbangan untuk merancang strategi penanganan dampak krisis iklim ke depannya. Survei pandangan anak muda tentang krisis iklim tersebut dilakukan secara daring selama hampir dua bulan yakni 23 Juli -- 8 September 2020. Adapun responden survei diikuti oleh sekitar 8.374 anak muda di rentang usia 20-30 tahun yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia.

            Beberapa anak muda baik siswa atau mahasiswa ternyata ikut terlibat aksi global, seperti anak muda di Yogyakarta. Setidaknya 100 kalangan muda berkumpul untuk menyuarakan bahaya krisis iklim di Titik Nol Yogyakarta pada 2019 lalu. Kalangan muda ini membentangkan beragam poster yang memprotes kerusakan lingkungan dan mengajak orang peduli.

Aksi mereka diramaikan poster bertuliskan "planet bumi di atas profit atau uang, bumi mung siji ojo dipateni (bumi hanya satu, jangan dibunuh)". Mereka juga mengumpulkan donasi untuk darurat kabut asap dan kebakaran hutan dan lahan di Riau dan menggunakan panel surya milik Wahana Lingkungan Hidup yang menyokong energi untuk pengeras suara dan pentas musik.

Keterlibatan pemuda dalam menghadapi perubahan iklim sangatlah esensial. Mereka adalah generasi yang akan mewarisi dampak perubahan iklim di masa depan. Dengan memberdayakan pemuda melalui seminar dan aksi mitigasi, kita dapat mempersiapkan mereka untuk menjadi pemimpin yang proaktif dan inovatif dalam mengatasi tantangan lingkungan.

Namun, perjalanan untuk mengurangi emisi dan beradaptasi dengan dampak perubahan iklim tidak luput dari rintangan. Pemuda seringkali kekurangan akses ke sumber daya, informasi, dan dukungan yang mereka butuhkan untuk membuat perbedaan. Selain itu, mereka terkadang menghadapi skeptisisme atau kelambanan dari pihak yang berwenang. Mengatasi hambatan ini sangat penting untuk memberdayakan pemuda dan membuka potensi mereka sepenuhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun