Dalam era modern yang semakin canggih, perkembangan teknologi telah menjadi salah satu aspek yang paling signifikan dalam transformasi sosial di Indonesia, khususya pada cara masyarakat berinteraksi, berkomunikasi, dan menjalani kehidupan sehari-hari. Perkembangan internet, media sosial, dan peraangkat pintar telah merubah pola hubungan sosial serta dinamika interaksi manusia. Fenomena isolasi sosial muncul sebagai dampak yang kontroversial dari kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Isolasi sosial, yang didefinisikan sebagai keadaan individu yang mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain, telah menjadi topik yang semakin penting untuk diakui dan dipahami.
Sumber gambar: LPW NTB
Di tengah kemudahan berkomunikasi dan terhubung secara digital, muncul pertanyaan "Apakah kita benar-benar menjadi lebih terhubung atau justru semakin terasing dari kontak sosial yang mendalam dan bermakna?" Hal ini menimbulkan keresahan akan kehilangan ikatan antarpribadi, terutama ketika masyarakat semakin mengalami pergeseran dari interaksi tatap muka ke layar-layar digital. Masyarakat mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain.
Teknologi yang diharapkan memberikan kemudahan dalam berkomunikasi dan mengakses berbagai informasi, justru membuat spekulasi baru bahwa semakin terkoneksi secara digital dapat berpotensi meningkatkan rasa keterasingan di dunia nyata. Karena masyarakat menghabiskan waktunya untuk berinteraksi secara digital yang mengakibatkan penurunan interaksi sosial di dunia nyata. Meskipun seseorang dapat berkomunikasi dengan siapa saja melalui pesan teks, panggilan video, atau media sosial, sering kali masyarakat kurang berpartisipasi dalam komunikasi tatap muka yang mendalam dan berarti.
Media sosial, salah satu bentuk teknologi yang paling mendominasi, memiliki dampak besar pada perubahan sosial masyarakat. Meskipun media ini memungkinkan seseorang untuk tetap terhubung dengan teman-teman lama, anggota keluarga, dan bahkan orang yang belum pernah ditemui sebelumnya, masyarakat sering kali terjebak dalam spiral perbandingan sosial yang dapat meningkatkan perasaan isolasi. Postingan yang disunting dengan cermat dan foto-foto yang sempurna sering kali menyembunyikan kenyataan kompleks dari kehidupan sehari-hari, dan seseorang dapat merasa terisolasi karena merasa kehidupannya tidak sebanding dengan pencapaian dan kebahagiaan yang diperlihatkan oleh orang lain.
Sumber gambar:GoldenFast Network
Salah satu teori yang relevan untuk menjelaskan kasus ini adalah "Teori Gangguan Komunikasi" atau "Media Richness Theory" yang dikemukakan oleh Daft dan Lengel pada tahun 1986. Teori ini menyatakan bahwa setiap saluran komunikasi memiliki tingkat "kaya" dan "miskin" dalam menyampaikan informasi. Saluran yang kaya (komunikasi langsung tatap muka) lebih baik dalam mengatasi ambiguitas dan mendukung interaksi sosial yang lebih baik, sementara saluran yang miskin (pesan teks, atau percakapan melalui perangkat digital) cenderung kurang efektif dalam berkomunikasi secara emosional. Dengan peningkatan penggunaan teknologi yang cenderung menggunakan saluran komunikasi yang miskin, teori ini dapat menjelaskan bagaimana isolasi sosial muncul akibat kurangnya komunikasi langsung dan hubungan emosional yang mendalam.
Dalam mengatasi dampak negatif teknologi terhadap isolasi sosial, penting untuk menjaga keseimbangan interaksi antarpribadi. Menggunakan teknologi sebagai alat untuk memperluas jaringan sosial dan menjaga hubungan yang ada adalah langkah penting. Namun, masyarakat juga perlu mengenali pentingan interaksi tatap muka, mengembangkan keterampilan komunikasi, dan mengakui nilai hubungan sosial yang kuat dalam membangun koneksi dan rasa keterikatan dalam kehidupan nyata. Menetapkan waktu untuk bertemu secara langsung dengan keluarga, teman, atau komunitas dapat membantu memperkuat hubungan dan mencegah terasingnya individu atau isolasi sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H