Manipulasi dalam hubungan terjadi ketika seorang individu merasa tidak nyaman akan perlakuan terhadap dirinya yang disebabkan pihak lain dalam hubungan tersebut. Dalam suatu hubungan, pelaku manipulasi biasanya menanamkan keraguan dan membuat korban tidak bisa membuat keputusan (atau bahkan mempertanyakan keputusannya sendiri).
Dalam praktik nyatanya, fenomena ini sering terjadi, baik itu dalam relasi romansa maupun relasi formal/informal. Manipulasi bisa berimbas pada adanya tindakan lain, seperti kekerasan seksual, fisikal, maupun verbal.
Dalam rangka meningkatkan awareness tentang adanya tindakan relasi manipulatif dan pelecehan seksual, terutama di lingkungan kampus, serta mendukung pengesahan UU PKS, Magdalene.co bersama The Body Shop Indonesia menggelar sebuah campus online talkshow bertajuk ‘Manipulasi dalam Relasi’ pada Rabu, 10 Februari 2021.
Webinar ini berlangsung selama dua jam dan dihadiri oleh beragam bintang tamu menarik yang membuka mata saya lebih lebar akan isu ini. Di antaranya; Ibu Ika Putri Dewi, psikolog klinis dari Yayasan Pulih, juga Nasya Ayu Dianti, Wadir bidang Advokasi HopeHelps Universitas Indonesia, layanan pencegahan kekerasan seksual di kampus UI.
Saya termasuk pemula dalam memahami isu pelecehan seksual dan manipulasi dalam hubungan. Walau demikian, saya tetap mau belajar. Dengan mengikuti webinar ini, saya belajar banyak hal bermanfaat yang mampu merekahkan wawasan saya akan isu sosial ini.
1. Penanganan Pelecehan Seksual di Lingkungan Kampus
Tema besar webinar ini adalah ‘Menciptakan Kampus yang Aman’. Alhasil, pembahasannya mengerucut kepada isu hubungan manipulatif yang terjadi di lingkungan kampus.Â
Webinar ini dihadiri oleh beberapa perwakilan dari beberapa universitas tanah air yang di mana mereka telah memiliki lembaga/peraturan tersendiri tentang penanganan pelecehan seksual yang terjadi di kampus masing-masing.
Di Universitas Indonesia, ada sebuah layanan yang diperuntukan untuk menanggapi pelecehan seksual serta memberikan advokasi hukum atas tindakan tersebut. Layanan ini bernama HopeHelps UI, pemekaran dari HopeHelps the Network yang juga bekerjasama dengan kampus lain.Â
Salah satu program rutin dari HopeHelps UI adalah memberikan sosialisasi dan advokasi atas kekerasan seksual ke himpunan mahasiswa dan BEM dalam kampus. Ada juga program di mana HopeHelps mendukung pembentukan peraturan kampus yang menangani tentang pelecehan seksual. Kurang keren apa? Seperti yang diharapkan dari kampus terbaik di Indonesia.
Di Universitas Bangka Belitung sendiri lebih keren lagi. Di kampus ini, BEM mereka sudah membentuk kementerian khusus untuk menangani isu gender dan pemberdayaan perempuan.Â
Presbem KM Universitas Bangka Belitung, Andrew, juga menerangkan kalau kementerian mereka telah mengadakan banyak program yang diperuntukan buat membantu penanganan isu pelecehan seksual, seperti webinar mingguan, pengadaan posko curhat korban kekerasan seksual, sampai ke tindakan spesifik seperti sosialisasi poster demo agar kalimat dalam poster tersebut relevan dan tidak mendiskreditkan gender tertentu. Keren banget ‘kan? Saya salut bagaimana mereka juga memberikan perhatian ke sisi lain yang jarang ditanggapi orang banyak.