Mohon tunggu...
Anisa Rahmahlia Wismasari
Anisa Rahmahlia Wismasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Universitas Negeri Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pentingnya Pengawasan Orangtua terhadap Penggunaan Media Sosial pada Anak

2 Juni 2021   07:55 Diperbarui: 2 Juni 2021   08:13 1478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Internet merupakan sebuah perkembangan teknologi dan komunikasi yang menjadi sebuah ruang digital baru bagi masyarakat. Keberadaan internet mempermudah masyarakat untuk mengakses berbagai informasi dan hiburan dari berbagai penjuru dunia. Adanya internet secara tidak langsung melahirkan generasi baru yang dibesarkan dalam lingkungan digital. Mereka yang lahir di era digital akan berinteraksi dengan peralatan digital sejak usia dini. Anak-anak yang lahir setelah tahun 1990-an dikatakan sebagai awal generasi digital native.

Pergeseran budaya dari tradisional menjadi digital melahirkan banyak media-media yang menyediakan kemudahan bagi masyarakat. Contohnya adalah media sosial seperti facebook, instagram, twitter, dll. 

Ada banyak alasan mengapa anak remaja intensitas untuk mengakses media sosial lebih sering dibandingkan orang dewasa. Salah satunya yaitu karena bisa menjadi sumber informasi, dapat terhubung dengan teman baru dan lama, serta untuk hiburan semata. Kehadiran sosial media pada kalangan remaja menjadikan privacy seseorang melebur di ruang publik. Banyak remaja yang secara gamblang mengunggah aktivitas serta profil dirinya. Hal itu yang menjadikan remaja membentuk identitas dirinnya melalui sosial media.

Pada dasarnya masa remaja merupakan masa peralihan atau transisi dari anak-anak menuju dewasa yang ditandai dengan berbagai perubahan fisik, kognitif, dan kematangan emosional. Remaja kini memanfaatkan media sosial sebagai salah satu wadah untuk mencoba hal-hal baru sesuai dengan minat dan kesukaannya. Dengan adanya media sosial ini, remaja menjadi sangat diuntungkan karena mudah beriteraksi dengan sesama, menyesuaikan diri, serta berbagi informasi secara tidak terbatas. Internet dan remaja sekarang ini menjadi satu kesatuan yang sulit dipisahkan seiring perkembangan penggunanya yang semakin maju.

Penelitian menyebutkan bahwa terdapat empat sosial media yang intensitas penggunaanya paling tinggi dibandingkan lainnya, antara lain instagram, line, youtube, dan facebook. Terdapat penyebab mengapa anak remaja sangat menggemari keempat media sosial tersebut. Hal ini dikarenakan anak-anak seusia mereka juga menggunakan aplikasi yang sama, terutama teman-teman lingkungan sekitar. Dalam media sosial terdapat fitur seperti mengawasi, meninggalkan komentar, berbagi informasi (foto, lagu, film), mengonsumsi konten, dan berkomunikasi (chat). Dengan demikian keempat sosial media tersebut memberikan wadah bagi para penggunanya untuk berpartisipasi dalam komunitas sesuai dengan kesukaan dan minat mereka.

Bagi remaja, media sosial menjadi sebuah wadah yang menarik karena dapat menjadi sarana akumulasi penguatan identias terkait dengan relasi dengan teman-temannya. Apabila ada anak yang tidak menggunakan media sosial yang serupa dengan temannya, maka anak tersebut akan dianggap tidak update dan tertinggal informasi. Hal ini yang menjadikan anak menjadi tereksklusi dari lingkar sosial. Media sosial juga mempunyai batasan usia untuk penggunanya, yaitu paling tidak berusia 13 tahun. Namun, media sosial tentu saja tidak memiliki sistem yang dapat mendeteksi secara valid untuk menghindarkan anak usia dibawah 13 tahun memalsukan identitasnya.

Media sosial kerap kali menayangkan iklan yang tidak cocok untuk anak-anak, seperti iklan pada game yang menampilkan unsur kekerasan dan pornografi. Oleh karena itu, jika ada anak usia dibawah 13 tahun yang sudah mengakses media sosial akan menimbulkan dampak negatif. Mereka yang tidak sengaja melihat tayangan iklan, berita, maupun film yang mengandung unsur negatif maka akan berdampak pada psikologis anak. 

Selain itu, sifat media sosial yang publik dan konvergen beresiko pada privasi anak dan remaja. Sebagian anak sadar jika media sosial akan resiko negatif bermedia sosial, namun terdapat juga yang menganggap bahwa media sosial adalah seuatu kebutuhan. Hal ini yang menyebabkan ketika mereka dibatasi untuk mengakses media sosial akan timbul rasa gelisah.

Selain menggambarkan efek negatif dari menggunakan media sosial adalah terpapar tayangan kekerasan dan pornografi, ternyata media sosial juga menyebabkan kecanduan. Banyak kasus anak yang mengesampingkan akal sehatnya terutama remaja. Orang tua menuntut bahwa seharusnya terdapat filter pada media sosial agar anak tidak kecanduan dalam berselancar di media sosial. 

Namun, semua pemangku kepentingan sepakat bahwa sebenarnya yang memiliki peranan penting pengawasaan anak dalam bermedia sosial adalah orang tua. Salah satu jalan keluar yang bisa dilakukan adalah dengan adanya literasi media, sehingga bisa meminimalisir dampak buruk media bagi anak. Perkembangan media yang sangat pesat, mengharuskan orang tua dapat mengawasi anak-anaknya saat bermedia sosial. Namun ketimpangan generasi antara anak dan orang tua membuat kebutuhan akan menggunakan media sosial juga berbeda.

Bagi orang tua, diharapkan dapat lebih meningkatkan kemampuan literasi media sehingga dapat memaksimalkan proses pendampingan pada anak ketika bermedia sosial. Apalagi orang tua pada dasarnya tidak memiliki seluk beluk media sosial namun hanya sebatas berperan sebagai pengguna yang memiliki kepentingan tertentu. Sehingga orang tua, harus blajar untuk memiliki kemampuan memahami isi media dan juga melek media. Karena menjadi seseorang yang melek media akan menjadikan kita mempunyai perspektif yang lebih kelas untuk melihat antara dunia nyata dan dunia yang dihasilkan dalam media.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun