Hai... Bagaiman kabarmu, semoga baik-baik saja ya...
Malam ini, saya ingin bercerita tentang sesuatu yang tak sengaja saya temukan di akhir tahun lalu. Saya menemukannya di jalur pendakian untuk mencapai 2821 MPDL saya untuk pertama kalinya. Ya, ini pendakian pertama saya di MDPL ini, segala persiapan sudah saya siapkan dengan matang, ditemani 2 orang sahabat yang siap menjaga saya dan saya menjaga mereka.Â
Bukankan itu adalah prinsip para pendaki? Begitupun kami. Baru saja saya dan 2 orang sahabat saya berjalan 10 menit menuju pemberhentian bis, kami bertemu rombongan yang lain yang ternyata punya tujuan yang sama..
.....
2821 tidak begitu tinggi, tapi jujur ini cukup membuat saya banyak menghela nafas dalam. Memang agak sulit untuk sampai ke puncak, tapi saya yakin, saya akan mendapatkan jawaban lebih dari apa yang saya harapkan, itulah sebabnya kenapa saya mau berpayah lelah dengan carrier dipundak dengan rintik hujan  yang menambah jalur pendakian ini semakin berat.
Sebelum titik itu saya pijak, saya tak sengaja menemuka sesuatu yang sedikit mengganggu pemandangan saya. Semula saya tidak peduli sama sekali, sangat tidak peduli. Namun, temuan saya itu seolah meminta saya untuk mengantunginya dan mengajaknya untuk sampai ke puncak.Â
Apa boleh buat? Akhirnya saya pungut dan saya jaga dengan sebaik-baiknya penjagaan, tidak hanya sampai ke puncak saya menjaganya, bahkan hingga saya kembali pulang ke rumah beberapa bulan kemudian temuan itu tetap terjaga dengan perawatan ekstra.
Dengan semangat saya menceritakannya pada ibu saya, menceritakan apa saja kisah yang telah saya lewatkan dengan temuan saya itu; perjalanan kami, masakan kami, hingga angkringan favorit kami. Lalu ibu saya hanya mengeluarkan kalimat sederhana setelah potret temuan saya itu saya tunjukkan "Kayaknya kalo rambutnya dipotong akan tampan" (sambil meggoda), lalu saya meminta ijinnya untuk selalu menjaga temuan saya itu.Â
"Terserah kamu saja, tapi awas ya kalo nanti patah hati!" Saya hanya bisa tersenyum dan kembali memandang potret temuan dalam lembar pixel digenggaman.
Penjagaan saya tidak hanya sampai di situ, karena terbawa suasana sampai-sampai saya melewatkan orang lain yang menemukan saya dalam perjalanannya. Bahkan saya mengacuhkan seorang pemuda tampan yang telah siap memanjakan saya dengan seribu diksi dengan materinya yang berlimpah. Sembari tersenyum saya membuat penolakan halus "maaf saya sudah punya ini (menunjukkan perasaan saya yang telah terisi)".
Tepat setelah satu hari di 16 milik saya yang ke-21, sesuatu yang selama ini saya jaga dan genggam kuat-kuat diakui seseorang adalah miliknya yang  hilang, kepunyaannya yang tak sengaja lepas atau entah melepaskan diri karena genggamannya kurang kuat;  Kecintaannya. Saya hanya bisa terdiam sembari melepaskannya kembali kepada pemiliknya, dan membiarkan air mata kehilangan saya surut dengan sendirinya.Â