Mohon tunggu...
anisarahayu
anisarahayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Indonesia Membangun, dengan minat pada isu kesehatan mental, teknologi, dan sosial budaya. Aktif menulis opini, esai, dan artikel berbasis penelitian.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kesehatan Mental di Era Digital

20 Januari 2025   20:11 Diperbarui: 20 Januari 2025   20:11 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesehatan mental semakin menjadi perhatian utama di era digital. Tidak hanya merujuk pada gangguan jiwa berat, kesehatan mental mencakup kemampuan individu untuk berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial. Hal ini sebagaimana diatur dalam UU Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa. Dalam undang-undang tersebut, kesehatan mental didefinisikan sebagai kondisi di mana individu mampu menyadari potensi dirinya, mengatasi tekanan hidup, bekerja produktif, dan berkontribusi positif bagi komunitasnya. Dengan kata lain, kesehatan mental memiliki peran penting dalam menentukan produktivitas individu.

Di era digitalisasi, teknologi telah membuka akses luas terhadap informasi dan interaksi. Media sosial, misalnya, telah mengubah cara individu berkomunikasi dan berinteraksi. Namun, kemajuan ini juga membawa tantangan baru bagi kesejahteraan psikologis, termasuk fenomena self-diagnose yang semakin marak.

Self-diagnose adalah tindakan individu mengidentifikasi kondisi kesehatannya sendiri berdasarkan informasi dari sumber-sumber non-resmi seperti internet, keluarga, atau pengalaman pribadi. Menurut Annury dkk. (2022), self-diagnose dapat menimbulkan kebingungan dan pandangan negatif terhadap diri sendiri. Fenomena ini banyak terjadi di kalangan generasi muda, khususnya generasi Z, yang sangat terpapar informasi kesehatan mental melalui internet dan media sosial.

Survei oleh Derek Flanzraich, pendiri greatest.com, mengungkapkan bahwa 37% responden kadang-kadang melakukan self-diagnose, sementara 44% merasa khawatir setelah melihat informasi tersebut (Normansyah, 2021). Penelitian lainnya oleh Maskanah (2022) menunjukkan bahwa self-diagnose sering dilakukan oleh remaja akibat pengaruh besar media sosial. Dampak dari fenomena ini mencakup kesalahan diagnosis, penanganan yang tidak tepat, hingga risiko gangguan kesehatan mental lainnya.

Dalam penelitian yang dilakukan Normansyah tentang tren self-diagnosis di media sosial Twitter, ditemukan bahwa faktor internal dan lingkungan sosial menjadi penyebab utama remaja melakukan self-diagnose. Selain itu, keinginan untuk mendapatkan perhatian, memenuhi kepuasan diri, dan dikenali oleh orang lain juga menjadi motivasi utama. Teknologi yang memudahkan akses informasi semakin memperkuat perilaku ini.

Untuk mengatasi tantangan ini, penting bagi masyarakat untuk memahami kesehatan mental secara lebih mendalam serta dampak teknologi terhadap perilaku self-diagnose. Salah satu solusi yang dapat diterapkan adalah mengarahkan individu untuk memanfaatkan aplikasi kesehatan digital seperti Halodoc, Alodokter, atau BPJS Kesehatan. Aplikasi ini memungkinkan individu berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental secara online, sehingga mendapatkan bantuan dan panduan yang tepat.

Dengan pendekatan yang tepat, teknologi tidak hanya menjadi tantangan tetapi juga peluang untuk meningkatkan kesadaran dan penanganan kesehatan mental. Di era digital ini, penting bagi setiap individu untuk bijak memanfaatkan teknologi demi kesejahteraan psikologis yang lebih baik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun