Mohon tunggu...
Dewi Anisa R
Dewi Anisa R Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ekonomi Islam UIN Walisongo Semarang

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Desa dan Era Kenormalan Baru

16 November 2021   19:32 Diperbarui: 16 November 2021   19:42 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini kita sudah berada di penghujung tahun 2021. Virus Covid-19 yang pertama kali ditemukan di tahun 2019 masih ada di sekeliling manusia. Sudah 2 tahun orang-orang berjuang dan bertahan melawan pandemi ini. Sebuah pandemi memang tidak akan mungkin hilang secara mutlak, namun ia akan tetap ada sehingga manusia harus bisa hidup berdampingan dengannya.

Berbagai upaya dari pemerintah untuk menghentikan penyebaran virus ini pun telah dilaksanakan. Mulai dari peraturan tentang pembatasan sosial, penutupan fasilitas-fasilitas umum, hingga vaksinasi gratis. Berharap pandemi akan segera berakhir, namun nyatanya tidak semudah yang dibayangkan. Indonesia mengalami lonjakan kasus virus Covid-19 secara drastis di bulan Juli 2021. Hal ini kemudian membuat pemerintah menetapkan peraturan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat). PPKM dilaksanakan beberapa level, hingga akhirnya kasus bertambahnya positif Covid-19 mulai berkurang PPKM baru dihentikan. Dampak dari PPKM ini memang cukup banyak, terlebih pada sektor ekonomi, namun yang patut di syukuri adalah kurva lonjakan kasus Covid-19 menurun dan mulai melandai. Fasilitas-fasilitas umum dibuka kembali.

Sebenarnya, Indonesia sudah menerapkan kehidupan new normal sejak tahun 2020. Namun kasus Covid-19 pada waktu itu masih cukup tinggi. Hingga saat ini, di mana kasus positif mulai berkurang banyak, sehingga masyarakat dapat bebas beraktivitas kembali. Ditambah lagi, pembelajaran tatap muka di sekolah-sekolah mulai dilaksanakan.

Pelaksanaan new normal di kota-kota sudah sering kita saksikan di layar televisi setiap harinya. Lantas bagaimanakah kehidupan new normal di desa yang jarang diliput media? Entitas desa sering digambarkan daerah yang paling rentan terhadap wabah penyakit dengan alasan jauh dari pusat kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Sebut saja masih ada anggapan masyarakat desa yang sakit-sakitan, terbelakang, dan miskin. Namun berbeda dengan sekarang, kini masyarakatnya bahu-membahu melawan pandemi Covid-19. Justru desa menjadi sebuah benteng, di mana jika benteng tersebut runtuh maka akan runtuh juga negaranya. Desa secara mandiri melakukan upaya preventif untuk mempertahankan wilayahnya tetap steril dari pandemi virus.

Masyarakat desa sudah berpindah dalam kehidupan new normal, di mana masker tetap menjadi teman setiap keluar rumah. Baik di desa maupun kota sama saja, masker dan hand sanitizer menjadi hal wajib. Di desa, mobilitas terlalu tidak dibatasi, mungkin hanya beberapa sekolah yang ditutup karena khawatir sekolah akan menjadi klaster baru penyebaran virus. Namun saat ini pembelajaran tatap muka sudah dilaksanakan, jadi sekolah dibuka kembali namun tetap mematuhi protokol kesehatan.

Masyarakat yang hidup di desa juga sudah menjalani vaksinasi Covid-19. Mereka cukup mengerti tentang pentingnya mendapatkan vaksin Covid-19. Oleh karena itu, pemerintah perlu menyediakan fasilitas kesehatan yang lengkap juga di desa-desa. Vaksinasi penting untuk melindungi diri dan orang lain dari penularan virus.

Desa juga menjadi salah satu penopang ekonomi negara. Tidak dapat dipungkiri, sektor ekonomi nasional juga dipengaruhi oleh ekonomi desanya. Penerapan new normal di desa dapat mendorong ekonominya pulih kembali, dengan begitu perekonomian nasional juga dapat perlahan mulai kembali. Secara garis besar desa menjadi elemen penting bagi negara untuk dapat melawan pandemi dengan pelaksanaan new normal-nya. Pemerintah perlu serius untuk memperhatikan sektor desa.

Tidak semua desa di Indonesia sesuai dengan apa yang penulis uraikan seperti di atas. Masih ada banyak desa-desa yang tidak terjangkau fasilitas kesehatan, pendidikan dan ekonominya. Desa-desa yang termasuk wilayah terluar dan tertinggal sulit mendapat akses informasi tentang virus Covid-19 dan new normal. Hal tersebut menjadi tantangan bagi pemerintah untuk dapat menjangkaunya, misal fasilitas vaksinasi untuk daerah terluar dan tertinggal. Mereka juga memerlukan perhatian di tengah krisisnya pandemi ini. Sehingga pelaksanaan new normal ini tidak hanya terpusat bagi warga-warga perkotaan saja, namun merata ke seluruh masyarakat Indonesia. Tetaplah mematuhi protokol kesehatan, karena kita hidup di era new normal dimana pandemi masih belum usai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun