Anisa Qutrun Nada, Muhammad Nofan Zulfahmi
Pendidikan di era modern menuntut peserta didik tidak hanya memiliki keterampilan fisik dan sosial tetapi juga kemampuan kognitif yang tinggi. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menegaskan bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan nasional. Ketentuannya, undang-undang ini dengan jelas mengatur bahwa pendidikan jasmani bertujuan untuk mengembangkan potensi jasmani dan mental peserta didik, berkontribusi langsung dalam meningkatkan kesadarannya. Guru pendidikan jasmani diharapkan mampu menciptakan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan jasmani dan mental siswa sehingga dapat belajar lebih efektif.
Keterampilan berpikir kritis, analisis, dan pemecahan masalah sangat penting untuk menghadapi tantangan masa depan. Penjaskes umumnya dipandang sebagai mata pelajaran yang menekankan aktivitas fisik, tetapi penelitian menunjukkan peningkatan kognitif yang signifikan pada siswa sekolah dasar. Penelitian ini memiliki tujuan, yaitu untuk mengetahui dan menganalisis peran seorang guru penjaskes dalam meningkatkan kemampuan siswa SD, dan memberikan rekomendasi kepada guru penjaskes mengenai strategi pembelajaran yang efektif untuk mencapai tujuan tersebut.
Keterampilan kognitif yang baik penting agar siswa dapat memahami isi mata pelajaran, berinteraksi dengan teman sebaya, dan menghadapi tantangan lingkungan sekolah. Melalui aktivitas fisik yang terstruktur dan terarah, siswa tidak hanya berkembang secara fisik tetapi juga meningkatkan kemampuan kognitifnya (Warmansyah et al., 2023). Penerapan teori kognitif sendiri pada kelas pendidikan jasmani dan kesehatan (Penjaskes) penting untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan siswa. Teori kognitif menekankan proses mental yang terlibat dalam pembelajaran, seperti perhatian, ingatan, dan pemecahan masalah. Isi dari konteks pendidikan jasmani, guru dapat menggunakan pendekatan ini dengan memasukkan aktivitas fisik yang menantang mental, seperti permainan strategi atau latihan yang memerlukan pengambilan keputusan cepat. Misalnya, ketika mengajarkan permainan tim, guru dapat mendorong siswa untuk menganalisis posisi lawan mereka dan merencanakan strategi secara kolaboratif.
Guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (PENJASKES) mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kemampuan kognitif siswa sekolah dasar. Melalui berbagai metode dan pendekatan, guru dapat membantu anak mengembangkan pemikiran, pemecahan masalah, dan keterampilan sosial. Bapak Irsyadul Habib S.Pd dalam penelitiannya (Suyono et al., 2024) mengemukakan bahwa, guru olahraga hendaknya mendorong peningkatan keterampilan kognitif dan fisik siswa. Tentunya, olahraga bukan hanya bermanfaat bagi kesehatan fisik saja, akan tetapi juga meningkatkan kemampuan kognitif siswa. Melalui aktivitas fisik, siswa perlu berkonsentrasi, yang dapat berdampak positif pada kemampuan kognitifnya. Selain itu, olahraga berkontribusi terhadap pengembangan koordinasi dan keseimbangan yang diperlukan untuk berbagai kegiatan pembelajaran. Ketahanan dan kedisiplinan yang diperoleh melalui olahraga tentunya juga dapat diterapkan dalam beberapa aspek kehidupan, salah satunya dalam proses pembelajaran. Guru pendidikan jasmani dapat mencapai hal tersebut dengan banyak cara, antara lain dengan mengintegrasikan aktivitas fisik dengan pembelajaran kognitif, mengembangkan gerakan dasar, belajar melalui bermain, mendorong kreativitas dan berinovasi serta memberikan umpan balik yang positif.
Olahraga tidak hanya membantu tubuh tetap sehat tetapi juga sangat efektif dalam meningkatkan kemampuan kognitif siswa sekolah dasar. Aktivitas fisik yang seperti lari, bersepeda, dan bermain sepak bola itu merupakan salah satu aktivitas yang dapat meningkatkan aliran darah ke otak, sehingga dapat membantu meningkatkan konsentrasi dan daya ingat siswa. Berbagai jenis olahraga secara signifikan dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa sekolah dasar. Berikut beberapa contoh olahraga yang efektif:
Pertama, melempar dan menangkap bola. Mempelajari gerakan motorik dasar seperti melempar dan menangkap bola menjadi salah satu teknik yang baik bagi guru untuk mengembangkan kemampuan siswa. Perkembangan motorik fisik dan kemampuan perkembangan siswa autis meningkatkan pengetahuan kognitif cara melempar dan menangkap bola (Nata et al., 2023).
Kedua, aerobik. Gerakan-gerakan dalam senam aerobik memberikan rangsangan yang baik bagi siswa agar dapat bergerak mengikuti irama lagu untuk meningkatkan gerak dasar dan kemampuan kognitif siswa (Siregar et al., 2024).
Ketiga, bola voli. Bola voli merupakan permainan yang dapat dimainkan secara berkelompok dan ada batasan yang disebut net. Setiap tim dapat dengan berusaha mengoper bola kepada lawan secepat mungkin menggunakan teknik dan taktik yang tepat. Keterampilan tersebut membantu mengembangkan kemampuan kognitif seperti pemecahan masalah, perencanaan, dan koordinasi (Saputra et al., 2022).
Keempat, bola basket. Bola basket memilik peran penting dalam membantu membentuk kepribadian dan kemampuan fisik siswa. Oleh karena itu, bola basket merupakan olahraga yang bagus untuk merangsang perkembangan kognitif anak sekolah dasar (Halim & Manurung, 2023).
Kelima, lompat tali. Permainan lompat tali ini mempunyai banyak versi cara bermainnya terutama aturan mainnya. Pada umumnya bermain di level tinggi biasanya dimulai dari level terendah, khususnya setinggi lutut, hingga yang tertinggi, khususnya di atas penyangga karet. Permainan tradisional ini, mempunyai nilai-nilai karakter seperti ketekunan, kecepatan, ketepatan, dan sportivitas dalam bermain (Sirait et al., 2023).