Menurut laman resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), pasar modal (capital market) ialah pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Oleh karena itu, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana untuk kegiatan jual beli saham dan kegiatan terkait lainnya.
Selama masa pendemi yaitu bulan Maret dan April 2020, dipicu penyebaran virus corona, bursa saham dari berbagai negara terpantau melemah. Menurut Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee (2020), penetapan status virus corona sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menambah kekhawatiran pasar sehingga menekan pergerakan saham. Penurunan tersebut terjadi karena berkurangnya orang dalam melakukan investasi didalam melakukan penanaman saham.
Hasan Fauzi selaku Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) mengatakan “Kondisi dan isu utama secara global dan domestik, adalah penyebaran Covid-19 yang sudah menjadi pandemi, ini nantinya akan berlanjut pada krisis ekonomi karena terjadi perlambatan ekonomi, mulai dari permintaan seperti komoditi, barang mentah, barang setengah jadi maupun produk jadi yang menurun drastis”.
Secara eksternal, pandemi Covid-19 di China dan Spanyol ikut mempengaruhi dinamika pasar modal di Indonesia (indeks IHSG). Demikian juga dengan dinamika pasar saham di Hongkong (Hangseng), London (FTSE100) dan News York (NASDAQ). Pandemi covid-19 di Indonesia, China, dinamika pasar saham Nasdaq di New York, dan kebijakan social dintancing (WFH dan PSBB) berdampak negatif terhadap pergerakan indeks saham IHSG. Sementara pandemi di Spanyol, dinamika pasar modal di Hongkong (Hangseng) dan London (FTSE100) justru berdampak positif terhadap kondisi pasar modal di Indonesia (BEJ).
Menurut Hans, pada tahun 2020 krisis sebenarnya datang dari sektor kesehatan, untuk sektor ekonomi sendiri tidak ada masalah yang cukup berarti, tetapi karena masalah di sektor kesehatan inilah yang memukul sektor ekonomi. Meski begitu ia menilai ada beragam kebijakan yang dilakukan telah menyelamatkan pasar modal. Misalkan saja kebijakan buyback saham tanpa RUPS, lalu ada Auto Reject Asymmetries yang berhasil meredam penurunan saham lebih tinggi lagi, ada juga kebijakan pelarangan short selling, dan aksi bersih-bersih pasar modal cukup baik karena sedikit mampu meminimalisir tindakan manipulasi pasar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H