Ciawi-Bogor Tahu goreng dari Ciawi ini merupakan bisnis yang dirintis oleh keluarga Bapak Ahmad Rifai atau yang biasa disebut Pak Ade. Bisnis ini dirintis sejak tahun 2011 lalu. Awalnya Pak Ade adalah seorang karyawan pabrik mie instant di Kalimantan. Kemudian ia mengundurkan diri dari perusahaan tersebut karena harus balik ke Bogor merawat Ibunya yang sakit-sakitan.
Tidak memiliki pekerjaan di Bogor membuat Pak  Ade sulit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Memiliki isteri yang berasal dari Kota Tahu,  Sumedang, menjadi sebuah inspirasi bagi  Pak Ade untuk memulai bisnis tahu goreng. Dengan niat berbisnis yang kuat, pak Ade dan isteri pun balik ke Sumedang untuk belajar membuat Tahu goreng.
Setelah balik dari Sumedang, Ia dan isterinya pun memulai bisnis tahu goreng tersebut. Uniknya ia lebih senang bisnis tahu ini disebut tahu goreng dari pada tahu sumedang. Karena menurutnya tahu goreng ini bisa diolah kembali menjadi makanan lain seperti tahu gejrot, ketoprak, dan masih banyak lagi.
Pak Ade mulai memasarkan tahu kepada pedagang asongan di lampu merah sampai Ia memiliki langganan tetap pembeli tahu di Pasar. Bahkan, ada yang datang lansung kerumah Pak Ade untuk mengambil tahu goreng kemudian memasarkannya kembali ke warung-warung kecil. Meningkatnya permintaan membuat Pak ade dan Isteri harus merekrut karyawan baru. Hingga saat ini pak ade telah memiliki dua pabrik tahu, yaitu di Ciawi dan Cibolang dengan total karyawan 16 orang.
Bisnis tahu goreng ini pun telah didaftarkan sebagai UMKM di Kecamatan Ciawi oleh Pak Ade dan isterinya pada tahun 2016 lalu. Mereka mendaftar sebagai UMKM agar dapat di fasilitasi oleh kelompok UMKM kecamatan Ciawi tersebut. Seperti, adanya pelatihan, izin PIRT, kemudahan dalam mengurus izin halal, dan lain sebagainya.
Bicara soal keuntungan, bisnis tahu goreng ini bukan bisnis ecek-ecek. Keuntungannya cukup menjanjikan. Setiap bulan Pak Ade bisa memperoleh penghasilan bersih sekitar Rp 25.000.000sampai dengan  Rp 30.000.000 ke atas.
Walaupun begitu, tentunya dalam berbisnis pasti ada masalah atau kesulitan yang dialami. Begitupun dengan Pak Ade. Ia pernah mengalami kesulitan modal dan sulit memasarkan produknya ke pasaran. Pasang surut dalam berbisnis telah ia lewati "Ya Saya melalui nya dengan sabar saja dan yang pasti tetap berusaha" ungkapnya saat ditemui di kediamannya, di Ciawi Bogor.
Hingga saat ini belum ada bantuan modal dari pemerintah kepada UMKM ini. "paling cuma dipermudah dalam mengurus perizinan" tambahnya. (28/02/2019)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H