Mohon tunggu...
Anis Amalia
Anis Amalia Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswi Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Wanna make the world dance :D

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Game Online Merenggut Kehidupan Nyata Mereka

21 Desember 2013   21:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:39 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore itu saya mengajak adik saya bersepeda keliling desa tempat asal saya. Sudah lama rasanya tidak melihat hamparan sawah hijau yang luas. Maklum saja, di kota tempat saya kuliah sudah sangat jarang area persawahan. Yang setiap hari saya lihat ya padatnya bangunan, jalan raya yang macet dan banyak polusi. Sangat berbeda dengan desa tempat saya berasal. Alamnya masih hijau, dan udaranya sejuk dan segar.

Saya mengayuh sepeda menuju ke lapangan desa, kira-kira 15 menit dari rumah saya. Tentu saja sepanjang perjalanan area persawahan di kanan kiri saya. Sambil mengamati sekitar saya mengingat-ingat masa ketika saya masih tinggal di desa. Ingatan saya kembali ke belasan tahun lalu ketika saya masih di bangku sekolah dasar.

Setiap pagi saya melalui jalan ini menuju ke sekolah, beramai-ramai bersama teman-teman sebaya. Sambil bercanda dan saling bercerita banyak hal. Sepulang sekolah kami juga melalui jalan ini. Sambil berlarian, saling menggoda teman, tertawa, tidak peduli teriknya matahari di atas kepala. Ya, memang begitulah masa kanak-kanak. Selalu ceria. Saya seringkali merindukan masa-masa itu. Sepulang sekolah biasanya saya dan teman-teman belajar bersama, sekedar mengerjakan PR atau tugas kelompok yang didapat di sekolah tadi. Usai belajar biasanya kita bermain. Bermain apa saja yang menyenangkan tapi tidak berbahaya tentu saja.

Dulu ada banyak sekali permainan tradisional yang sering saya mainkan bersama teman-teman. Ada petak umpet, cingciripit, tumpang kencing, sundamanda, congklak, bekelan dan masih banyak lagi permainan lainnya. Saya paling menyukai permainan yang melibatkan orang banyak, misalnya petak umpet atau gobag sodor. Karena permainan ini seru, kita bisa semakin akrab dengan teman-teman kita, termasuk dengan teman yang baru kenal. Permainan-permainan seperti ini membiasakan kita bersosialisasi dengan banyak orang. Sehingga kita bisa saling memahami dan menghargai teman satu sama lain.

Tak terasa saya sudah tiba di lapangan desa. Tapi saya agak kecewa setelah sampai di sana. Saya pikir di lapangan akan ramai anak-anak, ternyata malah sepi. Hanya ada beberapa anak yang menggembalakan dombanya. Lalu saya bertanya pada adik saya mengapa lapangan desa begitu sepi, padahal dulu biasanya selalu ramai oleh anak-anak setiap sorenya. Dan adik saya menjawab “Lha cah cilik saiki tongkrongane nang PSan kok mbak.” Maksudnya, anak- anak kecil sekarang lebih suka nongkrong di tempat sewa Play station atau Game-online.

Ya, kemajuan teknologi memang membuat banyak perubahan dalam kehidupan kita. Perubahan yang terjadi berlangsung begitu cepat dan signifikan. Salah satu contohnya seperti kasus di desa tempat asal saya ini. Dulu anak-anak usia SD sedang senang-senangnya bermain berkumpul bersama teman-temannya, memainkan berbagai macam permainan tradisional yang beraneka ragam jenisnya. Tapi anak-anak masa sekarang ini, sebagian besar sudah tidak mengenal permainan tradisional dari daerah asalnya. Anak-anak jaman sekarang lebih senang menghabiskan waktunya untuk bermain game dari gadget atau bermain Play Station. Hal ini sangat memprihatinkan ketika tarafnya sudah sampai ke tingkat kecanduan game online. Mereka akan lupa waktu dan menjauhkan mereka dari lingkungan sosialnya. Ini juga tidak bagus untuk perkembangan fisiknya. Karena anak yang terlanjur hobi nge-game bisa duduk dalam waktu yang sangat lama, sehingga kesehatan pertumbuhan tulangnya dapat terganggu. Juga dapat mengalami gangguan mata karena matanya terlalu lama menatap layar monitor.

Dalam hal ini, perlu perhatian ekstra dari orang tua. Mereka harus mengontrol anak-anak mereka dalam menggunakan waktunya. Jangan sampai membiarkan anak-anak mereka terjerumus dalam dunia yang pada akhirnya nanti akan berdampak buruk pada kehidupannya. Orang tua sebaiknya mendidik untuk menyeimbangkan anak-anak mereka antara asyik dengan  game di dunia maya dengan realitas kehidupan di dunia nyata. Karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, maka jangan sampai kecanduan game online mengasingkan anak-anak dari kehidupan nyata yang harus dijalaninya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun