Mohon tunggu...
Anisa L
Anisa L Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa

Hobi untuk mencari hobi baru

Selanjutnya

Tutup

Seni

Cangkang Telur, Langkah Awal Pecahnya Kreativitas Bersama JNE

26 Juni 2024   03:17 Diperbarui: 26 Juni 2024   04:04 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Menjadi seorang siswi SMA yang tidak memiliki pengalaman apapun sebelumnya, menjadi tantangan yang cukup besar bagi saya. Untuk memberanikan diri keluar dari zona nyaman dan mencoba berbagai hal tentunya membutuhkan waktu serta dukungan yang maksimal baik dari lingkungan maupun pertemanan. Naasnya, keinginan itu perlu saya pendam akibat dari pandemi Covid 19. Selama pandemi berlangsung, masa SMA saya hanya dipenuhi oleh kejenuhan dengan kegiatan yang terbatas. Sebuah keinginan tercetus untuk mencoba melakukan sebuah penelitian dari limbah cangkang telur, saya beserta rekan-rekan memulai pengembangan ide ini meskipun dilakukan secara daring. Namun, keterbatasan kami terletak pada proses transfer alat dan bahan penelitian yang kami perlukan. Sehingga JNE sebagai ekspedisi yang telah 33 tahun menemani masyarakat Indonesia berperan besar dalam kesuksesan penelitian kami.

Gagasan Kreatif Cangkang telur 

Masa pandemi tentu menjadi masa yang paling terkenang dan membekas bagi sebagian orang, termasuk saya. Salah satunya adalah proses dimana saya dapat menyelesaikan permasalahan tentang keterbatasan saya dalam mengeksplorasi sesuatu. Sebagai seorang siswa SMA di tahun pertamanya, saya menginginkan sesuatu yang baru untuk dicoba. Saat itu salah satu kawan saya mengeluh tentang cangkang telur yang berserakan di rumahnya, ibunya memproduksi roti dan tentu akan menghasilkan banyak limbah cangkang telur per harinya. Saya berpikir sejenak, "Jika saya menjadi dia, apa yang saya lakukan dengan cangkang telur itu?".

Mulailah saya melakukan berbagai pencarian lebih dalam tentang manfaat cangkang telur ini, saat itu saya merupakan anak dari jurusan MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam), tentunya saya diharuskan untuk berpikir sistematis sesuai dengan kaidah metodologi ilmiah. Tercetuslah sebuah ide untuk mengolah cangkang telur ini menjadi sebuah produk yang bermanfaat yaitu pupuk organik, alasan saya memilih cangkang telur menjadi pupuk organik adalah karena tren pandemi kala itu adalah bercocok tanam di rumah, dengan harapan bahwa pupuk organik dari cangkang telur ini akan mudah dibuat oleh siapa saja dan tentunya akan efektif untuk menutrisi tanaman.

Saya dan dua teman saya lainnya—Amanda dan Lala, memulai pengembangan ide dari cangkang telur ini. Tentu bukanlah hal mudah bagi kami sebagai siswa tahun pertama di SMA untuk melakukan penelitian ini, kami berencana melakukan penelitian terkait pembuatan cangkang telur dan manfaat pupuk cangkang telur pada tanaman. Fokus kami pada saat itu adalah membuat produk cangkang telur yang dapat bermanfaat bagi masyarakat yang ingin menggunakan limbah cangkang telur menjadi produk yang bermanfaat. Telur sendiri adalah bahan makanan yang sering ditemui dengan sejuta manfaat, namun ternyata banyak sekali manfaat lain dari cangkang telur yang kerap dianggap sebagai limbah. Berakhirlah kami melakukan berbagai pencarian teori yang dapat menjadi landasan untuk penelitian ini, kami pun mulai menyusun latar belakang hingga metodologi.

Dari sini lah kendala mulai terjadi, karena jarak antara rumah kami yang berjauhan, saya dan rekan saya—Amanda berada di kota Malang sedangkan satu kawan saya—Lala berada di kota Denpasar, Bali. Sementara limbah cangkang telur yang akan kami gunakan sebagai objek penelitian berada di tangan Lala, waktu itu kami sedikit kesulitan untuk mengatur bagaimana penelitian ini akan dilakukan, setelah melakukan diskusi yang cukup panjang kami memutuskan bahwa akan melakukan penelitian ini dengan membagi beberapa metode menjadi tiga langkah. Lala sebagai tangan pertama yang akan membersihkan dan mengeringkan cangkang telur serta mengubahnya menjadi serbuk cangkang telur, kemudian Amanda akan menyiapkan beberapa bahan lain yang dibutuhkan untuk dicampur ke serbuk cangkang telur, kemudian saya akan mencampur bahan-bahan yang telah disiapkan untuk membuat pupuk dari cangkang telur.

Tentunya dengan kondisi pandemi dimana kami tidak dapat bertemu secara langsung, tiga langkah tersebut kami lakukan dengan adanya bantuan dari JNE. Sebagai ekspedisi yang kami percayai, JNE mengirimkan serbuk cangkang telur dari pulau Bali hingga pulau Jawa dan mendarat di tangan saya dengan aman, kemudian melalui JNE pula Amanda mengirimkan bahan-bahan yang dibutuhkan kepada saya. Dengan ini kami tentu dapat menjalankan penelitian secara kompak, setelah saya membuat beberapa buah sampel pupuk dari cangkang telur, saya pun mengirimkannya kembali kepada Amanda dan Lala melalui JNE agar mereka dapat melakukan pengamatan terhadap tanaman menggunakan pupuk ini.

Setelah melakukan penelitian yang memakan waktu cukup panjang, akhirnya kami dapat menyelesaikan naskah ini secara lengkap. Hasil dari penelitian ini tentunya kami gunakan untuk mengikuti kompetisi karya tulis ilmiah, kami berhasil meraih medali perak dalam kompetisi berskala nasional. Ini menjadi salah satu pencapaian pertama kami sejak menjadi siswa SMA. Tentunya baik dari pihak sekolah maupun orang tua merasa berbangga dengan apa yang kami capai pada saat itu. Kami pun merasa bahagia karena dengan adanya produk pupuk dari limbah cangkang telur ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas.

Pecahnya Kreativitas dan Rasa Ingin Tahu yang Berkelanjutan 

Akibat dari penelitian dari cangkang telur, pecahlah berbagai ide kreatif dan rasa ingin tahu untuk terus melakukan penelitian dan mencetuskan inovasi-inovasi baru yang membuat kami menggeluti dunia penelitian. Pada tingkat akhir di jenjang SMA, kami berhasil meraih berbagai macam kejuaraan berskala nasional dengan ide-ide kreatif yang kami peroleh. Mulai dari membuat produk marshmallow bahkan inovasi teknologi SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum). Kami menyadari bahwa bisa berada hingga titik ini dimulai dengan adanya langkah kecil yang kami lakukan, bersama dengan JNE yang menjadi salah satu pihak penting dalam menyukseskan langkah awal kami. Tentu kami berharap bahwa segala penelitian yang telah dilakukan dapat menjadi manfaat bagi masyarakat luas, sesuai dengan tagline JNE #ConnectingHappiness menjadi dasar bagi kami untuk dapat terus menyebarkan manfaat dan kebahagiaan bagi masyarakat luas.

Hingga saat ini, saya menginjak ke jenjang universitas, langkah awal itu terus menjadi dasar bagi saya untuk meningkatkan kreativitas yang ada di dalam diri saya. Meskipun tidak mudah untuk dilakukan di tengah-tengah kesibukan kuliah, saya mencoba meluangkan waktu untuk mengeksplorasi gagasan yang saya miliki. Tak hanya di bidang penelitian saja, saya mulai untuk mencoba menulis artikel populer dan esai, menggeluti kepenulisan tidak membuat saya jenuh. Sebaliknya, semakin membuat saya tertantang untuk terus berkarya melalui tulisan. Banyak hal yang dapat saya pelajari dari langkah awal yang saya pilih dan membawa saya di titik ini. Memang nampak aneh jika mengaitkan jasa ekspedisi JNE dengan pengalaman meneliti ini, namun tanpa adanya JNE tidaklah mungkin saya berada di titik ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun